Kesal dengan Komandannya, Legenda Kopassus Ini Todongkan Senjata ke Wajah LB Moerdani

Jum'at, 26 Agustus 2022 - 06:36 WIB
Persis pada hari H, Nasution melucuti para perwira yang bersimpati pada gerakan itu di antaranya membebastugaskan dua tokoh utama penculikan yakni Kemal Idris dan Soewarto. Termasuk Kolonel Sukanda Bratamanggala dan Kolonel Sapari.

Meski gagal, Djaelani tetap pada rencana awal dan meneruskan upaya penculikan tersebut. Bahkan Zulkifli Lubis yang datang langsung ke Batujajar mendorong Djaelani dan RPKAD untuk menajamkan rencananya tersebut. Di hadapan para perwiranya, Djaelani memberikan waktu 2x24 jam untuk berpikir ikut atau tidak dalam gerakan ini. Djaelani juga menginstruksikan kepada jajarannya untuk berkumpul di kantor komandan.

Pagi hari, tepatnya 26 November 1956 sekitar pukul 06.00 WIB rentetan tembakan memecah kesunyian Kompleks Asrama RPKAD di Batujajar, Bandung. Pasukan Kompi B yang tidak setuju dengan gerakan penculikan mengamuk. Mereka terlibat baku tembak dengan perwira Kompi A.

Tidak berhenti sampai di situ, pasukan yang marah kemudian mencari keberadaan Djaelani, komandannya yang ketika itu berada di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD). Di sisi lain, Benny Moerdani yang tidak mengetahui persoalan tersebut terkejut ketika langkahnya dihentikan saat hendak masuk ke markasnya.

“Mau kemana?” gertak Sersan Agus Hernoto sambil menodongkan senapannya ke wajah Letnan Dua (Letda) Benny Moerdani.

“Lho, ke kantor,” jawab Benny.

“Lha kalian mau kemana?” tanya Benny kepada Agus Hernoto

”Ke Pak Djaelani, dia mengkhianati kita semua,” jawab Agus Hernoto.

Benny kemudian mengikuti dari belakang rombongan Agus. Saat itu, mantan Panglima ABRI ini menyaksikan sejumlah perwira sudah ditahan dalam sebuah ruangan. Benny satu-satunya perwira yang tidak diringkus karena semua orang tahu dia selama sebulan sakit.

Benny kembali bertanya kepada para pasukan yang ada “Ada apa ini?” tanya Benny

“Pak, komandan mengkhianati kita. Para perwira ini mengkhianati kita, kita bunuh saja mereka,” jawab para bintara serentak. Mereka terlihat tidak sabar menunggu perintah untuk menarik picu senjatanya.

Namun Benny dengan sigap melarangnya. ”Taruh-taruh itu semua senjatanya. Serahkan semua kepada saya,” kata Benny.

Benny bersama Agus Hernoto dan beberapa prajurit Kopassus lainnya menuju SSKAD. Benny kemudian menjelaskan peristiwa yang terjadi di Batujajar kepada Djaelani. Mendapat penjelasan tersebut, Djaelani akhirnya menyerah dan memberikan pistolnya kepada Benny Moerdani.

Pascaperistiwa itu, hubungan Benny Moerdani dan Agus Hernoto semakin dekat. Bahkan keduanya menjalin persahabatan seumur hidup sekalipun Agus Hernoto pernah menodongan senjata ke wajah Benny Moerdani.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More