Empat Negara Eropa Alami Lonjakan Kasus Covid-19, Satgas Ungkap Penyebabnya
Selasa, 23 November 2021 - 19:57 WIB
JAKARTA - Satgas Covid-19 menyampaikan pembelajaran pada empat negara di Eropa yang sedang mengalami kenaikan kasus cukup signifikan. Empat negara tersebut adalah Austria, Belanda, Belgia, dan Jerman.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito menuturkan pada awal 2020 keempat negara tersebut mengimplementasikan wajib lockdown dan wajib masker. Namun begitu kasus menurun di Mei 2020, keempat negara itu melonggarkan pembatasan sehingga aktivitas sosial-ekonomi kembali normal dan masker tak jadi kewajiban.
"Imbas dari kebijakan itu terjadi kenaikan kasus Covid-19 hingga mencapai puncaknya pada akhir 2020. Dari keempat negara itu, Belgia menjadi yang paling signifikan dalam kenaikan kasus lantaran tidak menerapkan pembatasan aktivitas dan wajib masker saat awal terjadi lonjakan," ujar Wiku, Selasa (23/11/2021).
Seiring berjalannya waktu, keempat negara tersebut kembali memberlakukan lockdown dan wajib masker untk menahan laju penularan virus Corona. "Setelah kasus menurun di 2021, empat negara ini melonggarkan pembatasan aktivitas dan kewajiban masker tak lagi seketat awal. Kebijakan ini bertahan selama delapan bulan dan menyebabkan lonjakan kasus tajam hingga lebih dari 180 kali lipat," jelas Wiku.
Saat ini, kata Wiku, Austria, Belanda, dan Jerman kembali memberlakukan lockdown dan wajib masker kembali. Sementara Belgia tidak melakukan lockdown tapi menerapkan penggunaan masker yang ketat. Keputusan kebijakan ini tidak mudah karena masyarakat menentang lockdown dengan menggelar aksi massa.
"Karena setahun ini terbiasa aktivitas normal dengan masker tak ketat. Namun karena cakupan vaksinasi dosis lengkap di empat negara ini cukup tinggi maka lonjakan kasus tajam saat ini tidak sebabkan pasien ICU dan lonjakan kematian. Berbeda dengan lonjakan pertama pada tahun lalu di mana belum ada vaksin. Lonjakan terjadi di pasien ICU dan kematian juga," paparnya.
Kendati demikian, Wiku memaparkan bahwa vaksin tetap tidak bisa mencegah lonjakan kasus jika tak dibarengi dengan penerapan disiplin protokol kesehatan. Menurutnya, dari kenaikan di empat negara itu dapat mengambil pelajaran bahwa pembukaan aktivitas masyarakat yang terlalu tergesa-gesa dan tak hati-hati dapat akibatkan lonjakan kasus tajam.
"Penerapan kebijakan yang kurang tepat dapat memicu resistensi masyarakat terhadap perubahan kebijakan yang tiba-tiba, dan potensi menimbulkan ketidaknyamanan. Kepatuhan prokes terutama memakai masker sangat menekan laju penularan. Kebijakan bebas masker meski sudah vaksin tetap tak bijak untuk diterapkan karena masker tameng utama dalam pandemi covid," tutup Wiku.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito menuturkan pada awal 2020 keempat negara tersebut mengimplementasikan wajib lockdown dan wajib masker. Namun begitu kasus menurun di Mei 2020, keempat negara itu melonggarkan pembatasan sehingga aktivitas sosial-ekonomi kembali normal dan masker tak jadi kewajiban.
"Imbas dari kebijakan itu terjadi kenaikan kasus Covid-19 hingga mencapai puncaknya pada akhir 2020. Dari keempat negara itu, Belgia menjadi yang paling signifikan dalam kenaikan kasus lantaran tidak menerapkan pembatasan aktivitas dan wajib masker saat awal terjadi lonjakan," ujar Wiku, Selasa (23/11/2021).
Seiring berjalannya waktu, keempat negara tersebut kembali memberlakukan lockdown dan wajib masker untk menahan laju penularan virus Corona. "Setelah kasus menurun di 2021, empat negara ini melonggarkan pembatasan aktivitas dan kewajiban masker tak lagi seketat awal. Kebijakan ini bertahan selama delapan bulan dan menyebabkan lonjakan kasus tajam hingga lebih dari 180 kali lipat," jelas Wiku.
Saat ini, kata Wiku, Austria, Belanda, dan Jerman kembali memberlakukan lockdown dan wajib masker kembali. Sementara Belgia tidak melakukan lockdown tapi menerapkan penggunaan masker yang ketat. Keputusan kebijakan ini tidak mudah karena masyarakat menentang lockdown dengan menggelar aksi massa.
"Karena setahun ini terbiasa aktivitas normal dengan masker tak ketat. Namun karena cakupan vaksinasi dosis lengkap di empat negara ini cukup tinggi maka lonjakan kasus tajam saat ini tidak sebabkan pasien ICU dan lonjakan kematian. Berbeda dengan lonjakan pertama pada tahun lalu di mana belum ada vaksin. Lonjakan terjadi di pasien ICU dan kematian juga," paparnya.
Kendati demikian, Wiku memaparkan bahwa vaksin tetap tidak bisa mencegah lonjakan kasus jika tak dibarengi dengan penerapan disiplin protokol kesehatan. Menurutnya, dari kenaikan di empat negara itu dapat mengambil pelajaran bahwa pembukaan aktivitas masyarakat yang terlalu tergesa-gesa dan tak hati-hati dapat akibatkan lonjakan kasus tajam.
"Penerapan kebijakan yang kurang tepat dapat memicu resistensi masyarakat terhadap perubahan kebijakan yang tiba-tiba, dan potensi menimbulkan ketidaknyamanan. Kepatuhan prokes terutama memakai masker sangat menekan laju penularan. Kebijakan bebas masker meski sudah vaksin tetap tak bijak untuk diterapkan karena masker tameng utama dalam pandemi covid," tutup Wiku.
(kri)
tulis komentar anda