Sempat Dagang Asongan, Karier Jenderal TNI Ini Moncer karena Mirip Anak Presiden
Kamis, 19 Mei 2022 - 06:18 WIB
Baru sepuluh bulan menjabat Wakasad, tepat pada 7 Juni 1986 Try Sutrisno resmi menjadi KSAD ke-15 menggantikan Jenderal TNI Rudini. Puncak kariernya di militer diraih Try Sutrisno ketika diangkat menjadi Panglima ABRI menggantikan Jenderal TNI L.B Moerdani.
Sempat Berdagang Koran dan Rokok
Try Sutrisno merupakan anak dari pasangan Soebandi yang berprofesi sebagai sopir ambulans di Rumah Sakit Belanda dan Mardiyah. Try Sutrisno yang lahir di masa Revolusi Kemerdekaan, merasakan sulitnya hidup di masa itu. Bahkan, Try Sutrisno harus mengungsi ke Mojokerto ketika Belanda yang berkedok NICA mendarat di Surabaya.
Untuk membantu orang tuanya, Try Sutrisno menjual air minum di stasiun. Termasuk berjualan koran dan rokok. Sekitar 1948, Try Sutrisno kemudian menjadi Tobang (pesuruh) di markas tentara tidak jauh dari tempatnya mengungsi di Purwosari, Kediri.
Keberhasilannya dalam menjalankan tugas sebagai Tobang membuat Try Sutrisno dipercaya menjadi Penyidik Dalam (PD) Batalyon Poncowati. Tugasnya adalah memberikan informasi penting kepada pejuang yang masih bertahan di Surabaya.
Kehidupan semakin membaik setelah perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB). Bersama keluarganya, Try Sutrisno kembali ke rumahnya di Surabaya. Setelah lulus dari SMA, Try Sutrisno kemudian mendaftar di Atekad. Sayangnya, dia gagal dalam pemeriksaan fisik. Meskipun demikian, Mayor Jenderal GPH Djatikusumo tertarik dengan Try Sutrisno dan memanggilnya kembali. Try Sutrisno akhirnya mengikuti tes kembali di Bandung, Jawa Barat, dan diterima di Atekad.
Sempat Berdagang Koran dan Rokok
Try Sutrisno merupakan anak dari pasangan Soebandi yang berprofesi sebagai sopir ambulans di Rumah Sakit Belanda dan Mardiyah. Try Sutrisno yang lahir di masa Revolusi Kemerdekaan, merasakan sulitnya hidup di masa itu. Bahkan, Try Sutrisno harus mengungsi ke Mojokerto ketika Belanda yang berkedok NICA mendarat di Surabaya.
Untuk membantu orang tuanya, Try Sutrisno menjual air minum di stasiun. Termasuk berjualan koran dan rokok. Sekitar 1948, Try Sutrisno kemudian menjadi Tobang (pesuruh) di markas tentara tidak jauh dari tempatnya mengungsi di Purwosari, Kediri.
Keberhasilannya dalam menjalankan tugas sebagai Tobang membuat Try Sutrisno dipercaya menjadi Penyidik Dalam (PD) Batalyon Poncowati. Tugasnya adalah memberikan informasi penting kepada pejuang yang masih bertahan di Surabaya.
Kehidupan semakin membaik setelah perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB). Bersama keluarganya, Try Sutrisno kembali ke rumahnya di Surabaya. Setelah lulus dari SMA, Try Sutrisno kemudian mendaftar di Atekad. Sayangnya, dia gagal dalam pemeriksaan fisik. Meskipun demikian, Mayor Jenderal GPH Djatikusumo tertarik dengan Try Sutrisno dan memanggilnya kembali. Try Sutrisno akhirnya mengikuti tes kembali di Bandung, Jawa Barat, dan diterima di Atekad.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda