Di Webinar Partai Perindo, Effendi Syahputra Ungkap Kunci Membangun Timnas yang Hebat
Jum'at, 26 Agustus 2022 - 17:02 WIB
JAKARTA - Ketua DPP Pemuda Perindo Effendi Syahputra menyatakan berbagai upaya perlu dilakukan untuk membangun Timnas Indonesia sebagai tim sepak bola yang hebat. Hal tersebut diungkapkannya saat didapuk sebagai pembicara di webinar Partai Perindo bertajuk “Belajar dari Sukses Timnas U-16, Kita Bangun Tim Sepakbola yang Hebat”, Jumat (26/8/2022).
"Pemilihan pemain Timnas harus lebih fokus dan teliliti lagi," kata Effendi Syahputra.
Artinya, kata Effendi, calon pemain Timnas yang ditunjuk tidak hanya memiliki skill dan power yang mumpuni. Namun, pemain tersebut harus juga memiliki Intelligence Quotient (IQ) ketika berada di lapangan hijau.
Ia menjelaskan hasil psikotes ternyata rata-rata pemain Timnas Junior yang dulu tidak masuk Timnas Senior sekarang lantaran tingkat IQ-nya rendah karena tidak cerdas dalam bermain. "Punya skill, punya power, tetapi tidak punya kecerdasan ya sulit juga," ungkap Effendi yang merupakan mantan Manager PSIM Yogyakarta dan Semen Padang FC itu.
Selain itu, untuk mencetak pemain Timnas mumpuni harus dimulai dari pembinaan-pembinaan pemain yang dilakukan di akademi dan klub-klub sepak bola di seluruh Indonesia sedari dini, dengan tentunya terus mengikuti berbagai kompetisi. "Kunci dari pembinaan sepak bola itu adalah kompetisi," tegas Effendi yang juga Ketua DPW Partai Perindo DKI Jakarta itu.
Mantan CEO Bogor FC itu mencontohkan dalam pola perekrutan pemain Timnas Vietnam yakni dengan memilih pemain-pemain di klub sepak bola dan akademi profesional di Liga Vietnam. "Rata-rata pemain Timnas mereka (Vietnam) berasal dari akademi itu, jadi pemain yang dikirim ke Timnas tidak perlu lagi diajari passing yang benar, sundul yang benar, ini menjadi permasalahan," tegas dia.
"Sekarang Timnas senior kita masih diajari hal-hal seperti itu, hal-hal seperti itu sudah selesai di tingkat akademi dan klub mereka masing-masing," tambah Effendi.
Soal pelatih, kata Effendi, Indonesia memang krisis coach. Pelatih yang memiliki lisensi A PSSI Diploma di Indonesia sangat kurang, tidak sebanding dengan negara-negara di Eropa yang sudah banyak memiliki lisensi A Pro.
"Kita masih kurang bangat apalagi A diploma. A diploma itu cuma hitungan cuma puluhan orang. (Pelatih) di negara-negara luar sudah lisensi A Pro, sementara kita sangat kurang sekali untuk pelatih lisensi A Pro," ujar Effendi.
"Pemilihan pemain Timnas harus lebih fokus dan teliliti lagi," kata Effendi Syahputra.
Artinya, kata Effendi, calon pemain Timnas yang ditunjuk tidak hanya memiliki skill dan power yang mumpuni. Namun, pemain tersebut harus juga memiliki Intelligence Quotient (IQ) ketika berada di lapangan hijau.
Ia menjelaskan hasil psikotes ternyata rata-rata pemain Timnas Junior yang dulu tidak masuk Timnas Senior sekarang lantaran tingkat IQ-nya rendah karena tidak cerdas dalam bermain. "Punya skill, punya power, tetapi tidak punya kecerdasan ya sulit juga," ungkap Effendi yang merupakan mantan Manager PSIM Yogyakarta dan Semen Padang FC itu.
Selain itu, untuk mencetak pemain Timnas mumpuni harus dimulai dari pembinaan-pembinaan pemain yang dilakukan di akademi dan klub-klub sepak bola di seluruh Indonesia sedari dini, dengan tentunya terus mengikuti berbagai kompetisi. "Kunci dari pembinaan sepak bola itu adalah kompetisi," tegas Effendi yang juga Ketua DPW Partai Perindo DKI Jakarta itu.
Mantan CEO Bogor FC itu mencontohkan dalam pola perekrutan pemain Timnas Vietnam yakni dengan memilih pemain-pemain di klub sepak bola dan akademi profesional di Liga Vietnam. "Rata-rata pemain Timnas mereka (Vietnam) berasal dari akademi itu, jadi pemain yang dikirim ke Timnas tidak perlu lagi diajari passing yang benar, sundul yang benar, ini menjadi permasalahan," tegas dia.
"Sekarang Timnas senior kita masih diajari hal-hal seperti itu, hal-hal seperti itu sudah selesai di tingkat akademi dan klub mereka masing-masing," tambah Effendi.
Soal pelatih, kata Effendi, Indonesia memang krisis coach. Pelatih yang memiliki lisensi A PSSI Diploma di Indonesia sangat kurang, tidak sebanding dengan negara-negara di Eropa yang sudah banyak memiliki lisensi A Pro.
"Kita masih kurang bangat apalagi A diploma. A diploma itu cuma hitungan cuma puluhan orang. (Pelatih) di negara-negara luar sudah lisensi A Pro, sementara kita sangat kurang sekali untuk pelatih lisensi A Pro," ujar Effendi.
(rca)
tulis komentar anda