Terus Kawal Kasus Brigadir J, Aksi 3.000 Lilin Digelar di Pelataran TIM
Senin, 08 Agustus 2022 - 21:47 WIB
JAKARTA - Sekelompok masyarakat yang tergabung dalam civil society Indonesia (CSI) menggelar aksi 3.000 lilin di Taman Ismail Marzuki (TIM), Menteng, Jakarta Pusat, Senin (8/8/2022) malam. Adapun aksi tersebut sebagai bentuk kepedulian dan terus mengawal kasus tewasnya Brigadir J alias Nopryansah Yosua Hutabarat .
Sekelompok orang tersebut terlihat membawa poster bertuliskan "Justice For Josua". Aksi lilin tersebut membentuk angka 30 sebagai bentuk memperingati 30 hari kepergian Brigadir J.
"Kita berkumpul untuk kebajikan, untuk mengawal agar tidak ada lagi satupun putra Indonesia yang mati sia-sia," kata penanggung jawab CSI Irma Hutabarat kepada wartawan di TIM.
"Kenapa harus bikin acara ini, karena kita semua kita punya anak. Bagaimana rasanya kalau anakmu datang dalam peti dan enggak boleh dibuka petinya enggak boleh dilihat," imbuhnya.
Irma mengklaim sejumlah anggota lapisan masyarakat turut andil dalam aksi 3.000 lilin hari ini. Ia pun bakal menggelar aksi serupa hingga kasus tersebut terungkap secara terang.
"Saya ingin mengajak agar kita mengawal ini dengan konsisten, dengan komitmen, kita ini adalah orang yang ingin berbuat kebajikan bagi negeri ini malalui arwah Yosua semoga tenang di surga, semoga kita semua diberi kekuatan untuk mengawal kebajikan ini dan saya berharap kita bisa berkumpul 40 hari 100 hari sampai terungkap kasus ini sampai bersih kepolisian Republik Indonesia," ujar Irma.
Irma juga menyoroti transparansi dari pihak kepolisian dalam upaya pengungkapan kasus tewasnya Brigadir J. Ia menilai sejumlah instansi belum maksimal dan transparan dalam mengungkap kasus tersebut.
"Begini, transparan menurut kita semua sama transparan menurut timsus atau polisi sama enggak? Kalau dibilang bahwa kami sekarang sedang menangkap empat orang pelanggar etik, pelanggaran etik ini apa? Kita punya hak untuk tahu," ucap Irma.
Lebih lanjut, Irma menilai kasus tewasnya Brigadir J jadi momentum bersih-bersih dalam instansi Polri. "Ini adalah momentum yang terbaik untuk beres-beres Polri, kedua untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Kalau ada pertanyaan kenapa lama sekali karena alat bukti dihilangkan. Lalu ada banyak yang ikut di persekongkolan jahat ini. Itu harus disebutkan satu per satu siapa namanya apa yang dilakukan bagaimana mencegahnya," pungkasnya.
Sekelompok orang tersebut terlihat membawa poster bertuliskan "Justice For Josua". Aksi lilin tersebut membentuk angka 30 sebagai bentuk memperingati 30 hari kepergian Brigadir J.
"Kita berkumpul untuk kebajikan, untuk mengawal agar tidak ada lagi satupun putra Indonesia yang mati sia-sia," kata penanggung jawab CSI Irma Hutabarat kepada wartawan di TIM.
Baca Juga
"Kenapa harus bikin acara ini, karena kita semua kita punya anak. Bagaimana rasanya kalau anakmu datang dalam peti dan enggak boleh dibuka petinya enggak boleh dilihat," imbuhnya.
Irma mengklaim sejumlah anggota lapisan masyarakat turut andil dalam aksi 3.000 lilin hari ini. Ia pun bakal menggelar aksi serupa hingga kasus tersebut terungkap secara terang.
"Saya ingin mengajak agar kita mengawal ini dengan konsisten, dengan komitmen, kita ini adalah orang yang ingin berbuat kebajikan bagi negeri ini malalui arwah Yosua semoga tenang di surga, semoga kita semua diberi kekuatan untuk mengawal kebajikan ini dan saya berharap kita bisa berkumpul 40 hari 100 hari sampai terungkap kasus ini sampai bersih kepolisian Republik Indonesia," ujar Irma.
Irma juga menyoroti transparansi dari pihak kepolisian dalam upaya pengungkapan kasus tewasnya Brigadir J. Ia menilai sejumlah instansi belum maksimal dan transparan dalam mengungkap kasus tersebut.
"Begini, transparan menurut kita semua sama transparan menurut timsus atau polisi sama enggak? Kalau dibilang bahwa kami sekarang sedang menangkap empat orang pelanggar etik, pelanggaran etik ini apa? Kita punya hak untuk tahu," ucap Irma.
Lebih lanjut, Irma menilai kasus tewasnya Brigadir J jadi momentum bersih-bersih dalam instansi Polri. "Ini adalah momentum yang terbaik untuk beres-beres Polri, kedua untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Kalau ada pertanyaan kenapa lama sekali karena alat bukti dihilangkan. Lalu ada banyak yang ikut di persekongkolan jahat ini. Itu harus disebutkan satu per satu siapa namanya apa yang dilakukan bagaimana mencegahnya," pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda