Ekspor Dibuka, Konsorsium APD Minta Utamakan Kebutuhan dalam Negeri
Rabu, 17 Juni 2020 - 01:15 WIB
TANGERANG SELATAN - Pemerintah berencana segera membuka keran ekspor bagi Alat Pelindung Diri (APD). Menumpuknya hasil produksi dalam negeri, menjadi salah satu alasan utama kebijakan itu diterbitkan.
Namun begitu, ekspor bisa terlaksana jika Peraturan Menteri Perdagangan (Mendag) Nomor 23 Tahun 2020 tentang Larangan Sementara Ekspor Antiseptik, Bahan Baku Masker, Alat Pelindung Diri, dicabut. (
)
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya telah meminta Mendag Agus Suparmanto untuk mencabut larangan ekspor masker dan APD. Kebijakan harus direvisi mengingat, adanya over supply atau kelebihan pasokan masker dan APD yang diproduksi industri dalam negeri.
Rencana pembukaan keran ekspor bagi APD, dianggap hal positif guna mengatasi penumpukan hasil produksi di dalam negeri. Namun di sisi lain, ekspor tersebut dianggap justru berisiko bilamana ternyata kebutuhan APD bagi tenaga medis di Indonesia belum mencukupi. (
)
"Berapa banyak tenaga medis yang butuh APD itu, kita tidak punya data detil berapa banyak dokter yang dilibatkan menangani Covid-19, berapa banyak kebutuhan APD bagi tenaga medis, sudah berapa yang tersebar, di mana saja. Jadi menurut saya, sebelum kita buka ekspor itu sudah sepantasnya kita masing-masing daerah punya stok dulu," terang Direktur Utama PT Energi Kita Indonesia (EKI) Satrio Wibowo, usai rapat Pra-RUPS, Selasa 16 Juni 2020.
"Jika kebutuhan dalam negeri sudah aman, tercukupi, maka silakan saja segera melepas ekspor APD berstandar WHO itu. Namun jika masih banyak ketimpangan soal APD berkualitas, sebaiknya jangan diekspor terlebih dahulu, karena kita masih banyak bergantung dengan Korea dan Tiongkok," imbuh Satrio.Dia pun menuturkan rasa empati atas banyaknya tenaga medis yang justru tertular virus saat menangani pasien Covid-19. Padahal mereka telah dilengkapi APD. Disebutkan, penularan diakibatkan oleh bahan baku APD dianggap tak memenuhi ketentuan standar WHO, sehingga mudah ditembus Covid-19.
"Baru-baru ini tenaga medis di Surabaya, kita sangat prihatin. Kami ingin mensupport pemerintah dalam menangani Covid-19 dengan potensi yang kami miliki," ungkapnya. (Baca Juga: 3 Cewek Indonesia Go International, Salah Satunya Niki Zefanya
Dilanjutkan Satrio, konsorsium yang dimilikinya merumuskan falsafah Pancasila sebagai ruh perusahaan. Dengan demikian, perusahaan tidak semata-mata hanya bergerak mencari profit bisnis, melainkan yang utama adalah menularkan energi Pancasila dan membumikannya di nusantara.
"Kami rumuskan nilai perusahaan kami adalah pancasila, sehingga kami bisa memberikan sumbangan semangat. Nilai perusahaan itu adalah, pertama energi pancasila, kedua profit, dan ketiga adalah teknologi," jelasnya. ( )
Namun begitu, ekspor bisa terlaksana jika Peraturan Menteri Perdagangan (Mendag) Nomor 23 Tahun 2020 tentang Larangan Sementara Ekspor Antiseptik, Bahan Baku Masker, Alat Pelindung Diri, dicabut. (
Baca Juga
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya telah meminta Mendag Agus Suparmanto untuk mencabut larangan ekspor masker dan APD. Kebijakan harus direvisi mengingat, adanya over supply atau kelebihan pasokan masker dan APD yang diproduksi industri dalam negeri.
Rencana pembukaan keran ekspor bagi APD, dianggap hal positif guna mengatasi penumpukan hasil produksi di dalam negeri. Namun di sisi lain, ekspor tersebut dianggap justru berisiko bilamana ternyata kebutuhan APD bagi tenaga medis di Indonesia belum mencukupi. (
Baca Juga
"Berapa banyak tenaga medis yang butuh APD itu, kita tidak punya data detil berapa banyak dokter yang dilibatkan menangani Covid-19, berapa banyak kebutuhan APD bagi tenaga medis, sudah berapa yang tersebar, di mana saja. Jadi menurut saya, sebelum kita buka ekspor itu sudah sepantasnya kita masing-masing daerah punya stok dulu," terang Direktur Utama PT Energi Kita Indonesia (EKI) Satrio Wibowo, usai rapat Pra-RUPS, Selasa 16 Juni 2020.
"Jika kebutuhan dalam negeri sudah aman, tercukupi, maka silakan saja segera melepas ekspor APD berstandar WHO itu. Namun jika masih banyak ketimpangan soal APD berkualitas, sebaiknya jangan diekspor terlebih dahulu, karena kita masih banyak bergantung dengan Korea dan Tiongkok," imbuh Satrio.Dia pun menuturkan rasa empati atas banyaknya tenaga medis yang justru tertular virus saat menangani pasien Covid-19. Padahal mereka telah dilengkapi APD. Disebutkan, penularan diakibatkan oleh bahan baku APD dianggap tak memenuhi ketentuan standar WHO, sehingga mudah ditembus Covid-19.
"Baru-baru ini tenaga medis di Surabaya, kita sangat prihatin. Kami ingin mensupport pemerintah dalam menangani Covid-19 dengan potensi yang kami miliki," ungkapnya. (Baca Juga: 3 Cewek Indonesia Go International, Salah Satunya Niki Zefanya
Dilanjutkan Satrio, konsorsium yang dimilikinya merumuskan falsafah Pancasila sebagai ruh perusahaan. Dengan demikian, perusahaan tidak semata-mata hanya bergerak mencari profit bisnis, melainkan yang utama adalah menularkan energi Pancasila dan membumikannya di nusantara.
"Kami rumuskan nilai perusahaan kami adalah pancasila, sehingga kami bisa memberikan sumbangan semangat. Nilai perusahaan itu adalah, pertama energi pancasila, kedua profit, dan ketiga adalah teknologi," jelasnya. ( )
Lihat Juga :
tulis komentar anda