Mengenang Palagan Ambarawa, Pertempuran yang Menginspirasi TNI AD
Rabu, 15 Desember 2021 - 09:46 WIB
JAKARTA - Pada Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Semarang . Dimpimpin Brigadir Jenderal Bethel tujuan mereka adalah mengurus tawanan perang dan tentara Jepang di Jawa Tengah. Tetapi tentara Sekutu yang sudah diboncengi Netherland Indies Civil Administration (NICA) ternyata membebaskan para tawanan dan mempersenjatai mereka.
Tentu saja hal ini membuat Indonesia marah. Inilah peristiwa pemicu insiden bersenjata di Magelang yang meluas menjadi pertempuran dalam skala besar. Pertempuran itu dikenal sebagai Palagan Ambarawa . Sebenarnya perundingan antara Presiden Soekarno (yang secara khusus datang ke Magelang) dengan Brigadir Jenderal Bethel sempat menghentikan pertikaian antara tentara sekutu dengan pasukan TKR. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena Sekutu memilih melanggar hasil perundingan.
Diam-diam, Sekutu meninggalkan Magelang dan menguasai dua desa di Ambarawa. Tetapi pasukan TKR tidak tinggal diam. Dengan bantuan rakyat, TKR di bawah pimpinan Letnan Kolonel M Sarbini berhasil membebaskan kedua desa di pinggiran Ambarawa tersebut. Tetapi sukses tersebut mesti dibayar mahal dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, akibat tembakan pesawat sekutu yang datang dari Semarang.
Gugurnya Letkol Isdiman tidak menyurutkan perjuangan TKR. Pertempuran selanjutnya dipimpin langsung Komandan Divisi V Banyumas, Kolonel Soedirman. Pada 12 Desember 1945 pasukan TKR dan laskar menyerang tentara Sekutu di pusat Kota Ambarawa dari berbagai penjuru.
Dengan peralatan tempur seadanya seperti bambu runcing dan senjata sitaan dari pasukan Jepang, pasukan TKR terus menggempur tentara Sekutu yang memiliki persenjataan modern. Puncaknya pada 15 Desember 1945, Kolonel Soedirman bersama pasukan TKR berhasil mengalahkan tentara Sekutu.
Mayjen TNI Wuryanto dalam artikel berjudul Palagan Ambarawa Peletak Dasar Nilai Kejuangan TNI dari Tantangan Global (11 Januari 2019, www.tniad.mil.id ) mengungkap rahasia kemenangan TKR dalam pertempuran yang dikenal sebagai Palagan Ambarawa adalah taktik supit urang. ”Dengan segala keterbatasan, Kolonel Soedirman membangun organisasi kekuatan melalui strategi perang “Supit Urang” atau pengepungan dari kedua sisi yang membuat musuh benar-benar terkurung," tulis Mayjen Wuryanto.
Strategi tersebut dinilainya sebagai terobosan cemerleng dan mutakhir untuk ukuran militer sebuah negara yang baru seumur jagung. Taktik “Supit Urang” yang dilaksanakan serentak, cepat, senyap dan terkonsep dengan baik. Akibatnya tentara Sekutu terkejut, tak menyangka pasukan berani mati TKR mampu menyusun sistematika taktik perang yang begitu rapi.
”Melalui Teknik ini suplai bantuan dan komunikasi tentara Sekutu terputus. Sekutu terkepung dengan pola penyerangan dari tiap sektor. Kepemimpinan Kolonel Soedirman yang membangkitkan moral semangat juang prajurit akhirnya mampu memukul mundur Sekutu ke arah Semarang. Pertempuran selama empat hari berakhir pada tanggal 15 Desember 1945 dengan kemenangan pasukan TKR yang dibantu masyarakat Ambarawa,” tulis Mayjen Wuryanto.
