Gus Miftah Ajak 'Follow' Akun Medsos Tokoh-tokoh yang Menentramkan
Jum'at, 03 Juli 2020 - 23:54 WIB
JAKARTA - Adanya gejala radikalisasi di kalangan anak muda dan generasi milenial sering kali muncul karena kurangnya pemahaman terhadap ajaran agama. Oleh karena itu diperlukan penanaman nilai-nilai agama yang moderat dan toleran sebagai semangat dari Islam yang rahmatan lil alamin kepada generasi muda.
Tokoh ulama muda Nahdatul Ulama (NU) KH Miftah Maulana Habiburrahman atau biasa disapa Gus Miftah mengakui saat ini ada generasi muda yang kurang memahami agama. Ada juga generasi muda tersebut memahami agama hanya melalui dunia maya atau media sosial (medsos).
“Seperti yang kita lihat akhir-akhir ini terjadi, orang melakukan tindak kekerasan dan aksi terorisme itu karena kurang memahami agamanya. Apalagi sekarang dengan adanya medsos, saran saya kepada generasi muda, tolonglah follow tokoh-tokoh atau akun-akun yang menentramkan. Kita boleh berguru kepada siapa pun tapi tentunya kepada guru yang bisa menyelamatkan kita, bukan yang malah menjerumuskan,” tutur Gus Miftah di Jakarta, Jumat (3/7/2020).
Gus Miftah mengatakan, pada dasarnya semua pengajian itu baik. Tetapi pengajian yang jauh dari norma-norma dan etika kebangsaan itulah yang tidak harus diikuti. “Kalau pengajian itu sudah menyimpang dari norma-norma dan etika kebangsaan tentunya tidak harus kita ikuti. Apalagi kan sekarang ada juga pengajian online. Jadi selektiflah dalam memilih dan ketika bermedsos,” tuturnya.
Gus Miftah yang juga merupakan pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji, Sleman, Yogyakarta ini mengungkapkan, pemahaman yang salah dan kurang tentang agama ini harus diluruskan.
Untuk meluruskannya, kata dia, harus dengan cara-cara atau metode yang relevan sesuai dengan kondisi saat ini. “Karena itu kita harus meluruskannya dengan cara-cara hari ini, karena metode dakwah itu sendiri memang selalu berkembang,” ucap alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut. ( )
Oleh karena itu menurut Gus Miftah, untuk memberikan pemahaman yang benar dan menjauhkan agama dari kekerasan maka harus meletakkan budaya dan agama secara benar. Karena kalau meletakkan budaya dan agama secara benar maka secara tak langsung akan menjauhkan agama itu dari kekerasan.
“Karena memang agama itu tidak identik dengan kekerasan. Maka dari itu dakwah yang saya lakukan selama ini adalah membudayakan agama, bukan meng-agamakan budaya. Ini tetap beragama Islam sesuai tuntunan Alquran dan hadist tetapi dengan karakteristik bangsa Indonesia,” kata Gus Miftah.
Dia berpendapat untuk mengajak orang-orang bisa mencintai agama dan mau pergi ke tempat pengajian adalah dengan dengan membuat pengajian yang bisa menyenangkan bagi orang-orang itu.
“Saya sering mengatakan begini, orang yang datang ke dunia malam itu orang susah yang mencari senang. Kenapa mereka mencari kesenangan di tempat hiburan malam? Karena mereka tidak mendapatkan kesenangan di tempat pengajian. Kemudian jadikanlah pengajian itu pengajian yang menyenangkan agar mereka mau datang. Kita sentuh hatinya, itu pendekatan yang saya lakukan,” ungkapnya.
Gus Miftah menyampaikan, cara menyampaikan Islam agar dianggap sebagai agama yang menyenangkan tentunya adalah dengan menunjukkan akhlak yang menyenangkan, bukan akhlak menakutkan.
Tokoh ulama muda Nahdatul Ulama (NU) KH Miftah Maulana Habiburrahman atau biasa disapa Gus Miftah mengakui saat ini ada generasi muda yang kurang memahami agama. Ada juga generasi muda tersebut memahami agama hanya melalui dunia maya atau media sosial (medsos).
“Seperti yang kita lihat akhir-akhir ini terjadi, orang melakukan tindak kekerasan dan aksi terorisme itu karena kurang memahami agamanya. Apalagi sekarang dengan adanya medsos, saran saya kepada generasi muda, tolonglah follow tokoh-tokoh atau akun-akun yang menentramkan. Kita boleh berguru kepada siapa pun tapi tentunya kepada guru yang bisa menyelamatkan kita, bukan yang malah menjerumuskan,” tutur Gus Miftah di Jakarta, Jumat (3/7/2020).
Gus Miftah mengatakan, pada dasarnya semua pengajian itu baik. Tetapi pengajian yang jauh dari norma-norma dan etika kebangsaan itulah yang tidak harus diikuti. “Kalau pengajian itu sudah menyimpang dari norma-norma dan etika kebangsaan tentunya tidak harus kita ikuti. Apalagi kan sekarang ada juga pengajian online. Jadi selektiflah dalam memilih dan ketika bermedsos,” tuturnya.
Gus Miftah yang juga merupakan pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji, Sleman, Yogyakarta ini mengungkapkan, pemahaman yang salah dan kurang tentang agama ini harus diluruskan.
Untuk meluruskannya, kata dia, harus dengan cara-cara atau metode yang relevan sesuai dengan kondisi saat ini. “Karena itu kita harus meluruskannya dengan cara-cara hari ini, karena metode dakwah itu sendiri memang selalu berkembang,” ucap alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut. ( )
Oleh karena itu menurut Gus Miftah, untuk memberikan pemahaman yang benar dan menjauhkan agama dari kekerasan maka harus meletakkan budaya dan agama secara benar. Karena kalau meletakkan budaya dan agama secara benar maka secara tak langsung akan menjauhkan agama itu dari kekerasan.
“Karena memang agama itu tidak identik dengan kekerasan. Maka dari itu dakwah yang saya lakukan selama ini adalah membudayakan agama, bukan meng-agamakan budaya. Ini tetap beragama Islam sesuai tuntunan Alquran dan hadist tetapi dengan karakteristik bangsa Indonesia,” kata Gus Miftah.
Dia berpendapat untuk mengajak orang-orang bisa mencintai agama dan mau pergi ke tempat pengajian adalah dengan dengan membuat pengajian yang bisa menyenangkan bagi orang-orang itu.
“Saya sering mengatakan begini, orang yang datang ke dunia malam itu orang susah yang mencari senang. Kenapa mereka mencari kesenangan di tempat hiburan malam? Karena mereka tidak mendapatkan kesenangan di tempat pengajian. Kemudian jadikanlah pengajian itu pengajian yang menyenangkan agar mereka mau datang. Kita sentuh hatinya, itu pendekatan yang saya lakukan,” ungkapnya.
Gus Miftah menyampaikan, cara menyampaikan Islam agar dianggap sebagai agama yang menyenangkan tentunya adalah dengan menunjukkan akhlak yang menyenangkan, bukan akhlak menakutkan.
(dam)
Lihat Juga :
tulis komentar anda