Jumlah Tes Covid-19 Indikator Utama Penentuan Zona Suatu Daerah
Rabu, 08 Juli 2020 - 10:45 WIB
JAKARTA - Segala kebijakan dan tindakan pemerintah dan masyarakat di masa transisi menuju kenormalan baru ini sangat krusial dalam pencegahan dan penanganan penyebaran virus Sars Cov-II. Jumlah tes polymerase chain reaction (PCR) harus menjadi indikator dalam penetapan zona atau aman Covid-19 dari suatu daerah.
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) menyatakan, cara yang paling efektif meredam penyebaran virus Sars Cov-II adalah pelacakan terhadap mereka yang kontak dan berinteraksi dengan orang positif Covid-19. Dengan demikian, besarnya gelombang penularan bisa dicegah secepat mungkin dan rantai penularan bisa dihentikan.
"Selain itu, tes massal menjadi metode paling efektif untuk melacak dan mencegah orang tanpa gejala (OTG) untuk menularkan ke orang lain. OTG saat ini menjadi salah satu sumber penularan terbesar baik ke keluarga maupun lingkungan sekitar," tutur anggota DPD RI Fahira Idris dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/7/2020).
Fahira mengapresiasi kerja keras dan usaha dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan semua pemerintah daerah (pemda). Menurutnya, tantangan pemerintah pusat dan daerah adalah melakukan tes PCR sesuai standar World Health Organization (WHO). Organisasi kesehatan itu mengharuskan jumlah tes 1.000 orang per 1 juta penduduk.
"Kurva kita bisa melandai jika target tes Covid-19 sesuai dengan yang ditetapkan WHO. Tentu akan lebih lagi jika melebihi. Berkaca dari pengalaman negara lain, kurva mereka bisa melandai setelah melakukan tes massal yang diikuti tindakan medis dan melakukan pelacakan, seperti China dan Korea Selatan," terang Fahira. ( ).
Senator asal DKI Jakarta ini meminta penetapan sebuah daerah dalam berbagai zona, seperti hijau, kuning, merah, dan hitam selama pandemi Covid-19 idealnya menggunakan jumlah tes Covid-19 sebagai parameter utama. China dan Korea Selatan di awal masa pandemi Covid-19 melakukan tes massal ke warganya. Setelah itu, kedua negara itu melakukan identifikasi daerah-daerah mana yang sudah hijau, kuning, dan merah.
Fahira menerangkan zona-zona itu sebaiknya ditentukan bukan karena belum atau tidak ada ditemukan kasus Covid-19. Namun, harus berpatokan pada tes massal yang masif sehingga akurasi penentuan zonanya benar-benar berdasarkan data. "Intinya adalah semakin cepat pemerintah meningkatkan kapasitas tes Covid-19 secara massal, penanggulangan Covid-19 akan lebih efektif dan efisien. Kita bisa segera keluar dari kondisi yang tidak pasti ini," pungkasnya.
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) menyatakan, cara yang paling efektif meredam penyebaran virus Sars Cov-II adalah pelacakan terhadap mereka yang kontak dan berinteraksi dengan orang positif Covid-19. Dengan demikian, besarnya gelombang penularan bisa dicegah secepat mungkin dan rantai penularan bisa dihentikan.
"Selain itu, tes massal menjadi metode paling efektif untuk melacak dan mencegah orang tanpa gejala (OTG) untuk menularkan ke orang lain. OTG saat ini menjadi salah satu sumber penularan terbesar baik ke keluarga maupun lingkungan sekitar," tutur anggota DPD RI Fahira Idris dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/7/2020).
Fahira mengapresiasi kerja keras dan usaha dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan semua pemerintah daerah (pemda). Menurutnya, tantangan pemerintah pusat dan daerah adalah melakukan tes PCR sesuai standar World Health Organization (WHO). Organisasi kesehatan itu mengharuskan jumlah tes 1.000 orang per 1 juta penduduk.
"Kurva kita bisa melandai jika target tes Covid-19 sesuai dengan yang ditetapkan WHO. Tentu akan lebih lagi jika melebihi. Berkaca dari pengalaman negara lain, kurva mereka bisa melandai setelah melakukan tes massal yang diikuti tindakan medis dan melakukan pelacakan, seperti China dan Korea Selatan," terang Fahira. ( ).
Senator asal DKI Jakarta ini meminta penetapan sebuah daerah dalam berbagai zona, seperti hijau, kuning, merah, dan hitam selama pandemi Covid-19 idealnya menggunakan jumlah tes Covid-19 sebagai parameter utama. China dan Korea Selatan di awal masa pandemi Covid-19 melakukan tes massal ke warganya. Setelah itu, kedua negara itu melakukan identifikasi daerah-daerah mana yang sudah hijau, kuning, dan merah.
Fahira menerangkan zona-zona itu sebaiknya ditentukan bukan karena belum atau tidak ada ditemukan kasus Covid-19. Namun, harus berpatokan pada tes massal yang masif sehingga akurasi penentuan zonanya benar-benar berdasarkan data. "Intinya adalah semakin cepat pemerintah meningkatkan kapasitas tes Covid-19 secara massal, penanggulangan Covid-19 akan lebih efektif dan efisien. Kita bisa segera keluar dari kondisi yang tidak pasti ini," pungkasnya.
(zik)
tulis komentar anda