Tampil Memukau di Forum Internasional, Prabowo Dipuji Pakar Luar Negeri
Minggu, 12 Juni 2022 - 11:56 WIB
JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) RI yang juga Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto berpidato dalam diskusi panel forum IISS Shangri-La Dialogue 2022, di Singapura, Sabtu (11/6/2022). Diskusi ini bertajuk Mengelola Persaingan Geopolitik di Kawasan Multipolar.
Baca juga: Survei: Elektabilitas Prabowo Subianto Konsisten Teratas
Dalam pidatonya tersebut, Prabowo mendapatkan pujian dari para pakar luar negeri. Pujian itu datang dari seorang profesor bernama Hoo Chiew Ping yang merupakan dosen senior di National University of Malaysia.
Ia mengatakan, Prabowo menyampaikan salah satu komentar yang paling menarik di forum tersebut karena tidak mengangkat narasi Barat seperti biasanya.
Hoo Chiew Ping yang hadir dalam sesi itu pun mengatakan bahwa para penonton bahkan bertepuk tangan sebelum Prabowo mengakhiri penyampaiannya. Menurutnya, hal ini jarang terjadi.
"@Kemhan_RI @prabowo menyampaikan salah satu komentar yang paling menarik (bukan narasi Barat seperti biasanya). Beberapa penonton bertepuk tangan sebelum ia mengakhiri penyampaiannya (juga jarang terjadi). Saya akan menyoroti beberapa poin yang dia buat di sini," tulis Hoo Chiew Ping dikutip dari Twitternya @HooCP, Minggu, (12/6/2022).
Ia menceritakan, Prabowo memulai penampilannya dengan gelombang gerakan independensi setelah perang dunia kedua untuk berargumen tentang anti-kolonialisme di antara negara-negara yang lebih kecil atau lebih lemah ketika menghadapi tekanan kekuatan besar dunia.
Prabowo, menurutnya juga mencontohkan bagaimana negara-negara Asia percaya pada kepemimpinan yang bijaksana karena mereka adalah yang paling terpengaruh oleh kekuatan besar. Pengalaman umum dijajah dan diperbudak membuat negara-negara Asia mencari cara kolektif untuk menciptakan lingkungan yang ramah.
"Dia (Prabowo) menyatakan dengan sangat jujur: di ASEAN, kami memiliki klaim yang bersaing satu sama lain (menggunakan sengketa maritim Indonesia-Malaysia dua kali dalam sambutannya). Karena kami memiliki pengalaman buruk dengan konfrontasi dan lain-lain, kami harus berusaha untuk komunikasi dalam menghadapi persaingan," kata Hoo Chiew Ping.
Ia lalu mengutip pernyataan Prabowo yang dianggap menjadi 'pukulan' dari penampilannya. "Inilah pukulannya: Kami memahami persaingan antara kekuatan dunia yang meningkat. Dalam pemahaman kami, China telah menjadi kekuatan besar selama ribuan tahun di kawasan ini. Hal ini juga berlaku di India, di mana baik wilayah maupun budaya telah mempengaruhi wilayah tersebut," tulis Hoo lagi.
Pujian terhadap penampilan Prabowo juga datang dari Senior Fellow di ISEAS - Yusof Ishak Institute Singapura dalam akun Twitter @willschoong. Ia mengatakan bahwa penyampaian Prabowo Subianto singkat dan tajam.
"Saya baru saja menetap, tetapi sepertinya pidato @prabowo cukup singkat, katakanlah 12 menit? Dalam satu tahun, pembicara sebelumnya agak mengoceh, melompat dari halaman ke halaman. Penyampaian Prabowo singkat dan tajam," tulis Yusof Ishak.
Baca juga: Survei: Elektabilitas Prabowo Subianto Konsisten Teratas
Dalam pidatonya tersebut, Prabowo mendapatkan pujian dari para pakar luar negeri. Pujian itu datang dari seorang profesor bernama Hoo Chiew Ping yang merupakan dosen senior di National University of Malaysia.
Ia mengatakan, Prabowo menyampaikan salah satu komentar yang paling menarik di forum tersebut karena tidak mengangkat narasi Barat seperti biasanya.
Hoo Chiew Ping yang hadir dalam sesi itu pun mengatakan bahwa para penonton bahkan bertepuk tangan sebelum Prabowo mengakhiri penyampaiannya. Menurutnya, hal ini jarang terjadi.
"@Kemhan_RI @prabowo menyampaikan salah satu komentar yang paling menarik (bukan narasi Barat seperti biasanya). Beberapa penonton bertepuk tangan sebelum ia mengakhiri penyampaiannya (juga jarang terjadi). Saya akan menyoroti beberapa poin yang dia buat di sini," tulis Hoo Chiew Ping dikutip dari Twitternya @HooCP, Minggu, (12/6/2022).
Ia menceritakan, Prabowo memulai penampilannya dengan gelombang gerakan independensi setelah perang dunia kedua untuk berargumen tentang anti-kolonialisme di antara negara-negara yang lebih kecil atau lebih lemah ketika menghadapi tekanan kekuatan besar dunia.
Prabowo, menurutnya juga mencontohkan bagaimana negara-negara Asia percaya pada kepemimpinan yang bijaksana karena mereka adalah yang paling terpengaruh oleh kekuatan besar. Pengalaman umum dijajah dan diperbudak membuat negara-negara Asia mencari cara kolektif untuk menciptakan lingkungan yang ramah.
"Dia (Prabowo) menyatakan dengan sangat jujur: di ASEAN, kami memiliki klaim yang bersaing satu sama lain (menggunakan sengketa maritim Indonesia-Malaysia dua kali dalam sambutannya). Karena kami memiliki pengalaman buruk dengan konfrontasi dan lain-lain, kami harus berusaha untuk komunikasi dalam menghadapi persaingan," kata Hoo Chiew Ping.
Ia lalu mengutip pernyataan Prabowo yang dianggap menjadi 'pukulan' dari penampilannya. "Inilah pukulannya: Kami memahami persaingan antara kekuatan dunia yang meningkat. Dalam pemahaman kami, China telah menjadi kekuatan besar selama ribuan tahun di kawasan ini. Hal ini juga berlaku di India, di mana baik wilayah maupun budaya telah mempengaruhi wilayah tersebut," tulis Hoo lagi.
Pujian terhadap penampilan Prabowo juga datang dari Senior Fellow di ISEAS - Yusof Ishak Institute Singapura dalam akun Twitter @willschoong. Ia mengatakan bahwa penyampaian Prabowo Subianto singkat dan tajam.
"Saya baru saja menetap, tetapi sepertinya pidato @prabowo cukup singkat, katakanlah 12 menit? Dalam satu tahun, pembicara sebelumnya agak mengoceh, melompat dari halaman ke halaman. Penyampaian Prabowo singkat dan tajam," tulis Yusof Ishak.
(maf)
tulis komentar anda