Cegah Cluster Covid-19 Nataru, Epidemiolog: Tingkatkan Testing dan Surveilans Genomik
Minggu, 12 Desember 2021 - 14:08 WIB
JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyarankan pemerintah meningkatkan testing Covid-19 maupun surveilans genomik untuk menghadapi cluster libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
"Bila melihat klasifikasi level transmisi Covid-19 dari WHO, Indonesia sebenarnya masih ada kasus Covid-19 di masyarakat tapi tidak terlalu terdeteksi," ujar Dicky Budiman, Minggu (12/12/2021).
Hal tersebut karena angka kasus Covid-19 yang ada saat ini bukanlah yang sesungguhnya terjadi di tengah masyarakat. "Sekarang ini kita seperti ditenangkan dengan angka kasus Covid-19 yang rendah, padahal itu disebabkan testing Covid-19 kita masih rendah, surveilans genomik kita masih rendah. Jadi di tengah kondisi testing yang rendah itu lalu angka Covid-19 melandai diduga kuat yang sudah terinfeksi di Indonesia sudah puluhan juta orang," ungkap Dicky.
Kondisi di Indonesia dikatakan, kata Dicky, berbeda dengan ledakan kasus Covid-19 seperti yang terjadi di Afrika ataupun Eropa. "Pelandaian kasus Covid-19 ini karena ada masyarakat yang sudah divaksin. Di Eropa dan negara maju dominan masyarakat dengan usia tua, berbeda dengan Indonesia yang didominasi usia muda. negara berkembang seperti Indonesia memiliki bonus demografi," katanya.
Selain 3T dan 5M, Dicky juga meminta pemerintah memenuhi target vaksinasi Covid-19. Selain itu kategori kelompok tertentu juga sudah harus mendapatkan vaksin booster. "3T, 5M, vaksinasi harus terus diterapkan. Waspadai Omicron. Setidaknya 80% dari total penduduk harus sudah di vaksinasi dua dosis. Yang kategori usia rawan sudah mendapatkan booster," ujarnya.
Dicky menyebut 30-40% penduduk Indonesia belum imun sehingga target vaksinasi belum tercapai termasuk pada usia anak. Banyak dari anak-anak yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19. "Pada kasus negara terdampak Omicron, anak-anak rentan terinfeksi. Selain itu ada kategori risiko komorbid. Anak juga sudah mulai di bawa ke sana sini bersama orang tuanya. Kriteria lansia atau kelompok berisiko semakin dipetakan secara jelas untuk menjadi perhatian khusus," ucapnya.
Di sisi lain, Dicky juga meminta pemerintah meningkatkan literasi masyarakat akan bahaya varian baru virus Corona (Covid-19) di tengah gencarnya teori konspirasi bisnis PCR Covid-19 serta berbagai kabar bohong tentang Covid-19. "Peran orang tua penting, tingkatkan literasi pada orang tua. Untuk menghindari teori konspirasi Covid-19. Karena Covid-19 ini sangat mudah ditafsirkan berbeda dan kontraproduktif," pungkas Dicky Budiman.
"Bila melihat klasifikasi level transmisi Covid-19 dari WHO, Indonesia sebenarnya masih ada kasus Covid-19 di masyarakat tapi tidak terlalu terdeteksi," ujar Dicky Budiman, Minggu (12/12/2021).
Hal tersebut karena angka kasus Covid-19 yang ada saat ini bukanlah yang sesungguhnya terjadi di tengah masyarakat. "Sekarang ini kita seperti ditenangkan dengan angka kasus Covid-19 yang rendah, padahal itu disebabkan testing Covid-19 kita masih rendah, surveilans genomik kita masih rendah. Jadi di tengah kondisi testing yang rendah itu lalu angka Covid-19 melandai diduga kuat yang sudah terinfeksi di Indonesia sudah puluhan juta orang," ungkap Dicky.
Kondisi di Indonesia dikatakan, kata Dicky, berbeda dengan ledakan kasus Covid-19 seperti yang terjadi di Afrika ataupun Eropa. "Pelandaian kasus Covid-19 ini karena ada masyarakat yang sudah divaksin. Di Eropa dan negara maju dominan masyarakat dengan usia tua, berbeda dengan Indonesia yang didominasi usia muda. negara berkembang seperti Indonesia memiliki bonus demografi," katanya.
Selain 3T dan 5M, Dicky juga meminta pemerintah memenuhi target vaksinasi Covid-19. Selain itu kategori kelompok tertentu juga sudah harus mendapatkan vaksin booster. "3T, 5M, vaksinasi harus terus diterapkan. Waspadai Omicron. Setidaknya 80% dari total penduduk harus sudah di vaksinasi dua dosis. Yang kategori usia rawan sudah mendapatkan booster," ujarnya.
Dicky menyebut 30-40% penduduk Indonesia belum imun sehingga target vaksinasi belum tercapai termasuk pada usia anak. Banyak dari anak-anak yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19. "Pada kasus negara terdampak Omicron, anak-anak rentan terinfeksi. Selain itu ada kategori risiko komorbid. Anak juga sudah mulai di bawa ke sana sini bersama orang tuanya. Kriteria lansia atau kelompok berisiko semakin dipetakan secara jelas untuk menjadi perhatian khusus," ucapnya.
Di sisi lain, Dicky juga meminta pemerintah meningkatkan literasi masyarakat akan bahaya varian baru virus Corona (Covid-19) di tengah gencarnya teori konspirasi bisnis PCR Covid-19 serta berbagai kabar bohong tentang Covid-19. "Peran orang tua penting, tingkatkan literasi pada orang tua. Untuk menghindari teori konspirasi Covid-19. Karena Covid-19 ini sangat mudah ditafsirkan berbeda dan kontraproduktif," pungkas Dicky Budiman.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda