Laksamana Udara Soerjadi Soerjadarma, Navigator Andalan Belanda Pendiri Angkatan Udara RI
Rabu, 24 November 2021 - 12:37 WIB
Baca juga: Meriahkan Superbike Mandalika, 7 Pesawat TNI AU Siap Bermanuver di Langit Lombok
Satu tahun setelah itu, ia ditempatkan di Kesatuan Pembom, 7 e Vliegtuig Afdeling, Reserve Afdeling Bommenwerners, yang dijalani hingga bala tentara Jepang mendarat di Indonesia pada 8 Maret 1942. Saat itu, ia turut berpartisipasi dalam operasi mengebom kapal Jepang. Ia kemudian menjadi KSAP dan KSAU pertama yang ikut serta dalam operasi pengeboman sekitar 50 kapal Jepang. Dalam operasi ini, ia bergabung dalam pesawat ketiga yang bernomor registrasi M-588.
Dalam keadaan genting, Soerjadarma dan tim tetap fokus dalam menyasar kapal-kapal Jepang. Aksinya itu menghasilkan dua kapal Jepang tenggelam. M-588 juga merupakan pesawat yang masih terbang hingga saat terakhir dengan kerusakan hanya di bagian mesin sebelah kiri dan kebocoran bahan bakar. Keberhasilan operasi ini membuat pihak Belanda bangga dan menganugerahi awaknya Het Bronzen Kruis, tanda jasa khusus militer untuk keberanian masing-masing awak pesawat. Namun, Soerjadarma baru menerima medali ini pada 1968, setelah dirinya pensiun.
Pada masa penjajahan Jepang, karena latar belakang militernya, Soerjadarma sempat ditugaskan menjadi polisi untuk Jepang. Ia menjabat sebagai Kepala Administrasi Kantor Polisi Pusat di Bandung. Namun, pada hari dibacakannya Proklamasi, 17 Agustus 1945, Soerjadarma memilih bergabung dengan para pejuang bangsa demi mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Selanjutnya, Soerjadarma diserahi tugas untuk membentuk kekuatan udara Indonesia, sehingga terbentuklah Tentara Keamanan Rakyat Bagian Penerbangan pada 1945. Dalam perkembangannya, bagian ini mengalami perubahan nama menjadi Tentara Republik Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan Angkatan Udara Republik Indonesia. Waktu dan perhatian Soerjadarma dicurahkannya demi kemajuan AURI selama 17 tahun kepemimpinannya. Pada 1962, Presiden Soekarno mencopot Soerjadarma dari posisi KSAU.
Sumber: tni-au.mil.id
Satu tahun setelah itu, ia ditempatkan di Kesatuan Pembom, 7 e Vliegtuig Afdeling, Reserve Afdeling Bommenwerners, yang dijalani hingga bala tentara Jepang mendarat di Indonesia pada 8 Maret 1942. Saat itu, ia turut berpartisipasi dalam operasi mengebom kapal Jepang. Ia kemudian menjadi KSAP dan KSAU pertama yang ikut serta dalam operasi pengeboman sekitar 50 kapal Jepang. Dalam operasi ini, ia bergabung dalam pesawat ketiga yang bernomor registrasi M-588.
Dalam keadaan genting, Soerjadarma dan tim tetap fokus dalam menyasar kapal-kapal Jepang. Aksinya itu menghasilkan dua kapal Jepang tenggelam. M-588 juga merupakan pesawat yang masih terbang hingga saat terakhir dengan kerusakan hanya di bagian mesin sebelah kiri dan kebocoran bahan bakar. Keberhasilan operasi ini membuat pihak Belanda bangga dan menganugerahi awaknya Het Bronzen Kruis, tanda jasa khusus militer untuk keberanian masing-masing awak pesawat. Namun, Soerjadarma baru menerima medali ini pada 1968, setelah dirinya pensiun.
Pada masa penjajahan Jepang, karena latar belakang militernya, Soerjadarma sempat ditugaskan menjadi polisi untuk Jepang. Ia menjabat sebagai Kepala Administrasi Kantor Polisi Pusat di Bandung. Namun, pada hari dibacakannya Proklamasi, 17 Agustus 1945, Soerjadarma memilih bergabung dengan para pejuang bangsa demi mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Selanjutnya, Soerjadarma diserahi tugas untuk membentuk kekuatan udara Indonesia, sehingga terbentuklah Tentara Keamanan Rakyat Bagian Penerbangan pada 1945. Dalam perkembangannya, bagian ini mengalami perubahan nama menjadi Tentara Republik Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan Angkatan Udara Republik Indonesia. Waktu dan perhatian Soerjadarma dicurahkannya demi kemajuan AURI selama 17 tahun kepemimpinannya. Pada 1962, Presiden Soekarno mencopot Soerjadarma dari posisi KSAU.
Sumber: tni-au.mil.id
(abd)
tulis komentar anda