Lagi, Presiden Ingatkan Krisis Pangan dan Energi
Senin, 13 Juni 2022 - 07:36 WIB
Untuk kesekian kalinya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan pentingnya menjaga ketahanan pangan nasional. Pernyataan terbaru disampaikan Presiden saat memberikan sambutan dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-50 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Himpi) di Jakarta, Jumat (10/6) lalu.
Apa yang disampaikan Jokowi di hadapan para pengusaha itu memang wajar adanya. Pasalnya, akhir-akhir ini persoalan pangan bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di tingkat global.
Gejala-gejala kenaikan harga pangan juga mulai terlihat di lapangan. Misalnya saja, harga minyak goreng yang tak kunjung turun kendati pemerintah telah melepas harga eceran tertinggi (HET)-nya. Kenaikan harga juga terjadi pada cabai yang pada sepekan terakhir naik menjadi di atas Rp100.000 per kg.
Musabab sejumlah kenaikan pangan ini, khusus cabai, karena pasokan di dalam negeri berkurang akibat ganguan produksi.
Selain komoditas pangan, komoditas energi juga masih terkena imbas akibat perang Rusia dan Ukraina yang belum berakhir. Sejumlah operator yang menjual Bahan Bakar Minyak (BBM) pun meresponsnya dengan menaikkan harga jual produk bensin dan sejenisnya.
Di samping itu, yang harus diwaspadai adalah masalah lain yakni adanya ketidakpastian dalam hal prospek pertumbuhan eknonomi global. Kondisi iIni mau tidak mau memberikan sentimen negatif ke sejumlah sektor ekonomi.
Sejumlah tantangan pun harus dihadapi depan mata akibat kenaikan harga pangan ini. Yang paling nyata adalah imbas ke masalah inflasi yang di beberapa negara sudah melonjak sangat tinggi.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat (AS) yang baisanya tingkat inflasi hanya di kisaran 1%, kini sudah mencapai 8,3%. Level inflasi itu merupakan yang tertingi di Negeri Paman Sam dalam 41 tahun terakhir.
Salah satu yang paling ekstrem terjadi di Turki di mana laju infasi mencapai 36,1%, tertinggi dalam 19 tahun. Sementara di Indonesia, pada Mei 2022 mencapai 3,55%, tertinggi sejak 2017 silam.
Apa yang disampaikan Jokowi di hadapan para pengusaha itu memang wajar adanya. Pasalnya, akhir-akhir ini persoalan pangan bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di tingkat global.
Gejala-gejala kenaikan harga pangan juga mulai terlihat di lapangan. Misalnya saja, harga minyak goreng yang tak kunjung turun kendati pemerintah telah melepas harga eceran tertinggi (HET)-nya. Kenaikan harga juga terjadi pada cabai yang pada sepekan terakhir naik menjadi di atas Rp100.000 per kg.
Musabab sejumlah kenaikan pangan ini, khusus cabai, karena pasokan di dalam negeri berkurang akibat ganguan produksi.
Selain komoditas pangan, komoditas energi juga masih terkena imbas akibat perang Rusia dan Ukraina yang belum berakhir. Sejumlah operator yang menjual Bahan Bakar Minyak (BBM) pun meresponsnya dengan menaikkan harga jual produk bensin dan sejenisnya.
Di samping itu, yang harus diwaspadai adalah masalah lain yakni adanya ketidakpastian dalam hal prospek pertumbuhan eknonomi global. Kondisi iIni mau tidak mau memberikan sentimen negatif ke sejumlah sektor ekonomi.
Sejumlah tantangan pun harus dihadapi depan mata akibat kenaikan harga pangan ini. Yang paling nyata adalah imbas ke masalah inflasi yang di beberapa negara sudah melonjak sangat tinggi.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat (AS) yang baisanya tingkat inflasi hanya di kisaran 1%, kini sudah mencapai 8,3%. Level inflasi itu merupakan yang tertingi di Negeri Paman Sam dalam 41 tahun terakhir.
Salah satu yang paling ekstrem terjadi di Turki di mana laju infasi mencapai 36,1%, tertinggi dalam 19 tahun. Sementara di Indonesia, pada Mei 2022 mencapai 3,55%, tertinggi sejak 2017 silam.
tulis komentar anda