Orang Indonesia Tetap Bahagia Meski Hidup Sulit, Bagaimana dengan Warga Jakarta?
Senin, 24 Januari 2022 - 09:06 WIB
JAKARTA - Badai pandemi Covid-19 membuat banyak sektor kehidupan terguncang. Namun, di tengah situasi bangsa yang serbasulit itu, mayoritas masyarakat Indonesia ternyata masih tetap bahagia. Lalu bagaimana dengan masyarakat Ibu Kota Jakarta?
Dalam surveinya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut sejumlah provinsi yang indeks kebahagiaannya turun, satu di antaranya DKI Jakarta. Indeks Kebahagiaan DKI Jakarta pada 2021 sebanyak 70,68 poin dan berada di urutan ke-27 dari 34 provinsi. Pada 2017 indeks kebahagiaan Jakarta mencapai 71,33. Dengan demikian, kebahagiaan warga Jakarta selama masa pandemi turun 0,65 poin.
Menurut sosiolog perkotaan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tantan Hermansah, orang Jakarta memang berpotensi sebagai kelompok-kelompok yang sangat rentan pada persoalan kebahagiaan. Apalagi, tingkat konsumsi informasi di Jakarta kemungkinan yang terbesar di Indonesia.
Dinamika-dinamika kecil pada masyarakat kota besar seperti Jakarta disebutnya gampang memberikan stimulus kepada pelaku sehingga berdampak terhadap kebahagiaannya. “Misalnya, ada musibah banjir di suatu kelurahan di Jakarta atau misalnya aksi kriminalitas di suatu tempat, maka dengan cepat informasi itu akan mengganggu sistem kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, dosen pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (IKK-Fema) IPB University, Yulina Eva Riany menilai, pengukuran indeks kebahagiaan memiliki banyak indikator yang merupakan persepsi atas kondisi “bahagia” tersebut. Dengan demikian, masyarakat Indonesia banyak yang memersepsikan bahwa mereka masih puas dengan kondisi yang mereka hadapi dan juga merasa hidup masih bermakna meskipun situasi lagi sulit.
Mengapa hal ini dapat terjadi? Menurut Yulina, peran budaya diperkirakan sangat dominan atas persepsi bahagia. Budaya Indonesia yang cenderung menerima kondisi apa adanya, menjalani hidup yang mengalir, dan tidak memiliki ekspektasi yang tinggi, disebutnya kemungkinan memiliki andil atas tingginya indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia. “Selain itu, kondisi masyarakat dengan situasi less competitive diprediksi dapat meningkatkan tingkat kebahagiaan masyarakat,” papar Eva.
Gerakan Indonesia Kita (GITA) komunitas relawan yang bergerak membantu masyarakat di masa pandemi, di antaranya dengan meminjamkan tabung oksigen secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan serta melakukan tes Covid-19 gratis.
Dalam surveinya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut sejumlah provinsi yang indeks kebahagiaannya turun, satu di antaranya DKI Jakarta. Indeks Kebahagiaan DKI Jakarta pada 2021 sebanyak 70,68 poin dan berada di urutan ke-27 dari 34 provinsi. Pada 2017 indeks kebahagiaan Jakarta mencapai 71,33. Dengan demikian, kebahagiaan warga Jakarta selama masa pandemi turun 0,65 poin.
Menurut sosiolog perkotaan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tantan Hermansah, orang Jakarta memang berpotensi sebagai kelompok-kelompok yang sangat rentan pada persoalan kebahagiaan. Apalagi, tingkat konsumsi informasi di Jakarta kemungkinan yang terbesar di Indonesia.
Dinamika-dinamika kecil pada masyarakat kota besar seperti Jakarta disebutnya gampang memberikan stimulus kepada pelaku sehingga berdampak terhadap kebahagiaannya. “Misalnya, ada musibah banjir di suatu kelurahan di Jakarta atau misalnya aksi kriminalitas di suatu tempat, maka dengan cepat informasi itu akan mengganggu sistem kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, dosen pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (IKK-Fema) IPB University, Yulina Eva Riany menilai, pengukuran indeks kebahagiaan memiliki banyak indikator yang merupakan persepsi atas kondisi “bahagia” tersebut. Dengan demikian, masyarakat Indonesia banyak yang memersepsikan bahwa mereka masih puas dengan kondisi yang mereka hadapi dan juga merasa hidup masih bermakna meskipun situasi lagi sulit.
Mengapa hal ini dapat terjadi? Menurut Yulina, peran budaya diperkirakan sangat dominan atas persepsi bahagia. Budaya Indonesia yang cenderung menerima kondisi apa adanya, menjalani hidup yang mengalir, dan tidak memiliki ekspektasi yang tinggi, disebutnya kemungkinan memiliki andil atas tingginya indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia. “Selain itu, kondisi masyarakat dengan situasi less competitive diprediksi dapat meningkatkan tingkat kebahagiaan masyarakat,” papar Eva.
Gerakan Indonesia Kita (GITA) komunitas relawan yang bergerak membantu masyarakat di masa pandemi, di antaranya dengan meminjamkan tabung oksigen secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan serta melakukan tes Covid-19 gratis.
Lihat Juga :
tulis komentar anda