Luhut Pandjaitan Beberkan Kesiapan Indonesia Hadapi Gelombang Omicron
Rabu, 12 Januari 2022 - 15:03 WIB
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa Indonesia saat ini jauh lebih siap menghadapi potensi gelombang Covid-19 varian Omicron . Salah satunya, kata dia, karena capaian vaksinasi Covid-19 di Tanah Air saat ini sudah lebih tinggi dibandingkan Juli 2021.
“Kapasitas testing dan tracing kita juga jauh lebih tinggi dari pada tahun lalu," ujar Luhut melalui konferensi video yang dilihat pada Rabu (12/1/2022).
Selain itu, dia menuturkan bahwa sistem kesehatan di Indonesia juga lebih siap dibanding sebelumnya. Di antaranya dalam hal obat-obatan, Molnupiravir sudah dimiliki.
Kemudian kesiapan tempat tidur di rumah sakit, tenaga kesehatan, oksigen, dan fasilitas isolasi terpusat saat ini jauh lebih baik. "Dengan berbagai kesiapan tersebut, dan belajar dari pengalaman yang lalu, saya yakin kasus tidak akan meningkat setinggi negara lain. Namun syaratnya kita semua harus disiplin," ujarnya.
Luhut memperkirakan puncak kasus Omicron di Indonesia terjadi awal Februari 2022. Namun ia meyakini kasus tersebut didominasi oleh pasien bergejala ringan.
Di sisi lain, kasus positif Omicron di Indonesia melonjak jadi 802. Sebagian besar masih disumbangkan oleh pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Dari 537 kasus di Jakarta, 435 di antaranya berasal dari PPLN.
"Oleh karenanya, kami sekali mengimbau masyarakat untuk tidak bepergian dulu keluar negeri dalam dua, tiga minggu ke depan," imbuhnya.
Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan vaksinasi booster dan skrining ketat PPLN adalah kunci untuk menahan laju penularan Omicron. Khusus untuk karantina, Jokowi ingin hal itu dilakukan secara ketat, jangan sampai ada importasi kasus yang lolos ke masyarakat.
“Kapasitas testing dan tracing kita juga jauh lebih tinggi dari pada tahun lalu," ujar Luhut melalui konferensi video yang dilihat pada Rabu (12/1/2022).
Selain itu, dia menuturkan bahwa sistem kesehatan di Indonesia juga lebih siap dibanding sebelumnya. Di antaranya dalam hal obat-obatan, Molnupiravir sudah dimiliki.
Kemudian kesiapan tempat tidur di rumah sakit, tenaga kesehatan, oksigen, dan fasilitas isolasi terpusat saat ini jauh lebih baik. "Dengan berbagai kesiapan tersebut, dan belajar dari pengalaman yang lalu, saya yakin kasus tidak akan meningkat setinggi negara lain. Namun syaratnya kita semua harus disiplin," ujarnya.
Luhut memperkirakan puncak kasus Omicron di Indonesia terjadi awal Februari 2022. Namun ia meyakini kasus tersebut didominasi oleh pasien bergejala ringan.
Di sisi lain, kasus positif Omicron di Indonesia melonjak jadi 802. Sebagian besar masih disumbangkan oleh pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Dari 537 kasus di Jakarta, 435 di antaranya berasal dari PPLN.
"Oleh karenanya, kami sekali mengimbau masyarakat untuk tidak bepergian dulu keluar negeri dalam dua, tiga minggu ke depan," imbuhnya.
Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan vaksinasi booster dan skrining ketat PPLN adalah kunci untuk menahan laju penularan Omicron. Khusus untuk karantina, Jokowi ingin hal itu dilakukan secara ketat, jangan sampai ada importasi kasus yang lolos ke masyarakat.
(rca)
tulis komentar anda