Sejumlah RS di Indonesia Lakukan Uji Klinis Terapi Plasma Konvalesen COVID-19
Jum'at, 26 Juni 2020 - 15:42 WIB
JAKARTA - Terapi plasma konvalesen saat ini menjadi salah satu alternatif untuk menyembuhkan pasien COVID-19 . Saat ini ada beberapa Rumah Sakit di Tanah Air yang sudah melakukan uji klinis terapi ini.
“Sudah banyak sebetulnya rumah sakit yang melakukan uji klinis ini. Setahu saya ada RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Soebroto, ada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan juga sekarang Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan,” ungkap Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, dr Erlina Burhan dalam teleconference di Media Center Gugus Tugas Penanganan COVID-19, Graha BNPB Jakarta, Jumat (26/6/2020). (Baca juga: LBM Eijkman Beri Kabar Gembira soal Perkembangan Vaksin COVID-19)
“Proposalnya sudah lulus uji etik dan kita juga sudah umumkan kepada pasien-pasien kami, kalau ada secara sukarela ingin membantu pasien-pasien yang sakit dan kita sekarang sudah mendapatkan berapa orang donor. Dan nanti kalau sudah cukup dan match antara plasma dari donor ini dengan pasien kami, ya kita akan segera berikan. Ya mudah-mudahan lancar,” jelas Erlina.
Erlina pun mengungkapkan bahwa terapi plasma konvalesen ini sudah sejak lama digunakan untuk pengobatan beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus. “Jadi terapi plasma konvalesen ini sejak tahun 1900-an, dulu pada saat Difteri, dan jaman dulu untuk SARS, MERS, untuk Flu Burung. Hanya saja masih uji klinik, demikian juga sekarang untuk Covid,” paparnya.
Saat ini, kata Erlina, di beberapa negara yakni China hingga Korea Selatan juga sedang melakukan uji klinis plasma konvalesen ini. “Terapi ini ini dipakai di banyak negara untuk uji klinis. Misalkan di China, kenapa kenapa China? Karena mereka yang duluan kan ya. Ada 4 studi yang mereka lakukan, yang dilaporkan uji klinisnya. Tapi sayangnya pasiennya masih sedikit. Ada yang dilakukan terhadap lima pasien, ada yang 10, ada 6. Bahkan yang di Korea cuma dua pasien,” katanya.
Erlina menuturkan dari uji-uji klinis yang dilakukan ternyata menunjukkan hasil yang lumayan bagus dan cukup efektif untuk penyembuhan COVID-19. Tapi, lanjut Erlina, hasil tersebut dilakukan pada uji klinis dengan pasien yang sedikit.
“Tapi itu tadi sayangnya pasiennya sedikit. Sehingga kita belum bisa mengambil kesimpulan yang firm, sehingga membawa ini akan bisa dipakai sebagai pengobatan yang rutin,” tutur dia. (Baca juga: Pakar WHO: Covid-19 Belum Mencapai Puncak Infeksi di Amerika)
Erlina menambakan sekarang juga sedang berlangsung uji klinis terapi plasma ini di Amerika dengan pasiennya yang cukup banyak. “Tapi masih berlangsung, belum ada publikasinya. Jadi kita masih belum tahu hasilnya. Tapi untuk jumlah yang kecil-kecil, laporannya adalah cukup baik dan cukup efektif. Walaupun tadi masih ada efek samping dan lain-lain,” tutupnya.
Lihat Juga: AstraZeneca Tuai Polemik Usai Kasus Pembekuan Darah, BPOM: Sudah Tak Beredar di Indonesia
“Sudah banyak sebetulnya rumah sakit yang melakukan uji klinis ini. Setahu saya ada RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Soebroto, ada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan juga sekarang Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan,” ungkap Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, dr Erlina Burhan dalam teleconference di Media Center Gugus Tugas Penanganan COVID-19, Graha BNPB Jakarta, Jumat (26/6/2020). (Baca juga: LBM Eijkman Beri Kabar Gembira soal Perkembangan Vaksin COVID-19)
“Proposalnya sudah lulus uji etik dan kita juga sudah umumkan kepada pasien-pasien kami, kalau ada secara sukarela ingin membantu pasien-pasien yang sakit dan kita sekarang sudah mendapatkan berapa orang donor. Dan nanti kalau sudah cukup dan match antara plasma dari donor ini dengan pasien kami, ya kita akan segera berikan. Ya mudah-mudahan lancar,” jelas Erlina.
Erlina pun mengungkapkan bahwa terapi plasma konvalesen ini sudah sejak lama digunakan untuk pengobatan beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus. “Jadi terapi plasma konvalesen ini sejak tahun 1900-an, dulu pada saat Difteri, dan jaman dulu untuk SARS, MERS, untuk Flu Burung. Hanya saja masih uji klinik, demikian juga sekarang untuk Covid,” paparnya.
Saat ini, kata Erlina, di beberapa negara yakni China hingga Korea Selatan juga sedang melakukan uji klinis plasma konvalesen ini. “Terapi ini ini dipakai di banyak negara untuk uji klinis. Misalkan di China, kenapa kenapa China? Karena mereka yang duluan kan ya. Ada 4 studi yang mereka lakukan, yang dilaporkan uji klinisnya. Tapi sayangnya pasiennya masih sedikit. Ada yang dilakukan terhadap lima pasien, ada yang 10, ada 6. Bahkan yang di Korea cuma dua pasien,” katanya.
Erlina menuturkan dari uji-uji klinis yang dilakukan ternyata menunjukkan hasil yang lumayan bagus dan cukup efektif untuk penyembuhan COVID-19. Tapi, lanjut Erlina, hasil tersebut dilakukan pada uji klinis dengan pasien yang sedikit.
“Tapi itu tadi sayangnya pasiennya sedikit. Sehingga kita belum bisa mengambil kesimpulan yang firm, sehingga membawa ini akan bisa dipakai sebagai pengobatan yang rutin,” tutur dia. (Baca juga: Pakar WHO: Covid-19 Belum Mencapai Puncak Infeksi di Amerika)
Erlina menambakan sekarang juga sedang berlangsung uji klinis terapi plasma ini di Amerika dengan pasiennya yang cukup banyak. “Tapi masih berlangsung, belum ada publikasinya. Jadi kita masih belum tahu hasilnya. Tapi untuk jumlah yang kecil-kecil, laporannya adalah cukup baik dan cukup efektif. Walaupun tadi masih ada efek samping dan lain-lain,” tutupnya.
Lihat Juga: AstraZeneca Tuai Polemik Usai Kasus Pembekuan Darah, BPOM: Sudah Tak Beredar di Indonesia
(kri)
tulis komentar anda