Luka Tembak Ditusuk Bayonet, Legenda Kopassus Ini Bungkam Tak Mau Bocorkan Rahasia Negara
Minggu, 04 September 2022 - 06:25 WIB
Agus dan pasukannya yang terus bergerak menemukan sebuah gubuk. Saat tengah beristirahat, tentara Belanda kembali menyerang Agus secara mendadak. Beberapa anak buah Agus gugur dalam pertempuran tersebut. Karena kekuatan tidak sebanding, Agus bersama pasukannya kembali masuk ke hutan.
Presiden Soeharto menyalami Kolonel Inf. Agus Hernoto. Foto/istimewa
Namun demikian, tentara Belanda terus mengejar dan mengepung sisa pasukan yang dipimpin Agus. Nahas, timah panas menembus kaki kiri Agus. Tidak hanya itu, pecahan granat juga menancap di punggung kanannya. Seketika Agus tersungkur.
Beberapa anak buahnya mencoba membopong dan menyelamatkan Agus, komandannya. Di tengah situasi kritis, Agus memaksa anak buahnya untuk meninggalkannya sendiri. Agus tak ingin pergerakan pasukan terhambat karena harus menyelamatkannya.
Beberapa hari kemudian, pasukan Belanda yang melakukan pembersihan daerah pertempuran menemukan Agus bersimbah darah. Agus kemudian dibawa ke Kamp Militer Belanda. Di Kamp tersebut, Agus mengalami penyiksaan yang cukup berat.
Agus diinterogasi agar memberitahu kapan TNI akan menyerang Papua. Bahkan, di tengah interogasi luka tembak di kakinya ditusuk bayonet agar Agus mau membocorkan lokasi pasukannya. Namun Agus bergeming dan memegang prinsip tidak mau membocorkan informasi. “Lebih baik mati daripada membocorkan rahasia negara,” kenang Agus.
Siksaan demi siksaan dialami Agus, hingga membuat kaki kirinya yang hancur karena tertembak peluru yang masih bersarang membusuk hingga muncul belatung. Saat itu, tentara Belanda memutuskan untuk mengamputasi atau memotong kaki kirinya Agus. Tindakan ini membuat Agus kehilangan sebagian kaki kirinya dan cacat selama-lamanya.
Upaya TNI merebut Papua dari tangan Belanda membuahkan hasil. Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia dan menyerahkan wilayah tersebut kepangkuan Ibu Pertiwi. Agus kemudian diterbangkan kembali ke Jakarta untuk menjalani perawatan medis RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Karena jasa-jasanya kepada negara, Presiden ke 2 RI Soeharto menganugerahi Agus sebuah medali "Bintang Sakti" pada 1987. Sebuah penghargaan kepada mereka yang yang menunjukkan keberanian dan ketabahan tekad melampaui dan melebihi panggilan kewajiban dalam pelaksanaan tugas operasi militer.
Presiden Soeharto menyalami Kolonel Inf. Agus Hernoto. Foto/istimewa
Namun demikian, tentara Belanda terus mengejar dan mengepung sisa pasukan yang dipimpin Agus. Nahas, timah panas menembus kaki kiri Agus. Tidak hanya itu, pecahan granat juga menancap di punggung kanannya. Seketika Agus tersungkur.
Beberapa anak buahnya mencoba membopong dan menyelamatkan Agus, komandannya. Di tengah situasi kritis, Agus memaksa anak buahnya untuk meninggalkannya sendiri. Agus tak ingin pergerakan pasukan terhambat karena harus menyelamatkannya.
Beberapa hari kemudian, pasukan Belanda yang melakukan pembersihan daerah pertempuran menemukan Agus bersimbah darah. Agus kemudian dibawa ke Kamp Militer Belanda. Di Kamp tersebut, Agus mengalami penyiksaan yang cukup berat.
Agus diinterogasi agar memberitahu kapan TNI akan menyerang Papua. Bahkan, di tengah interogasi luka tembak di kakinya ditusuk bayonet agar Agus mau membocorkan lokasi pasukannya. Namun Agus bergeming dan memegang prinsip tidak mau membocorkan informasi. “Lebih baik mati daripada membocorkan rahasia negara,” kenang Agus.
Siksaan demi siksaan dialami Agus, hingga membuat kaki kirinya yang hancur karena tertembak peluru yang masih bersarang membusuk hingga muncul belatung. Saat itu, tentara Belanda memutuskan untuk mengamputasi atau memotong kaki kirinya Agus. Tindakan ini membuat Agus kehilangan sebagian kaki kirinya dan cacat selama-lamanya.
Upaya TNI merebut Papua dari tangan Belanda membuahkan hasil. Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia dan menyerahkan wilayah tersebut kepangkuan Ibu Pertiwi. Agus kemudian diterbangkan kembali ke Jakarta untuk menjalani perawatan medis RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Karena jasa-jasanya kepada negara, Presiden ke 2 RI Soeharto menganugerahi Agus sebuah medali "Bintang Sakti" pada 1987. Sebuah penghargaan kepada mereka yang yang menunjukkan keberanian dan ketabahan tekad melampaui dan melebihi panggilan kewajiban dalam pelaksanaan tugas operasi militer.
tulis komentar anda