Ketua DPP Perindo: Kekuatan Partai Nonparlemen Tak Bisa Diabaikan
Senin, 15 Agustus 2022 - 15:08 WIB
JAKARTA - Jelang Pemilu 2024 , sejumlah partai politik (parpol) mulai membangun koalisi untuk memenangkan kontestasi lima tahunan tersebut. Saat ini, koalisi yang sudah terbentuk antara lain Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Partai Gerinda dan PKB.
Ketua DPP Partai Perindo Bidang Hankam dan Siber Susaningtyas Kertopati mengatakan, sekarang ini seluruh partai politik sedang mencari pertemanan untuk dapat bersama-sama memenangkan Pemilu 2024.
”Ini dinamikanya menarik karena tumbuh koalisi-koalisi yang itu sulit diperkirakan sebelumnya. Ada beberapa orang yang bilang tidak mungkin partai ini koalisi dengan partai ini. Rupanya akhirnya mereka berkoalisi,” ujar Nuning panggilan akrab Susaningtyas Kertopati dalam Podcast National Intelligence Estimate yang mengangkat tema “Dinamika Politik Pilpres 2024” dikutip SINDOnews, Senin (15/8/2022).
Mantan anggota Komisi I DPR ini menyebut, saat ini diskursus mengenai koalisi sedang ramai dan sangat unpredictable. Koalisi, kata Nuning, merupakan suatu alat untuk memenangkan visi dan misi partai politik.
”Kalau ditanya ke depannya seperti apa, sampai 2023 dinamikanya masih sangat tinggi. Bisa saja ada gesekan di tengah jalan kemudian mereka pecah, itukan sangat mungkin probabilitasnya,” ucapnya.
Apalagi saat ini kekuatan partai-partai hampir merata, di mana ada juga partai-partai nonparlemen yang angkanya hampir mencapai 24,5%. ”Partai-partai nonparlemen itu tidak bisa kita abaikan karena mereka bergerak dan memiliki pemilih. Katakan Perindo sudah melesat ke atas. Jadi citra dibuat sedemikian rupa dan media sangat berperan dalam membentuk citra partai selain tokoh-tokohnya juga,” katanya.
Dalam diskusi tersebut, Nuning juga mengakui saat ini pragmatisme dalam pemilu begitu kuat. Hal itu sangat berbeda bila dibandingan dengan awal-awal Reformasi pada 1999 di mana pemilih lebih ideologis. ”Pragmatisme masih ada dalam pemilu kita,” kata Nuning.
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens menilai, politik Indonesia memiliki ciri khas yakni, unpredictable atau tidak bisa ditebak karena karakter partai politik di Indonesia yang tidak memiliki pakem. ”Memang sulitnya sekali memprediksi manuver-manuver parpol ini ke depan. Selalu last minute mereka,” jelasnya.
Boni Hargens menyebut, manuver partai politik baru terlihat pada pertengahan 2023 siapa akan mendukung siapa. ”Partai politik di Indonesia dalam melakukan pendekatan behavioural itu lebih ditentukan oleh elitenya, bukan dari organisasinya, bukan dari nilai organisasi tapi oleh pilihan elitenya. Dari sini kita bisa lihat persahabatan antar elite partai-partai di Indonesia. Itu akan menentukan konstruksi koalisi,” ucapnya.
Ketua DPP Partai Perindo Bidang Hankam dan Siber Susaningtyas Kertopati mengatakan, sekarang ini seluruh partai politik sedang mencari pertemanan untuk dapat bersama-sama memenangkan Pemilu 2024.
”Ini dinamikanya menarik karena tumbuh koalisi-koalisi yang itu sulit diperkirakan sebelumnya. Ada beberapa orang yang bilang tidak mungkin partai ini koalisi dengan partai ini. Rupanya akhirnya mereka berkoalisi,” ujar Nuning panggilan akrab Susaningtyas Kertopati dalam Podcast National Intelligence Estimate yang mengangkat tema “Dinamika Politik Pilpres 2024” dikutip SINDOnews, Senin (15/8/2022).
Mantan anggota Komisi I DPR ini menyebut, saat ini diskursus mengenai koalisi sedang ramai dan sangat unpredictable. Koalisi, kata Nuning, merupakan suatu alat untuk memenangkan visi dan misi partai politik.
”Kalau ditanya ke depannya seperti apa, sampai 2023 dinamikanya masih sangat tinggi. Bisa saja ada gesekan di tengah jalan kemudian mereka pecah, itukan sangat mungkin probabilitasnya,” ucapnya.
Apalagi saat ini kekuatan partai-partai hampir merata, di mana ada juga partai-partai nonparlemen yang angkanya hampir mencapai 24,5%. ”Partai-partai nonparlemen itu tidak bisa kita abaikan karena mereka bergerak dan memiliki pemilih. Katakan Perindo sudah melesat ke atas. Jadi citra dibuat sedemikian rupa dan media sangat berperan dalam membentuk citra partai selain tokoh-tokohnya juga,” katanya.
Dalam diskusi tersebut, Nuning juga mengakui saat ini pragmatisme dalam pemilu begitu kuat. Hal itu sangat berbeda bila dibandingan dengan awal-awal Reformasi pada 1999 di mana pemilih lebih ideologis. ”Pragmatisme masih ada dalam pemilu kita,” kata Nuning.
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens menilai, politik Indonesia memiliki ciri khas yakni, unpredictable atau tidak bisa ditebak karena karakter partai politik di Indonesia yang tidak memiliki pakem. ”Memang sulitnya sekali memprediksi manuver-manuver parpol ini ke depan. Selalu last minute mereka,” jelasnya.
Boni Hargens menyebut, manuver partai politik baru terlihat pada pertengahan 2023 siapa akan mendukung siapa. ”Partai politik di Indonesia dalam melakukan pendekatan behavioural itu lebih ditentukan oleh elitenya, bukan dari organisasinya, bukan dari nilai organisasi tapi oleh pilihan elitenya. Dari sini kita bisa lihat persahabatan antar elite partai-partai di Indonesia. Itu akan menentukan konstruksi koalisi,” ucapnya.
(cip)
tulis komentar anda