Duet Anies-Puan Sulit Diwujudkan, Lagi-lagi karena Faktor Pendukung
Rabu, 13 Juli 2022 - 11:05 WIB
JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mewacanakan duet Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Ketua DPR RI Puan Maharani pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. Tapi apa yang dilontarkan Bahlil sulit diwujukan.
"Peluang duet ini tampaknya sulit untuk diwujudkan. Ada dua penyebab utamanya," kata Pengamat Universitas Esa Unggul Jakarta M. Jamiluddin Ritonga kepada wartawan, Rabu (13/7/2022).
Pertama, Jamil menjelaskan, Anies dan Puan sama-sama ingin berada di posisi calon presiden (capres). Tidak ada yang ingin menjadi calon wakil presiden (cawapres). Anies dengan segala kapasitas dan elektabilitasnya merasa layak menjadi capres.
"Karena itu, tak sepantasnya ia menjadi cawapresnya Puan yang kapasitas dan elektabilitasnya di bawah Anies," ujarnya.
Sementara bagi Puan dan PDIP, sambung Jamil, sebagai pemenang Pileg 2019 merasa paling berhak menjadi capres. Anies yang tak memiliki partai, sudah sepantasnya hanya menjadi cawapres.
Kedua, mantan Dekan FIKOM UII ini menambahkan, pendukung Anies dan Puan sangat berbeda. Anies yang didukung kalangan terdidik dan religius sangat tidak mendukung Puan. Sebaliknya, pendukung Puan yang umumnya nasionalis juga nampak menolak keras Anies.
"Jadi, pendukung Anies dan Puan yang sama-sama fanatik tampaknya sulit dipersatukan. Mereka ini tampaknya memang tidak menginginkan duet itu diusung pada Pilpres 2024," terangnya.
Karena itu, menurut dia, sulit dipercaya jika duet ini dianggap dapat menghilangkan perseteruan pendukung ekstrem pendukung pemerintah dan nonpemerintah (cebong-kampret). Apalagi Puan bukanlah sosok yang dihormati di kelompok cebong.
"Karena itu, Puan seandainya berpasangan dengan Anies pun tak akan mampu mengajak cebong untuk mendukung Anies," imbuhnya.
Dia pun menyarankan agar sebaiknya upaya menduetkan Anies dan Puan dihentikan. Sebab, kalaupun dipaksakan peluangnya untuk menang relatif kecil, lantaran pendukung Anies dan Puan bukan saling mendukung tapi justru saling meniadakan.
"Jadi, lebih baik Anies menjadi capres yang diusung partai lain. Puan pun menjadi capres dengan PDIP sebagai pengusung utama. Biarkan mereka berlaga biar rakyat yang memilihnya," pungkasnya.
"Peluang duet ini tampaknya sulit untuk diwujudkan. Ada dua penyebab utamanya," kata Pengamat Universitas Esa Unggul Jakarta M. Jamiluddin Ritonga kepada wartawan, Rabu (13/7/2022).
Pertama, Jamil menjelaskan, Anies dan Puan sama-sama ingin berada di posisi calon presiden (capres). Tidak ada yang ingin menjadi calon wakil presiden (cawapres). Anies dengan segala kapasitas dan elektabilitasnya merasa layak menjadi capres.
"Karena itu, tak sepantasnya ia menjadi cawapresnya Puan yang kapasitas dan elektabilitasnya di bawah Anies," ujarnya.
Sementara bagi Puan dan PDIP, sambung Jamil, sebagai pemenang Pileg 2019 merasa paling berhak menjadi capres. Anies yang tak memiliki partai, sudah sepantasnya hanya menjadi cawapres.
Kedua, mantan Dekan FIKOM UII ini menambahkan, pendukung Anies dan Puan sangat berbeda. Anies yang didukung kalangan terdidik dan religius sangat tidak mendukung Puan. Sebaliknya, pendukung Puan yang umumnya nasionalis juga nampak menolak keras Anies.
"Jadi, pendukung Anies dan Puan yang sama-sama fanatik tampaknya sulit dipersatukan. Mereka ini tampaknya memang tidak menginginkan duet itu diusung pada Pilpres 2024," terangnya.
Karena itu, menurut dia, sulit dipercaya jika duet ini dianggap dapat menghilangkan perseteruan pendukung ekstrem pendukung pemerintah dan nonpemerintah (cebong-kampret). Apalagi Puan bukanlah sosok yang dihormati di kelompok cebong.
"Karena itu, Puan seandainya berpasangan dengan Anies pun tak akan mampu mengajak cebong untuk mendukung Anies," imbuhnya.
Dia pun menyarankan agar sebaiknya upaya menduetkan Anies dan Puan dihentikan. Sebab, kalaupun dipaksakan peluangnya untuk menang relatif kecil, lantaran pendukung Anies dan Puan bukan saling mendukung tapi justru saling meniadakan.
"Jadi, lebih baik Anies menjadi capres yang diusung partai lain. Puan pun menjadi capres dengan PDIP sebagai pengusung utama. Biarkan mereka berlaga biar rakyat yang memilihnya," pungkasnya.
(muh)
tulis komentar anda