Pemerintah Diminta Antisipasi Dampak Krisis Global Akibat Pandemi Covid-19
Rabu, 13 Juli 2022 - 20:39 WIB
Staf Ahli Menteri PPN/Bappenas Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Vivi Yulaswati mengungkapkan kondisi dunia saat ini masih dipengaruhi kenaikan harga pangan dan energi yang tinggi. Akibatnya, ujar Vivi, terjadi peningkatan food insecurity di sejumlah negara akibat konflik, ketidakamanan dan cuaca ekstrem.
Menurut Vivi, ketahanan pangan Indonesia relatif baik dengan catatan harus didukung ketersediaan air yang cukup, terutama di Indonesia Timur. Pertumbuhan ekonomi antar daerah, ungkap Vivi, saat ini masih menyisakan sejumlah daerah yang pertumbuhan ekonominya negatif.
Pada kondisi saat ini, tambahnya, keberadaan jaring pengaman sosial sangat penting. "Kita harus bisa memanfaatkan ekspor sumber daya alam kita tidak dalam bentuk mentah, tapi lewat bahan olahan," tambahnya.
Langkah yang sedang dijalani Pemerintah saat ini, ujar Vivi, berupaya menerapkan penyaluran pengaman sosial yang lebih komperhensif lewat perbaikan data, dan tidak sekadar charity. Namun, lebih kepada aspek penguatan SDM dalam upaya memberi perhatian kepada kelompok miskin dan rentan.
Ekonom dari Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Dianta Sebayang mengungkapkan ada potensi ekonomi sebesar USD2 triliun pada ekonomi halal global, yang bisa menjadi salah satu peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Bahkan, industri halal global saat ini sangat diminati juga oleh negara-negara non muslim. Dianta mendorong agar Indonesia nampu menjadi produsen dalam industri halal dunia lewat peningkatan kreativitas yang out of the box dalam menghadapi tantangan krisis saat ini.
CEO SAIAC Shanti Shamdasani mengaku tidak mengira dampak krisis separah ini hingga menyebabkan sejumlah negara bangkrut. Menurut Shanti, penyebab kebrangkutan sejumlah negara saat ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini krisis global didorong oleh gelembung utang sejumlah negara.
"Gelembung utang sejumlah bisnis dan negara memicu krisis finansial dunia. Negara mana lagi yang akan terdampak? Bisa dilihat dari besarnya utang negara yang bersangkutan," ujarnya.
Langkah yang bisa mendorong ekonomi tumbuh saat ini, ujar Shanti, adalah pengembangan bisnis domestik yang berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat. Upaya ini, jelas Shanti, bisa jadi penyelamat kita dari krisis. Langkah lain, adalah dengan tidak menambah utang. Shanti bersyukur dengan utang Indonesia yang saat ini menyusut.
Presiden Direktur Celebes Capital, Bambang Adi Prasetyo menilai kondisi pergerakan ekonomi yang terjadi saat ini merupakan sebuah siklus, seperti dalam sebuah bejana berhubungan. Pergerakan ekonominya, tergantung oportunity di sektor-sektor yang dinilai menguntungkan. Bagi investor, jelas Bambang, yang dicari adalah yield yang tinggi, sehingga selalu mencari instrumen baru. "Selalu ada peluang dalam setiap tantangan yang ada," ujarnya.
Menurut Vivi, ketahanan pangan Indonesia relatif baik dengan catatan harus didukung ketersediaan air yang cukup, terutama di Indonesia Timur. Pertumbuhan ekonomi antar daerah, ungkap Vivi, saat ini masih menyisakan sejumlah daerah yang pertumbuhan ekonominya negatif.
Pada kondisi saat ini, tambahnya, keberadaan jaring pengaman sosial sangat penting. "Kita harus bisa memanfaatkan ekspor sumber daya alam kita tidak dalam bentuk mentah, tapi lewat bahan olahan," tambahnya.
Langkah yang sedang dijalani Pemerintah saat ini, ujar Vivi, berupaya menerapkan penyaluran pengaman sosial yang lebih komperhensif lewat perbaikan data, dan tidak sekadar charity. Namun, lebih kepada aspek penguatan SDM dalam upaya memberi perhatian kepada kelompok miskin dan rentan.
Ekonom dari Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Dianta Sebayang mengungkapkan ada potensi ekonomi sebesar USD2 triliun pada ekonomi halal global, yang bisa menjadi salah satu peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Bahkan, industri halal global saat ini sangat diminati juga oleh negara-negara non muslim. Dianta mendorong agar Indonesia nampu menjadi produsen dalam industri halal dunia lewat peningkatan kreativitas yang out of the box dalam menghadapi tantangan krisis saat ini.
CEO SAIAC Shanti Shamdasani mengaku tidak mengira dampak krisis separah ini hingga menyebabkan sejumlah negara bangkrut. Menurut Shanti, penyebab kebrangkutan sejumlah negara saat ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini krisis global didorong oleh gelembung utang sejumlah negara.
"Gelembung utang sejumlah bisnis dan negara memicu krisis finansial dunia. Negara mana lagi yang akan terdampak? Bisa dilihat dari besarnya utang negara yang bersangkutan," ujarnya.
Langkah yang bisa mendorong ekonomi tumbuh saat ini, ujar Shanti, adalah pengembangan bisnis domestik yang berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat. Upaya ini, jelas Shanti, bisa jadi penyelamat kita dari krisis. Langkah lain, adalah dengan tidak menambah utang. Shanti bersyukur dengan utang Indonesia yang saat ini menyusut.
Presiden Direktur Celebes Capital, Bambang Adi Prasetyo menilai kondisi pergerakan ekonomi yang terjadi saat ini merupakan sebuah siklus, seperti dalam sebuah bejana berhubungan. Pergerakan ekonominya, tergantung oportunity di sektor-sektor yang dinilai menguntungkan. Bagi investor, jelas Bambang, yang dicari adalah yield yang tinggi, sehingga selalu mencari instrumen baru. "Selalu ada peluang dalam setiap tantangan yang ada," ujarnya.
tulis komentar anda