Kisah SBY Gagal Berangkat ke Medan Operasi Hanya karena Hal Sepele
Sabtu, 18 Desember 2021 - 06:46 WIB
Sebelum diberangkatkan, sebagai Komandan Batalyon (Danyon), SBY bersama pasukannya lebih dahulu dicek kesiapannya oleh Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Wismoyo Arismunandar yang saat itu menjabat sebagai Kepala Staf Kodam (Kasdam) IX/Udayana. Seketika, muncul keraguan di benak Wismoyo saat melihat sosok Danyon Mayor Inf. Susilo Bambang Yudhoyono yang berbeda dengan komandan-komandan tempur lainnya.
“Komandan Batalyon kok kulitnya bersih begini?” ujar Wismoyo sambil menatap tajam Danyon Mayor Inf. Susilo Bambang Yudhoyono.
Untuk mengetahui kemampuan kepemimpinan SBY, Wismoyo kemudian menunda keberangkatan SBY dan pasukannya ke Timor Timur. SBY kemudian diminta untuk melatih para Bintara di Kodam Udayana. Hal itu tentu membuat SBY terkejut karena tugas itu diberikan sangat mendadak. Apalagi menantu dari Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Inf. Sarwo Edhie Wibowo ini sudah diperintahkan harus segera ke Dili, Timor Timur.
Foto SBY saat penugasan di Timor-Timor. Foto/IG@sbyudhoyonoachvs
Tanpa bisa menolak, SBY kemudian memenuhi tugas dadakan tersebut dengan baik. Dua minggu kemudian, akhirnya kabar menggembirakan itu datang. SBY diperintahkan segera terbang ke Dili untuk memperkuat dan membantu TNI dalam operasi di Timor Timur. Wismoyo melihat SBY pantas memimpin batalyon di medan tempur menumpas kelompok bersenjata Fretilin.
SBY mengakui selama meniti kariernya di militer, dirinya tiga kali bertugas di Timor Timur pertama pada 1976-1977, kedua 1979-1980 dan ketiga 1986-1988. ”Saya pernah bertempur di Timor Timur. Tugas negara itu saya emban ketika saya masih berpangkat Letnan, Kapten dan Mayor. Dengan jabatan Komandan Peleton, Komandan Kompi dan Komandan Batalyon,” tulis SBY di akun Instagram @sbyudhoyonoachvs.
Dalam tulisannya, SBY menceritakan momen yang tidak dapat dilupakan saat bertugas di Timor-Timur. “Saat itu Subuh di tahun 1976, Batalyon Infanteri Lintas Udara 305 sedang melaksanakan pertempuran di bagian barat Timor Timur. Kompi A dipimpin Kapten Agus Widjojo berada di depan, waktu itu peleton saya beserta peleton Lettu Endiarto Sutarto mendapat utgas bergerak paling depan. Di susul peleton Lettu Zainuddin sekitar pukul 05.30 terjadi kontak tembak antara Kompi A dengan satuan lawan. Kontak tembak itu hanya berlangsung sekitar setengah jam,” kenang SBY.
SBY juga menceritakan peristiwa yang tidak terlupakan saat bertempur di Timor Timur. Saat itu, dirinya menyaksikan seorang anak yang kehilangan ibunya akibat terkena peluru nyasar.
”Nah ketika kami harus melanjutkan gerakan ke depan, saya menjumpai seorang anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun sedang menangis memeluk ibunya yang tertembak karena peluru nyasar. Meski bocah itu tidak mengerti apa arti perang apalagi politik tapi kesedihan begitu memuncak. Ketika beberapa menit yang lalu dia masih bercanda dan berada dalam pelukan yang amat disayanginya tiba-tiba ia harus menerima musibah yang amat berat tersebut. Peristiwa yang akan mengubah masa depan dan kehidupan anak itu selamanya,” tulisnya.
“Komandan Batalyon kok kulitnya bersih begini?” ujar Wismoyo sambil menatap tajam Danyon Mayor Inf. Susilo Bambang Yudhoyono.
Untuk mengetahui kemampuan kepemimpinan SBY, Wismoyo kemudian menunda keberangkatan SBY dan pasukannya ke Timor Timur. SBY kemudian diminta untuk melatih para Bintara di Kodam Udayana. Hal itu tentu membuat SBY terkejut karena tugas itu diberikan sangat mendadak. Apalagi menantu dari Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Inf. Sarwo Edhie Wibowo ini sudah diperintahkan harus segera ke Dili, Timor Timur.
Foto SBY saat penugasan di Timor-Timor. Foto/IG@sbyudhoyonoachvs
Tanpa bisa menolak, SBY kemudian memenuhi tugas dadakan tersebut dengan baik. Dua minggu kemudian, akhirnya kabar menggembirakan itu datang. SBY diperintahkan segera terbang ke Dili untuk memperkuat dan membantu TNI dalam operasi di Timor Timur. Wismoyo melihat SBY pantas memimpin batalyon di medan tempur menumpas kelompok bersenjata Fretilin.
SBY mengakui selama meniti kariernya di militer, dirinya tiga kali bertugas di Timor Timur pertama pada 1976-1977, kedua 1979-1980 dan ketiga 1986-1988. ”Saya pernah bertempur di Timor Timur. Tugas negara itu saya emban ketika saya masih berpangkat Letnan, Kapten dan Mayor. Dengan jabatan Komandan Peleton, Komandan Kompi dan Komandan Batalyon,” tulis SBY di akun Instagram @sbyudhoyonoachvs.
Dalam tulisannya, SBY menceritakan momen yang tidak dapat dilupakan saat bertugas di Timor-Timur. “Saat itu Subuh di tahun 1976, Batalyon Infanteri Lintas Udara 305 sedang melaksanakan pertempuran di bagian barat Timor Timur. Kompi A dipimpin Kapten Agus Widjojo berada di depan, waktu itu peleton saya beserta peleton Lettu Endiarto Sutarto mendapat utgas bergerak paling depan. Di susul peleton Lettu Zainuddin sekitar pukul 05.30 terjadi kontak tembak antara Kompi A dengan satuan lawan. Kontak tembak itu hanya berlangsung sekitar setengah jam,” kenang SBY.
SBY juga menceritakan peristiwa yang tidak terlupakan saat bertempur di Timor Timur. Saat itu, dirinya menyaksikan seorang anak yang kehilangan ibunya akibat terkena peluru nyasar.
”Nah ketika kami harus melanjutkan gerakan ke depan, saya menjumpai seorang anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun sedang menangis memeluk ibunya yang tertembak karena peluru nyasar. Meski bocah itu tidak mengerti apa arti perang apalagi politik tapi kesedihan begitu memuncak. Ketika beberapa menit yang lalu dia masih bercanda dan berada dalam pelukan yang amat disayanginya tiba-tiba ia harus menerima musibah yang amat berat tersebut. Peristiwa yang akan mengubah masa depan dan kehidupan anak itu selamanya,” tulisnya.
tulis komentar anda