Kisah Jenderal Hoegeng Tertawa Terpingkal-pingkal saat Rumahnya Disatroni Maling
Senin, 28 Maret 2022 - 06:05 WIB
JAKARTA - Hoegeng adalah sosok polisi yang dikenal jujur, berintegritas, dan sederhana. Pria kelahiran 14 Oktober 1921 itu tidak punya kekayaan apa-apa hingga menjadi Kapolri , apalagi rekening gendut di bank.
Hoegeng hanya memiliki sebuah kebanggaan dan kehormatan bahwa bisa menjaga integritasnya sebagai polisi yang sederhana dan jujur. Nah, seorang maling yang menyatroni rumah Hoegeng di Jalan Madura, Menteng, pernah terkecoh.
Seorang maling itu masuk dengan meloncat dari tembok belakang rumah Hoegeng yang saat itu menjabat Kapolri. Hoegeng dikira punya banyak harta. Namun, ternyata tidak ada sama sekali.
Sekitar tahun 2003 sebelum meninggal, Hoegeng berfoto bersama istrinya, Meri. Foto/Dok.Keluarga Hoegeng
"Pencuri hanya berhasil membawa baju seragam Kapolri Papi yang baru dijemur. Waktu itu, (di) baju seragam Papi masih menempel tanda-tanda kepangkatannya, yang baru selesai dibraso oleh Pak Pardi, staf ajudan Papi," kata putra kedua Hoegeng, Aditya Soetanto Hoegeng atau Didit dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono.
Akan tetapi, bukannya marah saat dilaporkan adanya pencurian itu, pria bernama lengkap Hoegeng Iman Santoso ini justru tertawa terpingkal-pingkal sembari mengatakan, "Mungkin dikiranya baju itu penuh emas ya, padahal itu cuma logam yang tiap hari digosok."
Didit mengungkapkan kehidupan ekonomi keluarga hanya ditopang dari gaji ayahnya sebulan dan tunjangannya sebagai menteri atau Kapolri. "Meskipun Papi pernah menjadi menteri dan Kapolri, kami hidup dalam ekonomi pas-pasan. Bahkan, adakalanya kekurangan. Kami hanya punya rumah, itu pun masih disewa dengan membayar uang bulanan," ujar Didit.
Hoegeng hanya memiliki sebuah kebanggaan dan kehormatan bahwa bisa menjaga integritasnya sebagai polisi yang sederhana dan jujur. Nah, seorang maling yang menyatroni rumah Hoegeng di Jalan Madura, Menteng, pernah terkecoh.
Seorang maling itu masuk dengan meloncat dari tembok belakang rumah Hoegeng yang saat itu menjabat Kapolri. Hoegeng dikira punya banyak harta. Namun, ternyata tidak ada sama sekali.
Sekitar tahun 2003 sebelum meninggal, Hoegeng berfoto bersama istrinya, Meri. Foto/Dok.Keluarga Hoegeng
"Pencuri hanya berhasil membawa baju seragam Kapolri Papi yang baru dijemur. Waktu itu, (di) baju seragam Papi masih menempel tanda-tanda kepangkatannya, yang baru selesai dibraso oleh Pak Pardi, staf ajudan Papi," kata putra kedua Hoegeng, Aditya Soetanto Hoegeng atau Didit dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono.
Akan tetapi, bukannya marah saat dilaporkan adanya pencurian itu, pria bernama lengkap Hoegeng Iman Santoso ini justru tertawa terpingkal-pingkal sembari mengatakan, "Mungkin dikiranya baju itu penuh emas ya, padahal itu cuma logam yang tiap hari digosok."
Didit mengungkapkan kehidupan ekonomi keluarga hanya ditopang dari gaji ayahnya sebulan dan tunjangannya sebagai menteri atau Kapolri. "Meskipun Papi pernah menjadi menteri dan Kapolri, kami hidup dalam ekonomi pas-pasan. Bahkan, adakalanya kekurangan. Kami hanya punya rumah, itu pun masih disewa dengan membayar uang bulanan," ujar Didit.
tulis komentar anda