Podcast Aksi Nyata Ungkap Perempuan Papua Hebat Berpolitik Meski Tak Sekolah Khusus
Selasa, 27 September 2022 - 18:54 WIB
JAKARTA - Perempuan Papua disebut memiliki kemampuan dalam berpolitik meski tak sekolah khusus politik. Hal tersebut diungkapkan Ketua DPW Kartini Perindo Papua Barat Helen Meity Esterline Kamer dalam Podcast Aksi Nyata Perindo bertajuk Pentingnya Peran Perempuan Papua di Ranah Publik, Selasa (27/9/2022).
"Kami memang di Papua rata-rata perempuan di Papua pandai hebat apalagi soal masalah politik, meskipun kita tidak sekolah secara khusus politik, tapi banyak hal yang bisa kita pelajari terutama dari keseharian kita perempuan di Papua," kata Helen.
Kendati demikian, Helen mengatakan hingga saat ini kondisi di Papua masih membatasi sosok perempuan. Apalagi, sebagian perempuan yang lainnya masih merasa takut terjun ke dunia politik.
"Mungkin sebagian perempuan yang lain masih ada rasa ketakutan dalam tanda kutip terhadap kita mesti bagaimana pandangan politik ini," tuturnya.
Maka itu, Helen menilai perempuan Papua perlu berpikir bahwa kehadiran perempuan di ranah publik bukan sebagai sosok pembanding laki-laki, namun sebagai pelengkap aspirasi yang menyuarakan dari kalangan perempuan. Meski intimidasi terhadap perempuan politik tetap ada, namun dia bersikukuh bahwa perlawanan tersebut dianggap penting guna menyuarakan aspirasi perempuan.
"Memang sebagai perempuan politik kita harus tahan banting untuk hal itu," pungkasnya.
"Kami memang di Papua rata-rata perempuan di Papua pandai hebat apalagi soal masalah politik, meskipun kita tidak sekolah secara khusus politik, tapi banyak hal yang bisa kita pelajari terutama dari keseharian kita perempuan di Papua," kata Helen.
Kendati demikian, Helen mengatakan hingga saat ini kondisi di Papua masih membatasi sosok perempuan. Apalagi, sebagian perempuan yang lainnya masih merasa takut terjun ke dunia politik.
Baca Juga
"Mungkin sebagian perempuan yang lain masih ada rasa ketakutan dalam tanda kutip terhadap kita mesti bagaimana pandangan politik ini," tuturnya.
Maka itu, Helen menilai perempuan Papua perlu berpikir bahwa kehadiran perempuan di ranah publik bukan sebagai sosok pembanding laki-laki, namun sebagai pelengkap aspirasi yang menyuarakan dari kalangan perempuan. Meski intimidasi terhadap perempuan politik tetap ada, namun dia bersikukuh bahwa perlawanan tersebut dianggap penting guna menyuarakan aspirasi perempuan.
"Memang sebagai perempuan politik kita harus tahan banting untuk hal itu," pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda