KLHK: KTT Perubahan Iklim Hasilkan The Glasgow Climate Pact
Minggu, 14 November 2021 - 17:49 WIB
Namun yang penting adalah semua negara pihak mempunyai kita kewajiban untuk mewujudkannya menjadi implementasi dan tindakan nyata dari Persetujuan Paris. Jika tidak, maka komitmen yang dibuat di Paris tidak akan tercapai.
"Indonesia mengajak semua pihak berjanji untuk bersama-sama melakukan tindakan berdasarkan prinsip-prinsip Konvensi serta Perjanjian Paris. Indonesia siap untuk melangkah maju melalui proses selanjutnya di bawah UNFCCC," ujarnya.
"Seperti yang dinyatakan Presiden Republik Indonesia, Perubahan iklim merupakan ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global…Solidaritas, kemitraan, kerja sama, kolaborasi global adalah kuncinya. Bersama-sama, kita bisa mewujudkannya," tambahnya.
Setelah melalui negosiasi yang intens hingga menjelang akhir COP26, Laksmi mengungkapkan, akhirnya menghasilkan The Glasgow Pact. Disebut sebagai kesepakatan iklim pertama yang secara eksplisit berencana untuk mengurangi batu bara, bahan bakar fosil terburuk untuk gas rumah kaca.
"Kesepakatan itu juga mendesak pengurangan emisi yang lebih mendesak dan menjanjikan lebih banyak uang untuk negara-negara berkembang, untuk membantu mereka beradaptasi dengan dampak iklim," ujarnya.
DIkatakan Laksmi, tapi banyak negara yang menggarisbawahi bahwa janji itu tidak cukup jauh untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius. Pada akhirnya negara-negara pihak sepakat untuk "menghentikan secara bertahap" daripada "menghapus" batubara.
"Meskipun beberapa pihak mengekspresikan kekecewaannya, namun kesepakatan tersebut setidaknya merefleksikan adanya kondisi nasional yang berbeda-beda," tutupnya.
"Indonesia mengajak semua pihak berjanji untuk bersama-sama melakukan tindakan berdasarkan prinsip-prinsip Konvensi serta Perjanjian Paris. Indonesia siap untuk melangkah maju melalui proses selanjutnya di bawah UNFCCC," ujarnya.
"Seperti yang dinyatakan Presiden Republik Indonesia, Perubahan iklim merupakan ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global…Solidaritas, kemitraan, kerja sama, kolaborasi global adalah kuncinya. Bersama-sama, kita bisa mewujudkannya," tambahnya.
Setelah melalui negosiasi yang intens hingga menjelang akhir COP26, Laksmi mengungkapkan, akhirnya menghasilkan The Glasgow Pact. Disebut sebagai kesepakatan iklim pertama yang secara eksplisit berencana untuk mengurangi batu bara, bahan bakar fosil terburuk untuk gas rumah kaca.
"Kesepakatan itu juga mendesak pengurangan emisi yang lebih mendesak dan menjanjikan lebih banyak uang untuk negara-negara berkembang, untuk membantu mereka beradaptasi dengan dampak iklim," ujarnya.
DIkatakan Laksmi, tapi banyak negara yang menggarisbawahi bahwa janji itu tidak cukup jauh untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius. Pada akhirnya negara-negara pihak sepakat untuk "menghentikan secara bertahap" daripada "menghapus" batubara.
"Meskipun beberapa pihak mengekspresikan kekecewaannya, namun kesepakatan tersebut setidaknya merefleksikan adanya kondisi nasional yang berbeda-beda," tutupnya.
(maf)
tulis komentar anda