Gerah Unggahan Denny Siregar, Demokrat Minta Istana Tertibkan Buzzernya
Jum'at, 03 Juli 2020 - 13:06 WIB
JAKARTA - Ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan jajaran menterinya sedang fokus menangani pandemi Covid-19 berikut dampaknya, oknum buzzer justru sering membuat pernyataan yang kontraproduktif. Tak hanya menyerang tokoh maupun parpol oposisi, kali ini buzzer yang identik sebagai pendukung pemerintah membuat pernyataan menyinggung hati para santri.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Irwan menyayangkan unggahan Denny Siregar di akun media sosial (medsos) pribadinya pada tanggal 27 Juni lalu. Denny mengunggah tulisan yang intinya dianggap menghina bahkan memfitnah tahfidz Alquran Daarul Ilmi, dengan keterangan “Adek-adekku Calon Teroris yang Abang Sayang,” disertai foto ilustrasi anak-anak yang menggunakan ikat kepala bertuliskan kalimat tauhid.
(Baca: Respons Demokrat Soal Usul RUU HIP Diubah Judulnya)
“Saya menyayangkan bisa terjadi postingan itu. Ini sangat menyinggung hati para santri,” tegas Irwan kepada wartawan, Jumat (3/7/2020).
Anggota Komisi V DPR ini menilai, unggahan yang dibuat Deny Siregar itu tidak patut dilakukan, sebab akan menguras energi pemangku negeri dengan menghadapkan pada persoalan baru.
“Lebih baik energi kita digunakan bagaimana pandemi Covid-19 ini tidak terus menjangkiti Indonesia. Bukan justru secuil postingan yang sebabkan beban energi baru yakni polarisasi politik lagi. Kasihan Pak Jokowi,” ujar Irwan.
(Baca: Rizal Ramli : Mana Bisa Masalah Bangsa Diselesaikan dengan Buzzer)
Legislastor asal Kalimantan Timur ini menyarankan agar pemerintah merangkul segenap komponen bangsa, termasuk santri untuk berperang melawan Covid-19, seperti yang dilakukan Partai Demokrat.
“Kita baik dan bersinergi dengan santri. Semua itu dilakukan demi merangkul segenap elemen bangsa ini, untuk merajut persatuan Indonesia seperti Sila ke-3 Pancasila,” tegas Irwan.
Karena itu, Irwan menambahkan, akan lebih baik joka Presiden Jokowi menertibkan para buzernya atau pendukungnya agar tidak membuat keruh keadaan di dalam negeri yang tengah dihadapkan problem pelik saat ini yakni ekonomi dan pandemi.
“Sudah saatnya istana tertibkan para buzzer dan pendukungnya. Jangan sampai jadi bumerang bagi Pak Jokowi,” tandas Irwan.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Irwan menyayangkan unggahan Denny Siregar di akun media sosial (medsos) pribadinya pada tanggal 27 Juni lalu. Denny mengunggah tulisan yang intinya dianggap menghina bahkan memfitnah tahfidz Alquran Daarul Ilmi, dengan keterangan “Adek-adekku Calon Teroris yang Abang Sayang,” disertai foto ilustrasi anak-anak yang menggunakan ikat kepala bertuliskan kalimat tauhid.
(Baca: Respons Demokrat Soal Usul RUU HIP Diubah Judulnya)
“Saya menyayangkan bisa terjadi postingan itu. Ini sangat menyinggung hati para santri,” tegas Irwan kepada wartawan, Jumat (3/7/2020).
Anggota Komisi V DPR ini menilai, unggahan yang dibuat Deny Siregar itu tidak patut dilakukan, sebab akan menguras energi pemangku negeri dengan menghadapkan pada persoalan baru.
“Lebih baik energi kita digunakan bagaimana pandemi Covid-19 ini tidak terus menjangkiti Indonesia. Bukan justru secuil postingan yang sebabkan beban energi baru yakni polarisasi politik lagi. Kasihan Pak Jokowi,” ujar Irwan.
(Baca: Rizal Ramli : Mana Bisa Masalah Bangsa Diselesaikan dengan Buzzer)
Legislastor asal Kalimantan Timur ini menyarankan agar pemerintah merangkul segenap komponen bangsa, termasuk santri untuk berperang melawan Covid-19, seperti yang dilakukan Partai Demokrat.
“Kita baik dan bersinergi dengan santri. Semua itu dilakukan demi merangkul segenap elemen bangsa ini, untuk merajut persatuan Indonesia seperti Sila ke-3 Pancasila,” tegas Irwan.
Karena itu, Irwan menambahkan, akan lebih baik joka Presiden Jokowi menertibkan para buzernya atau pendukungnya agar tidak membuat keruh keadaan di dalam negeri yang tengah dihadapkan problem pelik saat ini yakni ekonomi dan pandemi.
“Sudah saatnya istana tertibkan para buzzer dan pendukungnya. Jangan sampai jadi bumerang bagi Pak Jokowi,” tandas Irwan.
(muh)
tulis komentar anda