Terenyuh, Ketulusan Cinta Pierre Tendean dan Rukmini yang Hanya Tinggal Sejarah

Kamis, 08 September 2022 - 06:16 WIB
"Kedua suami istri ini sangat berbahagia karena merupakan pasangan yang cocok sekali. Mereka merasa tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, dan keduanya selalu mengagung-agungkan cinta mereka. Akan tetapi, apa yang terjadi kemudian? Overste Suryo Sumarno telah dibunuh PKI dengan kejam dan biadab pada waktu bergerilya di Kawasan Merapi Merbabu Complex (MMC), sekitar tahun 1949. Kuharap hal itu tidak akan terjadi padamu Pierre. Oleh karena itu, wajarlah saja dalam bercinta. Jangan terlalu mengagung-agungkan kekasih di luar kewajaran hubungan cintamu itu. Dan Ibu juga percaya kamu demikian karena Ibu percaya akan segala ketabahanmu dan bakatmu yang bijaksana," ungkapnya.

Nasihat Johanna Sunarti itu disampaikan kepada Pierre Tendean dua hari sebelum nyawa Pierre direnggut oleh gerombolan Gerakan 30 September/PKI yang seakan-akan menjadi firasat akan kepergian Pierre.

Meski terpisah jarak dan tempat, hubungan Pierre dan Rukmini tidak pernah surut. Sebelum Pierre dipindahkan ke Jakarta, keluarga Rukmini menganjurkan untuk diadakan semacam perjanjian atau ikatan di antara keduanya.

Ketika Pierre berada di Jakarta, hubungan mereka tetap terjaga hangat walaupun hanya melalui surat-menyurat. Pierre juga pernah curhat kepada kakaknya, Mitzi Farre.

"Mitz, aku wis ketemu jodohku. Wis yo Mitz, dongakake wae mugo-mugo kelakon. (Mitz, aku sudah menemukan jodohku. Doakan saja Mitz, semoga bisa tercapai)," bunyi sepenggal isi surat Pierre kepada kakaknya.

"Pierre, kalau orang mau berumah tangga, yang penting adalah restu dari orang tua," bunyi surat jawaban Mitzi kepada Pierre.

Kisah cinta Pierre dan Rukmini pada awalnya memiliki hambatan restu dari Ayah dan Ibu Tendean. Masalah perbedaan keyakinan yang menjadi kendala utamanya.

Rukmini yang bewatak keras bersikukuh tidak dapat melanjutkan hubungan dengan seorang pria yang bukan muslim. Atas syarat dari Rukmini ini, Pierre sudah memutuskan untuk menuruti syarat dari Rukmini karena dia sangat mencintai gadis sederhana tersebut dan tidak ingin berpisah dengannya.

Akan tetapi, Ayah dan Ibu Tendean justru meragukan Pierre dapat membiasakan diri dengan keseharian Rukmini dan keluarga Chamim yang sangat agamis, mengingat Pierre dibesarkan dalam ajaran Kristen yang taat. Keraguan ini muncul setelah kedua keluarga dipertemukan pada awal 1965 di Yogyakarta.

Waktu itu keluarga Chamim sedang ramai-ramai pulang kampung mengunjungi saudara mereka di sana. Meski kedua orang tuanya menyatakan keberatan, Pierre tetap yakin pada hatinya untuk melamar sang pujaan hati.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More