Wakil Ketua DPR Ingatkan Tantangan Dunia Metaverse
Rabu, 13 April 2022 - 18:06 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua DPR Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menyinggung soal tantangan yang akan dihadapi di era dunia metaverse ke depan. Sebab perkembangan mutakhir tentang kemajuan dunia digital dan teknologi terjadi begitu cepat dan bahkan di luar dugaan.
"Bahkan yang paling terakhir, dunia digital kita sudah sampai level masuk dunia maya yang nyata. Dunia nyata yang maya. Sebuah dunia metaverse, yang dibangun dan dikonstruksi dengan sangat serius," kata Cak Imin secara virtual dalam acara Webinar Ditjen IKP Kominfo bertajuk "Media Digital: Upaya Memperkuat Karakter Bangsa dan Bela Bengara,” Rabu (13/4/2022).
Pergeseran dunia digital, kata Cak Imin, diibaratkan menjadi dunia nyata yang maya, sekaligus dunia maya yang nyata. Metaverse menghadirkan sebuah fakta baru dari sebuah dinamika interaksi antar subjek di dalam dunia digital akhir-akhir ini.
"Kita akan masuk pada wilayah, seolah-olah kita ada bersama dalam satu dunia, tetapi sebetulnya kita masuknya melalui digital. Kita akan masuk, bahkan sekarang sudah merambah pembagian wilayah zonasi dan lokasi dari metaverse yang akan terjadi," jelasnya.
Menurut Cak Imin, semua itu merupakan tantangan baru. Di mana akan berakibat pada interaksi ekonomi, cara kerja ekonomi, hingga bisa menentukan apakah kegiatan sebuah ekonomi akan bisa produktif atau tidak produktif sama sekali.
"Contoh sederhana, ketika masuk dunia metaverse kita membeli, dengan membayar satu password agar kita bisa masuk dunia metaverse. Di dalamnya kita bisa belanja dan menggunakan uang kita, tentu saja menggunakan credit card kita, lalu menjadi transaksi ekonomi di dalam dunia metaverse itu," jelasnya.
Selain itu, Cak Imin melihat bahwa dunia digital saat ini tengah didekte oleh para produsen teknologi. Konsumen teknologi Indonesia adalah pengguna yang selera dan manfaat penggunaannya sangat didikte oleh produsen teknologi informasi ini.
“Contoh sederhana, ponsel yang kita beli teknologinya sudah sangat lengkap. Tetapi yang dijual adalah teknologi yang masih dicicil, sehingga kita setiap saat termotivasi untuk membelanjakan uang kita menjadi menjadi konsumen-konsumen boros untuk sebuah teknologi. Oleh karena itu, kita harus bersiap-siap dengan keadaan ini," tandasnya.
"Bahkan yang paling terakhir, dunia digital kita sudah sampai level masuk dunia maya yang nyata. Dunia nyata yang maya. Sebuah dunia metaverse, yang dibangun dan dikonstruksi dengan sangat serius," kata Cak Imin secara virtual dalam acara Webinar Ditjen IKP Kominfo bertajuk "Media Digital: Upaya Memperkuat Karakter Bangsa dan Bela Bengara,” Rabu (13/4/2022).
Pergeseran dunia digital, kata Cak Imin, diibaratkan menjadi dunia nyata yang maya, sekaligus dunia maya yang nyata. Metaverse menghadirkan sebuah fakta baru dari sebuah dinamika interaksi antar subjek di dalam dunia digital akhir-akhir ini.
"Kita akan masuk pada wilayah, seolah-olah kita ada bersama dalam satu dunia, tetapi sebetulnya kita masuknya melalui digital. Kita akan masuk, bahkan sekarang sudah merambah pembagian wilayah zonasi dan lokasi dari metaverse yang akan terjadi," jelasnya.
Menurut Cak Imin, semua itu merupakan tantangan baru. Di mana akan berakibat pada interaksi ekonomi, cara kerja ekonomi, hingga bisa menentukan apakah kegiatan sebuah ekonomi akan bisa produktif atau tidak produktif sama sekali.
"Contoh sederhana, ketika masuk dunia metaverse kita membeli, dengan membayar satu password agar kita bisa masuk dunia metaverse. Di dalamnya kita bisa belanja dan menggunakan uang kita, tentu saja menggunakan credit card kita, lalu menjadi transaksi ekonomi di dalam dunia metaverse itu," jelasnya.
Selain itu, Cak Imin melihat bahwa dunia digital saat ini tengah didekte oleh para produsen teknologi. Konsumen teknologi Indonesia adalah pengguna yang selera dan manfaat penggunaannya sangat didikte oleh produsen teknologi informasi ini.
“Contoh sederhana, ponsel yang kita beli teknologinya sudah sangat lengkap. Tetapi yang dijual adalah teknologi yang masih dicicil, sehingga kita setiap saat termotivasi untuk membelanjakan uang kita menjadi menjadi konsumen-konsumen boros untuk sebuah teknologi. Oleh karena itu, kita harus bersiap-siap dengan keadaan ini," tandasnya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda