Kisah Aktivis Soe Hok Gie yang Meninggal Dunia di Dekapan Puncak Mahameru

Sabtu, 11 Desember 2021 - 07:57 WIB
Soe Hok Gie adalah seorang aktivis keturunan Tionghoa-Indonesia yang vokal mengkritisi kebijakan Pemerintahan Presiden Soekarno dan Soeharto. Foto/Istimewa
JAKARTA - Soe Hok Gie adalah seorang aktivis keturunan Tionghoa-Indonesia yang vokal mengkritisi kebijakan Pemerintahan Presiden Soekarno dan Soeharto. Ia adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah pada tahun 1962-1969 dan ia salah satu pendiri organisasi mahasiswa pecinta alam Universitas Indonesia (Mapala UI).

Dilansir dari YouTube Beratap Langit, Gie sering sekali mendaki gunung di Indonesia seperti Gunung Gede, Gunung Salak dan Gunung Slamet. Pada tanggal 12 Desember 1969 bertepatan Lebaran hari kedua, Gie dan teman-temannya pergi mendaki Gunung Semeru. Mereka berkumpul di Stasiun Kereta Api Gambir Jakarta Pusat sebelum pukul 06.00 WIB.

Bagi Mapala Fakultas Sastra UI merupakan pendakian pertama ke gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 mdpl. Selain Gie, tim pendaki Gunung Semeru lainnya adalah Aristides, Herman Onesimus Lantang, Abdurrachman, Anton Wijana, Rudy Badil, Idhan Dhanvantari Lubis, dan Freddy Lodewijk Lasut. Mereka berangkat pada pukuk 07.00 WIB ke Stasiun Gubeng Surabaya memakan waktu perjalanan sekitar 20 jam.

Rudi bercerita hari pertama keberangkatan Hok Gie banyak memberitahukan pengetahuannya tentang sejarah masa kompeni di Jawa. Pada saat mendaki mereka membawa buku kecil tentang panduan pendaki Gunung Semeru, Gids voor Bergtochen op Java, buku dari Dr Ch E Sthen. Selain itu mereka juga membawa buku tambahan Bergenweelde buku dari CW Worsmter yang terbit dari Bandung pada tahun 1927.

Gie selalu memanfaatkan pendakiannya untuk mengenal Indonesia. Proses mencintai Indonesia itu sama halnya dengan mengenal lebih jauh rakyat dan masalahnya. Mata Gie terbuka lebar selama naik gunung. Gie melihat dan berdiskusi terkait berbagai macam ketimpangan.



Gie semangat sekali mendaki ke gunung Semeru karena akan merayakan ulang tahunnya pada tanggal 17 Desember nanti. Namun Gie sempat memiliki firasat tentang kematian.

Mimpi ini tidak pernah ada pada pendakian sebelumnya tapi saat mendaki Semeru firasat itu tiba-tiba hadir. Dalam mimpinya itu Gie menyempatkan diri untuk berpamitan dengan teman-temannya.

Cuaca buruk, hujan, dan kabut dalam pendakian menuju puncak Mahameru jadi asal muasalnya. Pendakian menjadi sulit dan ditambah lagi dengan adanya peristiwa Semeru mengeluarkan ledakan dan letusan yang menyemburkan debu dan gas beracun ke udara. Peristiwa itu menjadi menyeramkan karena membuat nafas menjadi berat.

Akan tetapi, Gie dan teman-temannya dapat melewatinya. Dia sempat merasakan berada di puncak Mahameru sesuai dengan mimpinya. Di puncak Mahameru seluruh pendaki bergegas untuk turun, dalam penurunan saat itu Rudy Badil melihat Gie sudah kelelahan.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More