Surat untuk Elite Politik dan Adian Napitupulu
Sabtu, 12 Maret 2022 - 10:04 WIB
Yusuf Lakaseng
Aktivis 98 dan Mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD)
WACANA penundaan pemilu harus dihentikan, para elite politik harus naik level menjadi negarawan, pikiran mereka tidak lagi untuk kepentingan jangka pendek. Tidak ada satupun alasan yang solid dapat diterima akal sehat yang menjadi alasan mengusulkan pemilu ditunda dan memperpanjang masa jabatan Presiden.
Konstitusi telah memuat jelas pembatasan masa jabatan Presiden hanya dua periode saja dan mengamanatkan sirkulasi pemilu setiap lima tahun sekali, itu adalah amanat reformasi setelah sebelumnya Indonesia selama 32 tahun berada dalam otoriteranisme.
Para elite politik harus berhenti mempertontonkan drama miskin integritas dan haus kekuasaan, alasan yang dibuat-buat itu telah menghina kecerdasan rakyat. Jangan sampai nafsu ingin memperpanjang kekuasaan, hasilnya justru akan dijatuhkan rakyat sebelum masa jabatan selesai.
Wacana perpanjangan masa jabatan Presiden jika terus dipaksakan akan menciptakan kegaduhan dan perpecahan, energi bangsa akan terkuras pada pro kontra yang tidak ada habisnya. Imbasnya terjadi instabilitas politik dan pemulihan ekonomi akan terganggu.
Sekali lagi, saya menyerukan ayolah para elite politik untuk naik level menjadi negarawan, jangan tabrak sesuatu yang telah dibatasi oleh konstitusi. Jangan menganggap diri paling hebat, paling bisa bekerja. Jika pemerintahan saat ini merasa sukses dan meninggalkan standar tinggi keberhasilan pembangunan, maka yakinlah bahwa generasi kepemimpinan berikutnya pasti akan menjadikan dirinya lebih hebat lagi.
Kepemimpinan yang baik tidaklah mewariskan gedung pencakar langit dan jalan tol yang panjang, tapi yang dia wariskan adalah budaya, adab, serta tradisi kekuasaan yang demokratis yang tunduk pada konstitusi dan kehendak rakyat. Bukankah keadaban tertinggi berdemokrasi adalah ketaatan pada konstitusi.
Saya sebagai aktivis 98 mengajak kepada semua eksponen 98 termasuk kawan saya Adian Napitupulu untuk bersuara keras untuk menentang gagasan para elite yang bau busuk pengkhianatannya pada reformasi sangat amis dan tidak bisa lagi disembunyikan.
Mari lawan munculnya Harmoko-Harmoko baru, kita selamatkan reformasi dari para elite yang tidak bisa menahan diri dari godaan kekuasaan, jika gagasan mereka berhasil maka itu akan jadi preseden buruk untuk lahirnya kembali kekuasaan seumur hidup. Kita menolak ide itu karena kita tidak mau Jokowi menjelma menjadi penguasa pemerintahan yang otoriter, inilah cara lain dari saya mencintai Pak Jokowi.
Aktivis 98 dan Mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD)
WACANA penundaan pemilu harus dihentikan, para elite politik harus naik level menjadi negarawan, pikiran mereka tidak lagi untuk kepentingan jangka pendek. Tidak ada satupun alasan yang solid dapat diterima akal sehat yang menjadi alasan mengusulkan pemilu ditunda dan memperpanjang masa jabatan Presiden.
Konstitusi telah memuat jelas pembatasan masa jabatan Presiden hanya dua periode saja dan mengamanatkan sirkulasi pemilu setiap lima tahun sekali, itu adalah amanat reformasi setelah sebelumnya Indonesia selama 32 tahun berada dalam otoriteranisme.
Para elite politik harus berhenti mempertontonkan drama miskin integritas dan haus kekuasaan, alasan yang dibuat-buat itu telah menghina kecerdasan rakyat. Jangan sampai nafsu ingin memperpanjang kekuasaan, hasilnya justru akan dijatuhkan rakyat sebelum masa jabatan selesai.
Wacana perpanjangan masa jabatan Presiden jika terus dipaksakan akan menciptakan kegaduhan dan perpecahan, energi bangsa akan terkuras pada pro kontra yang tidak ada habisnya. Imbasnya terjadi instabilitas politik dan pemulihan ekonomi akan terganggu.
Sekali lagi, saya menyerukan ayolah para elite politik untuk naik level menjadi negarawan, jangan tabrak sesuatu yang telah dibatasi oleh konstitusi. Jangan menganggap diri paling hebat, paling bisa bekerja. Jika pemerintahan saat ini merasa sukses dan meninggalkan standar tinggi keberhasilan pembangunan, maka yakinlah bahwa generasi kepemimpinan berikutnya pasti akan menjadikan dirinya lebih hebat lagi.
Kepemimpinan yang baik tidaklah mewariskan gedung pencakar langit dan jalan tol yang panjang, tapi yang dia wariskan adalah budaya, adab, serta tradisi kekuasaan yang demokratis yang tunduk pada konstitusi dan kehendak rakyat. Bukankah keadaban tertinggi berdemokrasi adalah ketaatan pada konstitusi.
Saya sebagai aktivis 98 mengajak kepada semua eksponen 98 termasuk kawan saya Adian Napitupulu untuk bersuara keras untuk menentang gagasan para elite yang bau busuk pengkhianatannya pada reformasi sangat amis dan tidak bisa lagi disembunyikan.
Mari lawan munculnya Harmoko-Harmoko baru, kita selamatkan reformasi dari para elite yang tidak bisa menahan diri dari godaan kekuasaan, jika gagasan mereka berhasil maka itu akan jadi preseden buruk untuk lahirnya kembali kekuasaan seumur hidup. Kita menolak ide itu karena kita tidak mau Jokowi menjelma menjadi penguasa pemerintahan yang otoriter, inilah cara lain dari saya mencintai Pak Jokowi.
(rca)
tulis komentar anda