BMKG Ungkap Penyebab Banyaknya Rumah Rusak saat Gempa Jember
Senin, 20 Desember 2021 - 01:08 WIB
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan struktur bangunan yang buruk menjadi salah satu penyebab banyaknya rumah dan bangunan rusak saat gempa bumi di Jember, Jawa Timur, pada Kamis, 16 Desember 2021 lalu. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember, terdapat 46 unit rumah mengalami kerusakan.
Menurut Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, hasil survei dan evaluasi di lapangan banyak ditemukan struktur bangunan yang tidak memenuhi persyaratan tahan gempa. Sehingga mayoritas bangunan tidak menggunakan struktur kolom pada bagian sudutnya.
Hal ini disampaikan Rahmat saat bertemu dengan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Bupati Jember Hendy Siswanto di Pendopo Kabupaten Jember, Sabtu, 18 Desember 2021 lalu. "Massifnya kerusakan yang terjadi diakibatkan kontruksi bangunan tersebut tidak sesuai standar seperti tidak adanya kolom dan bangunan yang sudah cukup tua," kata Rahmat dikutip dalam rilis resmi BMKG, Senin(20/12/2021).
Rahmat menuturkan, berdasarkan hasil temuan BMKG di lapangan kekuatan gempa magnitude 5,1 dengan intensitas IV—V MMI seharusnya tidak menimbulkan kerusakan massif seperti yang terjadi di Jember. Baca: Gempa Jember M5,1 Terasa Getarannya Hingga Bali
Efek yang ditimbulkan, lanjut Rahmat, biasanya hanya berupa kerusakan ringan, dengan efek benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan jendela kaca bergetar. "Ini diluar skenario pemodelan BMKG, artinya jika gempa dengan magnitudo lebih besar terjadi maka kerusakan yang ditimbulkan akan jauh lebih besar dan luas karena struktur bangunan yang tidak memenuhi standar tahan gempa," ujarnya.
Rahmat menyampaikan, Kabupaten Jember merupakan wilayah rawan gempa dan tsunami. Berdasarkan catatan sejarah, sedikitnya Kabupaten Jember telah diguncang gempa merusak lebih dari enam kali sejak 1896.
Letak Kabupaten Jember, kata dia, berdekatan dengan sumber gempa potensial, yaitu subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di selatan Jawa Timur (zona megathrust). Selain itu, wilayah Jember juga berdekatan dengan sumber-sumber gempa sesar aktif, baik yang ada di daratan maupun di dasar laut.
Atas fakta tersebut,kata Rahmat, maka BMKG merekomendasikan kepada pemerintah daerah untuk melakukan audit kelayakan konstruksi bangunan dan infrastruktur, penyiapan jalur dan sarana prasarana evakuasi yang layak dan memadai.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati telah dua kali menjelaskan di Gedung Negara Grahadi bahwa ada titik-titik tertentu yang harus diwaspadai terhadap kemungkinan adanya potensi gempa diikuti tsunami.
Menurut Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, hasil survei dan evaluasi di lapangan banyak ditemukan struktur bangunan yang tidak memenuhi persyaratan tahan gempa. Sehingga mayoritas bangunan tidak menggunakan struktur kolom pada bagian sudutnya.
Hal ini disampaikan Rahmat saat bertemu dengan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Bupati Jember Hendy Siswanto di Pendopo Kabupaten Jember, Sabtu, 18 Desember 2021 lalu. "Massifnya kerusakan yang terjadi diakibatkan kontruksi bangunan tersebut tidak sesuai standar seperti tidak adanya kolom dan bangunan yang sudah cukup tua," kata Rahmat dikutip dalam rilis resmi BMKG, Senin(20/12/2021).
Rahmat menuturkan, berdasarkan hasil temuan BMKG di lapangan kekuatan gempa magnitude 5,1 dengan intensitas IV—V MMI seharusnya tidak menimbulkan kerusakan massif seperti yang terjadi di Jember. Baca: Gempa Jember M5,1 Terasa Getarannya Hingga Bali
Efek yang ditimbulkan, lanjut Rahmat, biasanya hanya berupa kerusakan ringan, dengan efek benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan jendela kaca bergetar. "Ini diluar skenario pemodelan BMKG, artinya jika gempa dengan magnitudo lebih besar terjadi maka kerusakan yang ditimbulkan akan jauh lebih besar dan luas karena struktur bangunan yang tidak memenuhi standar tahan gempa," ujarnya.
Rahmat menyampaikan, Kabupaten Jember merupakan wilayah rawan gempa dan tsunami. Berdasarkan catatan sejarah, sedikitnya Kabupaten Jember telah diguncang gempa merusak lebih dari enam kali sejak 1896.
Letak Kabupaten Jember, kata dia, berdekatan dengan sumber gempa potensial, yaitu subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di selatan Jawa Timur (zona megathrust). Selain itu, wilayah Jember juga berdekatan dengan sumber-sumber gempa sesar aktif, baik yang ada di daratan maupun di dasar laut.
Atas fakta tersebut,kata Rahmat, maka BMKG merekomendasikan kepada pemerintah daerah untuk melakukan audit kelayakan konstruksi bangunan dan infrastruktur, penyiapan jalur dan sarana prasarana evakuasi yang layak dan memadai.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati telah dua kali menjelaskan di Gedung Negara Grahadi bahwa ada titik-titik tertentu yang harus diwaspadai terhadap kemungkinan adanya potensi gempa diikuti tsunami.
tulis komentar anda