Kisah Jenderal Hoegeng, Lolos dari Berondongan Sniper hingga Pura-pura Jadi Monyet
Sabtu, 16 Juli 2022 - 06:21 WIB
Saat tiba di rumah dinasnya, Jalan A. Rivai, Medan, Hoegeng mendapat kiriman sejumlah barang perabotan rumah tangga seperti mesin cuci, kulkas, mesin jahit dari para pengusaha Medan. Berbagai perabotan itu sudah ada di dalam rumah dinasnya.
Awalnya, Hoegeng menolak secara halus agar si pengirim barang segera mengambilnya kembali barang-barang tersebut. Jika tidak diambil, Hoegeng akan mengeluarkannya dari rumah.
Si pengusaha tetap bersikeras tak mau mengambilnya. Hoegeng pun mengancam akan mengeluarkannya. Akhirnya, Hoegeng mengeluarkan sendiri barang-barang tersebut karena tak diambil juga oleh pengusaha.
Hoegeng meletakkan begitu saja sejumlah barang tersebut di depan rumahnya. Berhari-hari sejumlah barang tersebut tak ada yang mengambil hingga akhirnya rusak terkena hujan dan panas matahari. Hoegeng dan istrinya, Meriyati Roeslani benar-benar membuat sejumlah barang itu menjadi tidak bernilai.
Lantaran tak mau kompromi, ancaman pembunuhan tak jarang dihadapi oleh Hoegeng. Salah satunya, saat Hoegeng dijadikan sasaran sniper atau penembak jitu ketika bertugas di kawasan pinggiran hutan di Kota Medan.
Akan tetapi, Hoegeng tak menceritakan dalam kasus apa dia dijadikan sasaran tembak. Hoegeng juga tidak menceritakan siapa pelaku penembakan itu.
"Hoegeng memang pernah ditembaki sniper. Untungnya, tak ada yang mengenai sasaran. Rupanya, Hoegeng dijadikan sasaran tembak karena Hoegeng tak pernah mau kompromi," kata Hoegeng dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono.
Meski Hoegeng lolos dari maut, pelaku penembakan itu juga tak berhasil ditangkap karen melarikan diri. Ya, Hoegeng memang sering keluar masuk daerah di Medan untuk menyergap pelaku perjudian dan penyelundupan.
Tak jarang, ada oknum polisi atau tentara yang tertangkap menjadi backing dalam penyergapan itu. Ada yang terluka karena melarikan diri dan jatuh saat menghindari penyergapan tersebut.
Awalnya, Hoegeng menolak secara halus agar si pengirim barang segera mengambilnya kembali barang-barang tersebut. Jika tidak diambil, Hoegeng akan mengeluarkannya dari rumah.
Si pengusaha tetap bersikeras tak mau mengambilnya. Hoegeng pun mengancam akan mengeluarkannya. Akhirnya, Hoegeng mengeluarkan sendiri barang-barang tersebut karena tak diambil juga oleh pengusaha.
Hoegeng meletakkan begitu saja sejumlah barang tersebut di depan rumahnya. Berhari-hari sejumlah barang tersebut tak ada yang mengambil hingga akhirnya rusak terkena hujan dan panas matahari. Hoegeng dan istrinya, Meriyati Roeslani benar-benar membuat sejumlah barang itu menjadi tidak bernilai.
Lantaran tak mau kompromi, ancaman pembunuhan tak jarang dihadapi oleh Hoegeng. Salah satunya, saat Hoegeng dijadikan sasaran sniper atau penembak jitu ketika bertugas di kawasan pinggiran hutan di Kota Medan.
Akan tetapi, Hoegeng tak menceritakan dalam kasus apa dia dijadikan sasaran tembak. Hoegeng juga tidak menceritakan siapa pelaku penembakan itu.
"Hoegeng memang pernah ditembaki sniper. Untungnya, tak ada yang mengenai sasaran. Rupanya, Hoegeng dijadikan sasaran tembak karena Hoegeng tak pernah mau kompromi," kata Hoegeng dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono.
Meski Hoegeng lolos dari maut, pelaku penembakan itu juga tak berhasil ditangkap karen melarikan diri. Ya, Hoegeng memang sering keluar masuk daerah di Medan untuk menyergap pelaku perjudian dan penyelundupan.
Tak jarang, ada oknum polisi atau tentara yang tertangkap menjadi backing dalam penyergapan itu. Ada yang terluka karena melarikan diri dan jatuh saat menghindari penyergapan tersebut.
tulis komentar anda