Ridwan Hisjam Dukung Megawati soal Minyak Goreng
Sabtu, 19 Maret 2022 - 06:12 WIB
JAKARTA - Pernyataan Megawati Soekarnoputri soal kekisruhan minyak goreng didukung oleh Ketua Dewan Pembina Padepokan Kosgoro 57 Ridwan Hisjam. Menurut Ridwan Hisjam, solusi yang disampaikan Megawati bisa dilakukan masyarakat.
"Apa yang disampaikan Ibu Mega benar, masyarakat tidak perlu heroik dengan adanya kelangkaan minyak goreng yang membuat antrean panjang. Kalau memang tidak ada minyak goreng, atau ada tapi harganya mahal, ya sudah tidak perlu dibeli, ganti masakan dengan cara merebus atau dikukus," ujar Ridwan saat dihubungi, Sabtu (19/3/2022).
Lagipula, kata dia, masakan yang direbus atau dikukus jauh lebih sehat ketimbang digoreng. Maka itu, Ridwan Hisjam mengajak masyarakat untuk tidak ketergantungan pada minyak goreng.
"Kita bisa kembali ke zaman dulu, minyak goreng kemasan itu kan baru ada tahun 90-an. Dulu orang tua kita itu justru lebih senang memasak dengan rebusan atau dikukus, dan nyatanya waktu belum ada minyak goreng, masyarakat tidak ada masalah, sehat-sehat saja," kata Ridwan.
Dia pun memberikan contoh masyarakat Jepang tidak menyukai masakan yang digoreng. Kata dia, masyarakat Jepang lebih memilih masakan yang direbus. “Kalau Jepang negara yang jauh lebih maju dari kita saja juga bisa, mengapa kita tidak,” imbuhnya.
Dia pun mengajak masyarakat ramai-ramaitidak membeli minyak goreng jika harganya masih mahal. Menurut dia, masyarakat masih bisa hidup tanpa minyak goreng. "Nanti biar mereka pengusaha yang pusing, karena produk minyaknya diboikot karena tidak ada yang beli," ujar politikus Partai Golkar ini.
Dia menilai para pihak yang membuat kelangkaan minyak goreng sehingga harganya mahal itu sudah tidak punya empati pada nasib masyarakat kecil. Ridwan mengatakan Kementerian Perindustrian bisa menggelar pelatihanmembuat minyak goreng dari kelapa atau alternatif tumbuhan lainnya bagi industri rumahan.
"Itu sangat bisa kita lakukan bekerja sama dengan BRIN. Tujuannya, masyarakat jauh lebih mandiri untuk menciptakan swasembada minyak goreng," kata anggota Komisi VII DPR ini.
Jika hal itu dilakukan, kata dia, pemerintah tidak perlu lagi memberikan subsidi minyak goreng sawit. "Minyak goreng mahal, tidak masalah mau sampai Rp100 ribu juga enggak masalah, kita enggak usah beli. Lebih baik subsidi diberikan untuk kebutuhan energi. Karena minyak goreng tidak masuk kebutuhan pokok, kita masih bisa hidup tanpa minyak goreng," pungkasnya.
"Apa yang disampaikan Ibu Mega benar, masyarakat tidak perlu heroik dengan adanya kelangkaan minyak goreng yang membuat antrean panjang. Kalau memang tidak ada minyak goreng, atau ada tapi harganya mahal, ya sudah tidak perlu dibeli, ganti masakan dengan cara merebus atau dikukus," ujar Ridwan saat dihubungi, Sabtu (19/3/2022).
Lagipula, kata dia, masakan yang direbus atau dikukus jauh lebih sehat ketimbang digoreng. Maka itu, Ridwan Hisjam mengajak masyarakat untuk tidak ketergantungan pada minyak goreng.
Baca Juga
"Kita bisa kembali ke zaman dulu, minyak goreng kemasan itu kan baru ada tahun 90-an. Dulu orang tua kita itu justru lebih senang memasak dengan rebusan atau dikukus, dan nyatanya waktu belum ada minyak goreng, masyarakat tidak ada masalah, sehat-sehat saja," kata Ridwan.
Dia pun memberikan contoh masyarakat Jepang tidak menyukai masakan yang digoreng. Kata dia, masyarakat Jepang lebih memilih masakan yang direbus. “Kalau Jepang negara yang jauh lebih maju dari kita saja juga bisa, mengapa kita tidak,” imbuhnya.
Dia pun mengajak masyarakat ramai-ramaitidak membeli minyak goreng jika harganya masih mahal. Menurut dia, masyarakat masih bisa hidup tanpa minyak goreng. "Nanti biar mereka pengusaha yang pusing, karena produk minyaknya diboikot karena tidak ada yang beli," ujar politikus Partai Golkar ini.
Dia menilai para pihak yang membuat kelangkaan minyak goreng sehingga harganya mahal itu sudah tidak punya empati pada nasib masyarakat kecil. Ridwan mengatakan Kementerian Perindustrian bisa menggelar pelatihanmembuat minyak goreng dari kelapa atau alternatif tumbuhan lainnya bagi industri rumahan.
"Itu sangat bisa kita lakukan bekerja sama dengan BRIN. Tujuannya, masyarakat jauh lebih mandiri untuk menciptakan swasembada minyak goreng," kata anggota Komisi VII DPR ini.
Jika hal itu dilakukan, kata dia, pemerintah tidak perlu lagi memberikan subsidi minyak goreng sawit. "Minyak goreng mahal, tidak masalah mau sampai Rp100 ribu juga enggak masalah, kita enggak usah beli. Lebih baik subsidi diberikan untuk kebutuhan energi. Karena minyak goreng tidak masuk kebutuhan pokok, kita masih bisa hidup tanpa minyak goreng," pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda