Kemenkominfo Ajak Pengguna Media Digital Menjadi Pejuang Antihoaks
Jum'at, 22 Juli 2022 - 20:15 WIB
Untuk itu, Komang berpesan agar para pengguna media digital selalu memastikan konten yang dibagikan di media sosial tidak mengandung unsur SARA dan hoaks. ”Memerangi sentimen atas identitas spesifik (SARA) dan informasi palsu yang dibuat seolah-olah benar (hoaks), keduanya menjadi tanggung jawab kita bersama,” pungkasnya.
Kegiatan webinar yang merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten itu membahas setiap tema dari sudut pandang empat pilar utama yakni, digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Dari perspektif budaya digital, dosen Institut Agama Islam (IAI) Hamzanwadi NW, Lombok Timur Rizky Wulandari, mengajak para pengguna digital (netizen) untuk berkolaborasi, bersama-sama memerangi hoaks.
”Kita bisa menjadi pejuang antihoaks di dunia digital dengan cara membuat konten inspiratif, edukatif, informatif, dan menghibur,” ujar perempuan dosen yang akrab disapa Kiky itu.
Dalam paparannya, Kiky juga mengingatkan agar senantiasa menghargai setiap opini yang berbeda dari orang lain. Hal itu mengingat, setiap orang memiliki perbedaan. ”Untuk itu, lebih baik menghargai perbedaan dan bukan menghakimi sebuah perbedaan,” tandas Kiky.
Kiky memberikan kiat menanggapi opini di media sosial, di antaranya kenali masalah yang diperdebatkan, hargai pendapat orang lain, tidak buru-buru emosi, gunakan bahasa yang sopan, dan jangan sebarkan hoaks.
Sejak dilaksanakan pada 2017, program Gerakan Literasi Digital Nasional telah menjangkau 12,6 juta masyarakat. Pada 2022 ini, Kominfo menargetkan pemberian pelatihan literasi digital kepada 5,5 juta warga masyarakat.
Dipandu oleh moderator Anissa Rilia, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber seorang musisi Rio Alief Radhanta sebagai key opinion leader. Informasi lebih lanjut silakan akses info.literasidigital.id atau akun media sosial Siberkreasi Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar yang merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten itu membahas setiap tema dari sudut pandang empat pilar utama yakni, digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Dari perspektif budaya digital, dosen Institut Agama Islam (IAI) Hamzanwadi NW, Lombok Timur Rizky Wulandari, mengajak para pengguna digital (netizen) untuk berkolaborasi, bersama-sama memerangi hoaks.
”Kita bisa menjadi pejuang antihoaks di dunia digital dengan cara membuat konten inspiratif, edukatif, informatif, dan menghibur,” ujar perempuan dosen yang akrab disapa Kiky itu.
Dalam paparannya, Kiky juga mengingatkan agar senantiasa menghargai setiap opini yang berbeda dari orang lain. Hal itu mengingat, setiap orang memiliki perbedaan. ”Untuk itu, lebih baik menghargai perbedaan dan bukan menghakimi sebuah perbedaan,” tandas Kiky.
Kiky memberikan kiat menanggapi opini di media sosial, di antaranya kenali masalah yang diperdebatkan, hargai pendapat orang lain, tidak buru-buru emosi, gunakan bahasa yang sopan, dan jangan sebarkan hoaks.
Sejak dilaksanakan pada 2017, program Gerakan Literasi Digital Nasional telah menjangkau 12,6 juta masyarakat. Pada 2022 ini, Kominfo menargetkan pemberian pelatihan literasi digital kepada 5,5 juta warga masyarakat.
Dipandu oleh moderator Anissa Rilia, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber seorang musisi Rio Alief Radhanta sebagai key opinion leader. Informasi lebih lanjut silakan akses info.literasidigital.id atau akun media sosial Siberkreasi Instagram @siberkreasi.
(cip)
tulis komentar anda