Dahsyat! Srikandi Kopassus Ini Taklukkan Musuh meski Kaki Bengkak Parah
Sabtu, 26 Maret 2022 - 13:45 WIB
Dahsyat! Ledakan tekad baja dan semangat pantang menyerah prajurit Komando terbukti membawa hasil gilang-gemilang. Dalam kondisi menahan rasa sakit di kaki, Okta tampil brilian dan mewujudkan mimpinya.
“Tidak ada rasa sakit terbayang di wajahnya. Menit demi menit berlalu sampai akhirnya wasit memberikan tanda pertandingan berakhir dengan Okta sebagai juara untuk kelas 55 kg putri,” ucap Kopassus.
Werfing Kopassus
Kebanyakan orang menganggap Kopassus hanya dihuni prajurit-prajurit tangguh pria. Faktanya, di pasukan elite TNI AD ini juga memiliki sejumlah personel perempuan. Hampir sama dengan pria, para srikandi Kowad itu harus menjalani pendidikan khusus sebelum menyandang status prajurit Kopassus.
Bedanya, Kowad yang menjadi anggota Kopassus mesti melalui Uji Terampil Perseorangan (UTP), bukan melalui kualifikasi Komando. Untuk proses saat ini dikenal dengan istilah Tradisi Pembaretan. Perjalanan mendapatkan baret ini juga tak mudah.
“Long march dari Pusdiklatpassus di Batujajar ke hutan latihan di Situ Lembang dilakoni untuk melatih fisik, mental, dan kemampuan navigasi darat,” tulis buku Kopassus.
Secara keseluruhan proses pembaretan itu memakan waktu tiga minggu. Dengan latihan keras yang menguras fisik dan mental itu para Kowad akhirnya merasakan betul arti mendapatkan Baret Merah itu.
“Tidak ada rasa sakit terbayang di wajahnya. Menit demi menit berlalu sampai akhirnya wasit memberikan tanda pertandingan berakhir dengan Okta sebagai juara untuk kelas 55 kg putri,” ucap Kopassus.
Werfing Kopassus
Kebanyakan orang menganggap Kopassus hanya dihuni prajurit-prajurit tangguh pria. Faktanya, di pasukan elite TNI AD ini juga memiliki sejumlah personel perempuan. Hampir sama dengan pria, para srikandi Kowad itu harus menjalani pendidikan khusus sebelum menyandang status prajurit Kopassus.
Bedanya, Kowad yang menjadi anggota Kopassus mesti melalui Uji Terampil Perseorangan (UTP), bukan melalui kualifikasi Komando. Untuk proses saat ini dikenal dengan istilah Tradisi Pembaretan. Perjalanan mendapatkan baret ini juga tak mudah.
“Long march dari Pusdiklatpassus di Batujajar ke hutan latihan di Situ Lembang dilakoni untuk melatih fisik, mental, dan kemampuan navigasi darat,” tulis buku Kopassus.
Baca Juga
Secara keseluruhan proses pembaretan itu memakan waktu tiga minggu. Dengan latihan keras yang menguras fisik dan mental itu para Kowad akhirnya merasakan betul arti mendapatkan Baret Merah itu.
(kri)
tulis komentar anda