Kisah Sultan Abdul Hamid II Murka pada Belanda Karena Larang Rakyat Aceh Naik Haji

Jum'at, 17 Juni 2022 - 18:52 WIB
Baca juga: Sultan Abdul Hamid II dalam serial film Payitaht. Foto/ilustrasi/Ist
JAKARTA - Sultan Abdul Hamid II merupakan Sultan ke-34 dari Turki, tepatnya Kekhalifahan Utsmaniyah yang populer disebut Ottoman Empire di dunia Barat. Ia menjabat cukup lama, sekitar 33 tahun, sejak 31 Agustus 1876 hingga 27 April 1909. Kekuasaannya berakhir ketika ia digulingkan oleh golongan muda yang menginginkan terbentuknya negara republik.

Selama memimpin Kekhalifahan Turki Utsmani, Sultan Abdul Hamid II telah melewati beberapa peristiwa sejarah penting, seperti perang dengan Rusia pada 1877. Berkat kepemimpinannya, kisah Sultan Abdul Hamid II sampai diangkat menjadi serial layar televisi dengan judul Payitaht: Abdülhamid yang tayang di stasiun televisi nasional Turki, TRT 1.

Sultan Abdul Hamid II lahir pada 21 September 1842 di Istanbul. Ayahnya merupakan Sultan Abdulmejid, sedangkan ibunya bernama Tirimüjgan Kadın dengan nama asli Virjinia.

Baca juga: Kisah Sultan Abdulmejid 1, Penguasa Turki Utsmani Penolong Warga Kristen Irlandia dari Kelaparan



Abdul Hamid kecil sangat gemar berkelana keliling dunia dan mengunjungi negara-negara jauh. Bersama pamannya, Sultan Abdülaziz, ia pergi bertolak ke Paris, London, Wina, serta sejumlah Ibu Kota negara Eropa lain pada 1867.

Setelah saudara laki-lakinya, Murad, turun takhta pada Agustus 1876, Abdul Hamid diangkat menjadi Sultan di usianya yang ke-34 tahun. Perjalanannya saat memegang tampuk kesultanan penuh dengan cobaan, karena pada masa itu Kesultanan Turki Utsmani tengah dihadapkan gejolak ekonomi dan politik, seperti perang lokal di Balkan dan perang Rusia-Utsmaniyah.

Salah satu kisah bersejarah yang juga diangkat ke serial televisi adalah ketika Sultan Hamid menerima surat dari Aceh. Isi surat tersebut menceritakan muslim di Aceh yang tidak bisa menunaikan ibadah haji lantaran dilarang oleh pemerintah Belanda. Muslim di Aceh mengirimkan surat tersebut dengan tujuan untuk mendapat pembelaan dari sang Sultan.

Baca juga: Profil Pangeran Arab Saudi Sultan bin Salman yang Jadi Astronaut Muslim Pertama

Tentu saja Sultan Abdul Hamid murka setelah menerima surat tersebut. Selain melanggar hak asasi manusia, Sultan Abdul Hamid juga tidak suka Belanda yang mencampuri urusan ibadah muslim di Aceh. Ia lantas langsung menghubungi Kedutaan Besar Belanda untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Sejumlah peneliti rupanya telah mencatat kejadian bersejarah ini. Taqiyuddin Muhammad selaku peneliti sejarah dan kebudayaan Islam Asia Tenggara bahkan pernah menerjemahkan surat tersebut. Olehnya, surat yang dikirim pada 1289 H/1872 M ini diterjemahkan dengan judul "Protes Jamaah Haji Asal Aceh". Kurang lebih, terjemahan surat ini sama dengan kisah Sultan Abdul Hamid, di mana terdapat pengaduan dari warga Aceh yang ingin beribadah haji namun dipersulit pemerintah Belanda.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More