Kemenag: UISSI Dobrak Keterbatasan Akses Pendidikan Tinggi Keagamaan Islams
Kamis, 16 Desember 2021 - 01:09 WIB
JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama ( Kemenag ) Ali Ramdhani mendampingi Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas meresmikan peluncuran Program Pembelajaran Jarak Jauh, Program Studi Pendidikan Agama Islam "IAIN Syekh Nurjati Cirebon menuju Universitas Islam Siber Syekh Nurjati Indonesia (UISSI), Selasa 14 Desember 2021.
Dalam sambutannya, Ali Ramdhani menekankan, pentingnya Perguruan Tinggi Keagaman Islam hadir pada ruang maya di tengah arus informasi yang begitu deras ditopang perkembangan zaman yang tak lagi memberikan batasan jarak dan waktu bagi siapa saja yang tengah mencari informasi maupun menuntut ilmu melalui media digital.
"Dunia, dewasa ini dalam konteks kontemporer banyak yang menggambarkan sebagai sebuah Big Billage, atau kampung besar di mana sekat-sekat ruang dan waktu dimediasi oleh teknologi yang kemudian menjadikan sekat menjadi tidak ada lagi," tutur Ali Ramdhani.
Pihaknya menyadari, limpahan informasi yang luar biasa di dunia maya, pada satu sisi memberikan sisi negatif dan sisi positif pada bagian lainnya. Terlebih di dalamnya juga bermunculan model-model informasi yang bersifat brain stroming, brain washing, dan model-model dakwah dari kelompok trans nasional.
Atas dasar kesadaran bahwa media digital tengah menjadi bersemayamnya beraneka ragam gagasan, dan di sisi lain telah menjadi media dakwah yang paling optimal, maka Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama perlu hadir melalui ruang tersebut salah satunya melalui peluncuran PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang kelak bertransformasi menjadi UISSI.
"Kita memahami bahwa ruang ini menjadi tempat bersemayamnya berbagai aneka ragam gagasan, maka kita perlu hadir memberikan warna sekaligus memberikan ruang secara formal bagi anak bangsa untuk meningkatkan kualifikasi kompetensi yang tentu saja bermuara pada kesejahteraan," tuturnya.
Guru Besar UIN Sunan Gunung Jati ini menjelasksn kehadiran UISSI akan mengubah pola pendidikan Islam yang tidak melulu melalui ruang formal yang hanya dapat diakses oleh anak bangsa yang berkesempatan, tetapi juga mereka yang membutuhkan, meski mereka dalam keadaan yang tidak memungkinkan, seperti tinggal di daerah-daerah terpencil, atau pun yang waktunya tersita demi mengabdikan dirinya pada pendidikan.
"Bahwa ada skitar 40.000 guru-guru madrasah yang belum memenuhi jenjang pendidikan S-1, dan ini yang diperintahkan oleh Pak Menteri agar segera menghadirkan pemenuhan terhadap kompetensi guru, yang tujuan utamanya adalah kita ingin memenuhi janji konstitusi, yaitu mencerdaskan anak bangsa," tandasnya.
Sebagai informasi, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, ditetapkan sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam berbasis siber yang pertama di Indonesia, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam No. 1175 Tahun 2021, tentang penetapan Institut Agama Islam Syekh Nurjati sebagai pilot project Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang berbasis Digital University.
Dalam sambutannya, Ali Ramdhani menekankan, pentingnya Perguruan Tinggi Keagaman Islam hadir pada ruang maya di tengah arus informasi yang begitu deras ditopang perkembangan zaman yang tak lagi memberikan batasan jarak dan waktu bagi siapa saja yang tengah mencari informasi maupun menuntut ilmu melalui media digital.
"Dunia, dewasa ini dalam konteks kontemporer banyak yang menggambarkan sebagai sebuah Big Billage, atau kampung besar di mana sekat-sekat ruang dan waktu dimediasi oleh teknologi yang kemudian menjadikan sekat menjadi tidak ada lagi," tutur Ali Ramdhani.
Pihaknya menyadari, limpahan informasi yang luar biasa di dunia maya, pada satu sisi memberikan sisi negatif dan sisi positif pada bagian lainnya. Terlebih di dalamnya juga bermunculan model-model informasi yang bersifat brain stroming, brain washing, dan model-model dakwah dari kelompok trans nasional.
Atas dasar kesadaran bahwa media digital tengah menjadi bersemayamnya beraneka ragam gagasan, dan di sisi lain telah menjadi media dakwah yang paling optimal, maka Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama perlu hadir melalui ruang tersebut salah satunya melalui peluncuran PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang kelak bertransformasi menjadi UISSI.
"Kita memahami bahwa ruang ini menjadi tempat bersemayamnya berbagai aneka ragam gagasan, maka kita perlu hadir memberikan warna sekaligus memberikan ruang secara formal bagi anak bangsa untuk meningkatkan kualifikasi kompetensi yang tentu saja bermuara pada kesejahteraan," tuturnya.
Guru Besar UIN Sunan Gunung Jati ini menjelasksn kehadiran UISSI akan mengubah pola pendidikan Islam yang tidak melulu melalui ruang formal yang hanya dapat diakses oleh anak bangsa yang berkesempatan, tetapi juga mereka yang membutuhkan, meski mereka dalam keadaan yang tidak memungkinkan, seperti tinggal di daerah-daerah terpencil, atau pun yang waktunya tersita demi mengabdikan dirinya pada pendidikan.
"Bahwa ada skitar 40.000 guru-guru madrasah yang belum memenuhi jenjang pendidikan S-1, dan ini yang diperintahkan oleh Pak Menteri agar segera menghadirkan pemenuhan terhadap kompetensi guru, yang tujuan utamanya adalah kita ingin memenuhi janji konstitusi, yaitu mencerdaskan anak bangsa," tandasnya.
Baca Juga
Sebagai informasi, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, ditetapkan sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam berbasis siber yang pertama di Indonesia, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam No. 1175 Tahun 2021, tentang penetapan Institut Agama Islam Syekh Nurjati sebagai pilot project Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang berbasis Digital University.
(mhd)
tulis komentar anda