Pengamat : Gerindra-PKB Bisa Jadi Ikon Baru Kekuatan Nasionalis-Religius
Minggu, 31 Juli 2022 - 08:28 WIB
JAKARTA - Wacana Koalisi Gerindra dan PKB dinilai bakal menjadi warna baru dalam konstelasi politik nasional. Bahkan kerja sama dua partai tersebut bisa menjadi ikon baru bersatunya kekuatan nasionalis-religius dalam Pemilu Serentak 2024. (Baca Juga :Gerindra Kantongi Cawapres Prabowo, PKB : Kita Hormati)
“Jika koalisi Gerindra dan PKB benar-benar terealisasi secara formal maka akan membuat warna baru dalam peta kontestasi menjelang Pemilu 2024. Ini merupakan langkah cerdik dari Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto maupun Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar untuk menyatukan kekuatan nasionalis-religius dalam satu poros kerja sama politik,” ujar Direktur Eksekutif TRUST Indonesia Consulting Azhari Ardinal, Minggu (31/7/2022).
Azhari mengatakan dalam sejarah politik Indonesia terminologi nasionalis dan religius sering digunakan untuk mengambarkan dua identitas yang mewakili mayoritas rakyat Indonesia. Di masa lalu nasionalis sering digunakan untuk mengambarkan kaum abangan dan religius untuk mengambarkan kaum santri. “Meskipun dewasa ini identitas tersebut tidak lagi mengemuka namun harus diakui pada dasarnya akar identitas politik rakyat Indonesia tidak bisa dilepaskan dari dua kekuatan besar tersebut,” katanya. (Baca Juga :PKB Ikhlas Posisi Capres 2024 Diambil Gerindra)
Jika dilihat dari platfrom partai politik, lanjut Azhari Gerindra bisa dikategorikan menjadi representasi nasionalis, sementara PKB berangkat dari nilai-nilai religius. Menurutnya jika Gerindra dan PKB bisa memformalkan kerja sama politik mereka dalam waktu dekat, maka mereka bisa menjadi dua kekuatan politik pertama yang mengabungkan kekuatan politik nasionalis-religius dalam satu koalisi politik. “Bersatunya Gerindra-PKB bisa menjadi ikon baru setelah selama ini banyak partai yang mengaku nasionalis-religius tapi sekadar klaim tanpa didukung dengan fakta sosiologis di lapangan,” katanya.
Terkait dengan Piagam Deklarasi Koalisi yang digagas oleh Gerindra dan PKB, kata Azhari juga merupakan suatu terobosan menarik. Menurutnya piagam deklarasi koalisi yang memuat butir-butir dasar kesepakatan kerja sama merupakan upaya Gerindra dan PKB untuk mengembalikan trust publik kepada partai politik sebagai jembatan aspirasi rakyat dalam mempengaruhi arah kebijakan nasional. “Harus diakui kian lama demokrasi kita semakin pragmatis sehingga rakyat tidak peduli dengan tawaran gagasan dan program dari partai politik, padahal hanya melalui gagasan dan program inilah ide tentang kesejahteraan rakyat bisa diwujudkan,” katanya. (Baca Juga :Koalisi PKB dan Gerindra Berpotensi Menangkan Pilpres 2024)
Dalam kesempatan itu Azhari menilai kerja sama Gerindra dan PKB berpotensi membuat kejutan dalam Pemilu 2024. Apalagi dua partai ini sama-sama memiliki figur kuat pada diri masing-masing ketua umumnya. Sosok Prabowo Subianto maupun Abdul Muhaimin Iskandar sangat potensial untuk dipasangkan sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden yang akan diusung Gerindra-PKB dalam Pemilu 2024. “Kombinasi Pak Bowo dan Gus Muhaimin ini cukup lengkap. Mereka adalah kombinasi militer-sipil, tokoh senior-junior, sama-sama ketua umum partai yang mempunyai coat tail effect, dan nasionalis-santri. Kita tunggu saja keputusan Gerindra-PKB. Kalau benar-benar mengusung Pak Bowo-Gus Muhaimin, pasangan ini punya potensi besar,” pungkasnya.
“Jika koalisi Gerindra dan PKB benar-benar terealisasi secara formal maka akan membuat warna baru dalam peta kontestasi menjelang Pemilu 2024. Ini merupakan langkah cerdik dari Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto maupun Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar untuk menyatukan kekuatan nasionalis-religius dalam satu poros kerja sama politik,” ujar Direktur Eksekutif TRUST Indonesia Consulting Azhari Ardinal, Minggu (31/7/2022).
Azhari mengatakan dalam sejarah politik Indonesia terminologi nasionalis dan religius sering digunakan untuk mengambarkan dua identitas yang mewakili mayoritas rakyat Indonesia. Di masa lalu nasionalis sering digunakan untuk mengambarkan kaum abangan dan religius untuk mengambarkan kaum santri. “Meskipun dewasa ini identitas tersebut tidak lagi mengemuka namun harus diakui pada dasarnya akar identitas politik rakyat Indonesia tidak bisa dilepaskan dari dua kekuatan besar tersebut,” katanya. (Baca Juga :PKB Ikhlas Posisi Capres 2024 Diambil Gerindra)
Jika dilihat dari platfrom partai politik, lanjut Azhari Gerindra bisa dikategorikan menjadi representasi nasionalis, sementara PKB berangkat dari nilai-nilai religius. Menurutnya jika Gerindra dan PKB bisa memformalkan kerja sama politik mereka dalam waktu dekat, maka mereka bisa menjadi dua kekuatan politik pertama yang mengabungkan kekuatan politik nasionalis-religius dalam satu koalisi politik. “Bersatunya Gerindra-PKB bisa menjadi ikon baru setelah selama ini banyak partai yang mengaku nasionalis-religius tapi sekadar klaim tanpa didukung dengan fakta sosiologis di lapangan,” katanya.
Terkait dengan Piagam Deklarasi Koalisi yang digagas oleh Gerindra dan PKB, kata Azhari juga merupakan suatu terobosan menarik. Menurutnya piagam deklarasi koalisi yang memuat butir-butir dasar kesepakatan kerja sama merupakan upaya Gerindra dan PKB untuk mengembalikan trust publik kepada partai politik sebagai jembatan aspirasi rakyat dalam mempengaruhi arah kebijakan nasional. “Harus diakui kian lama demokrasi kita semakin pragmatis sehingga rakyat tidak peduli dengan tawaran gagasan dan program dari partai politik, padahal hanya melalui gagasan dan program inilah ide tentang kesejahteraan rakyat bisa diwujudkan,” katanya. (Baca Juga :Koalisi PKB dan Gerindra Berpotensi Menangkan Pilpres 2024)
Dalam kesempatan itu Azhari menilai kerja sama Gerindra dan PKB berpotensi membuat kejutan dalam Pemilu 2024. Apalagi dua partai ini sama-sama memiliki figur kuat pada diri masing-masing ketua umumnya. Sosok Prabowo Subianto maupun Abdul Muhaimin Iskandar sangat potensial untuk dipasangkan sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden yang akan diusung Gerindra-PKB dalam Pemilu 2024. “Kombinasi Pak Bowo dan Gus Muhaimin ini cukup lengkap. Mereka adalah kombinasi militer-sipil, tokoh senior-junior, sama-sama ketua umum partai yang mempunyai coat tail effect, dan nasionalis-santri. Kita tunggu saja keputusan Gerindra-PKB. Kalau benar-benar mengusung Pak Bowo-Gus Muhaimin, pasangan ini punya potensi besar,” pungkasnya.
(war)
tulis komentar anda