Terenyuh, Ketulusan Cinta Pierre Tendean dan Rukmini yang Hanya Tinggal Sejarah
Kamis, 08 September 2022 - 06:16 WIB
Pierre mulai merasa perbedaan pendapat antara dirinya dan kedua orang tuanya ini dapat diterima oleh keluarga setelah melihat perkembangan hubungan adiknya, Rooswidiati dengan seorang pria Bugis beragama Islam bernama Muhammad Jusuf Razak yang mendapat lampu hijau dari Ayah Tendean.
Pierre pun sempat mengirimkan surat kepada adiknya itu begitu mengetahui Roos didekati Jusuf menjelang awal 1965. Surat Pierre kepada Roos dituliskan dalam bahasa Inggris. "Ayah dan Ibu sangat menyayangi kamu (anak-anaknya). Jangan sakiti hati mereka. Mudah-mudahan kamu membuat keputusan yang benar (dengan pilihan priamu yang berbeda keyakinan)," bunyi surat Pierre kepada adiknya.
Roos terdiam kebingungan setelah membaca surat dari Pierre tersebut. Ayah Tendean sempat ngobrol empat mata dengan Roos.
"Kayaknya agamanya berbeda, ya. Pernikahan itu harus dilandasi dengan keyakinan yang sama di antara kedua pasangan. Karena menikah itu tidak melulu diisi dengan kebahagiaan, akan ada masa-masa sulit yang membutuhkan fondasi kuat dari keduanya untuk bersama-sama melalui badai, yang tidak akan didapat bila kalian berbeda. Nanti anak-anak kalian mau dibawa ke mana bila sampai terjadi seperti itu," kata Ayah Tendean kepada Roos.
"Suami itu kepala keluarga, pemimpin keluarga. Bila dia menjalankan agamanya dengan baik sesuai ketentuan agamanya, maka kamu wajib mengikutinya. Namun, bila ternyata tidak, kamulah yang harus menarik calonmu itu ke agamamu," tutur Ayah Tendean kepada Roos.
Jusuf merupakan seorang pemuda muslim yang taat, dan menimbang hal yang sedemikian Ayah Tendean menunjukkan sikap toleransi yang sangat besar, merelakan dan menuntun Roos menjadi calon istri yang baik dengan berpindah keyakinan mengikuti agama Jusuf.
Rooswidiati dan Jusuf Razak menikah pada 2 Juli 1965 dan pesta perayaannya digelar di Semarang selama tiga hari berturut-turut. Hotel Dibja Puri yang berlokasi di Jalan Pemuda, yang tidak jauh dari rumah di Jalan Imam Bonjol menjadi tempat pelaksanaan ijab kabul.
"Mami, ini sumbangan dari saya untuk pernikahan Roos," ujar Pierre menyerahkan bingkisan berbungkus kertas koran kepada ibunya, sebelum Roos menjalani prosesi Malam Midodareni pada 1 Juli 1965 siang.
Ibu Tendean terkejut saat membuka bingkisan tersebut karena berisi gulungan uang rupiah dalam jumlah yang cukup besar. Sumbangan dari Pierre itu merupakan penghasilannya selama menjadi mata-mata sewaktu Operasi Dwikora.
"Mas, aku titip adikku, tolong jaga dia," kata Pierre saat berpelukan dengan Jusuf usai ijab kabul.
Pierre pun sempat mengirimkan surat kepada adiknya itu begitu mengetahui Roos didekati Jusuf menjelang awal 1965. Surat Pierre kepada Roos dituliskan dalam bahasa Inggris. "Ayah dan Ibu sangat menyayangi kamu (anak-anaknya). Jangan sakiti hati mereka. Mudah-mudahan kamu membuat keputusan yang benar (dengan pilihan priamu yang berbeda keyakinan)," bunyi surat Pierre kepada adiknya.
Roos terdiam kebingungan setelah membaca surat dari Pierre tersebut. Ayah Tendean sempat ngobrol empat mata dengan Roos.
"Kayaknya agamanya berbeda, ya. Pernikahan itu harus dilandasi dengan keyakinan yang sama di antara kedua pasangan. Karena menikah itu tidak melulu diisi dengan kebahagiaan, akan ada masa-masa sulit yang membutuhkan fondasi kuat dari keduanya untuk bersama-sama melalui badai, yang tidak akan didapat bila kalian berbeda. Nanti anak-anak kalian mau dibawa ke mana bila sampai terjadi seperti itu," kata Ayah Tendean kepada Roos.
"Suami itu kepala keluarga, pemimpin keluarga. Bila dia menjalankan agamanya dengan baik sesuai ketentuan agamanya, maka kamu wajib mengikutinya. Namun, bila ternyata tidak, kamulah yang harus menarik calonmu itu ke agamamu," tutur Ayah Tendean kepada Roos.
Jusuf merupakan seorang pemuda muslim yang taat, dan menimbang hal yang sedemikian Ayah Tendean menunjukkan sikap toleransi yang sangat besar, merelakan dan menuntun Roos menjadi calon istri yang baik dengan berpindah keyakinan mengikuti agama Jusuf.
Rooswidiati dan Jusuf Razak menikah pada 2 Juli 1965 dan pesta perayaannya digelar di Semarang selama tiga hari berturut-turut. Hotel Dibja Puri yang berlokasi di Jalan Pemuda, yang tidak jauh dari rumah di Jalan Imam Bonjol menjadi tempat pelaksanaan ijab kabul.
"Mami, ini sumbangan dari saya untuk pernikahan Roos," ujar Pierre menyerahkan bingkisan berbungkus kertas koran kepada ibunya, sebelum Roos menjalani prosesi Malam Midodareni pada 1 Juli 1965 siang.
Ibu Tendean terkejut saat membuka bingkisan tersebut karena berisi gulungan uang rupiah dalam jumlah yang cukup besar. Sumbangan dari Pierre itu merupakan penghasilannya selama menjadi mata-mata sewaktu Operasi Dwikora.
"Mas, aku titip adikku, tolong jaga dia," kata Pierre saat berpelukan dengan Jusuf usai ijab kabul.
tulis komentar anda