Kemenangan tersebut bukan hanya mengangkat pamor Indonesia tetapi juga moral rakyat dan pasukan TKR. Kehebatan Pertempuran Ambarawa itulah yang menginspirasi TNI Angkatan Darat hingga tanggal 15 Desember ditetapkan sebagai Hari Juang TNI AD. Sementara untuk mengenang pertempuran Ambarawa dan kepemimpinan Jenderal Soedirman serta Letkol Isdiman, pada 1973 didirikan Monumen Palagan Ambarawa di Jalan Mgr Sugiyopranoto, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
Tentu saja hal ini membuat Indonesia marah. Inilah peristiwa pemicu insiden bersenjata di Magelang yang meluas menjadi pertempuran dalam skala besar. Pertempuran itu dikenal sebagai Palagan Ambarawa . Sebenarnya perundingan antara Presiden Soekarno (yang secara khusus datang ke Magelang) dengan Brigadir Jenderal Bethel sempat menghentikan pertikaian antara tentara sekutu dengan pasukan TKR. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena Sekutu memilih melanggar hasil perundingan.
Diam-diam, Sekutu meninggalkan Magelang dan menguasai dua desa di Ambarawa. Tetapi pasukan TKR tidak tinggal diam. Dengan bantuan rakyat, TKR di bawah pimpinan Letnan Kolonel M Sarbini berhasil membebaskan kedua desa di pinggiran Ambarawa tersebut. Tetapi sukses tersebut mesti dibayar mahal dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, akibat tembakan pesawat sekutu yang datang dari Semarang.
Baca Juga
Gugurnya Letkol Isdiman tidak menyurutkan perjuangan TKR. Pertempuran selanjutnya dipimpin langsung Komandan Divisi V Banyumas, Kolonel Soedirman. Pada 12 Desember 1945 pasukan TKR dan laskar menyerang tentara Sekutu di pusat Kota Ambarawa dari berbagai penjuru.
Dengan peralatan tempur seadanya seperti bambu runcing dan senjata sitaan dari pasukan Jepang, pasukan TKR terus menggempur tentara Sekutu yang memiliki persenjataan modern. Puncaknya pada 15 Desember 1945, Kolonel Soedirman bersama pasukan TKR berhasil mengalahkan tentara Sekutu.
Mayjen TNI Wuryanto dalam artikel berjudul Palagan Ambarawa Peletak Dasar Nilai Kejuangan TNI dari Tantangan Global (11 Januari 2019, www.tniad.mil.id ) mengungkap rahasia kemenangan TKR dalam pertempuran yang dikenal sebagai Palagan Ambarawa adalah taktik supit urang. ”Dengan segala keterbatasan, Kolonel Soedirman membangun organisasi kekuatan melalui strategi perang “Supit Urang” atau pengepungan dari kedua sisi yang membuat musuh benar-benar terkurung," tulis Mayjen Wuryanto.
Strategi tersebut dinilainya sebagai terobosan cemerleng dan mutakhir untuk ukuran militer sebuah negara yang baru seumur jagung. Taktik “Supit Urang” yang dilaksanakan serentak, cepat, senyap dan terkonsep dengan baik. Akibatnya tentara Sekutu terkejut, tak menyangka pasukan berani mati TKR mampu menyusun sistematika taktik perang yang begitu rapi.
”Melalui Teknik ini suplai bantuan dan komunikasi tentara Sekutu terputus. Sekutu terkepung dengan pola penyerangan dari tiap sektor. Kepemimpinan Kolonel Soedirman yang membangkitkan moral semangat juang prajurit akhirnya mampu memukul mundur Sekutu ke arah Semarang. Pertempuran selama empat hari berakhir pada tanggal 15 Desember 1945 dengan kemenangan pasukan TKR yang dibantu masyarakat Ambarawa,” tulis Mayjen Wuryanto.
Kemenangan tersebut bukan hanya mengangkat pamor Indonesia tetapi juga moral rakyat dan pasukan TKR. Kehebatan Pertempuran Ambarawa itulah yang menginspirasi TNI Angkatan Darat hingga tanggal 15 Desember ditetapkan sebagai Hari Juang TNI AD. Sementara untuk mengenang pertempuran Ambarawa dan kepemimpinan Jenderal Soedirman serta Letkol Isdiman, pada 1973 didirikan Monumen Palagan Ambarawa di Jalan Mgr Sugiyopranoto, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
(muh)
tulis komentar anda