Kala Mural Bicara Ekspresi yang Privat pun yang Komunal, Rizal Ramli: Kok Kejahatan????
Sabtu, 13 November 2021 - 05:49 WIB
Seniman Armand Jamparing. foto/hendri irawan-koran sindo
“Tajuk kuratorial ON/OFF PRESSURE secara personal adalah undangan kemajemukan bagi seniman yang bisa ditafsirkan tentang pergumulan atas “tekanan” tatkala aksi-aksi di jalanan dihadapi dalam sejarah personal atau kelompok-kelompok/kolektif seni mereka. Tekanan-tekanan itu dalam artian positif pun negatif, sejatinya adalah akumulasi energi untuk selalu menyala dalam diri seniman jalanan. Sementara, ruang publik adalah hadirnya keniscayaan berbagai “tekanan” yang bisa jadi sangat personal dialami dalam kerja-kerja seni mereka. ON/OFF Pressure selalu dan akan tetap ada sepanjang hayat menyelimuti aksi dan kreasi seniman jalanan tersebut,” ulas Bambang.
baca juga: Lomba Seni Mural, Kapolri Persilakan Peserta Kreasikan Kritikan
Sementara itu, penyelenggara acara, L PROJECT, dalam isu ini ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pihaknya menentang aksi vandalisme. Penyelenggara ingin memisahkan antara ruang atau kegiatan vandalisme dengan kegiatan seni dalam hal ini mural. “Kami juga ingin meningkatkan produktivitas para rekan-rekan seniman mural untuk kembali produktif di masa pandemi ini. Lalu yang paling utama, dalam kegiatan ini baik seniman yang senior dan junior disatukan dalam satu acara, ini bisa menjadi ajang reuni dan bertukar pandangan serta ilmu bagi mereka,” kata CEO L Project Ali Kusno Fusin.
L PROJECT berharap, acara ini dapat menghasilkan karya-karya yang menginspirasi seniman-seniman mural lainnya terutama di daerah Tangerang. Dan itu terbukti. Sejumlah seniman muda dari berbagai wilayah di Tangerang ikut berekspresi menggoreskan karyanya di tembok-tembok Alam Raya yang terbentang kokoh.
“Tajuk kuratorial ON/OFF PRESSURE secara personal adalah undangan kemajemukan bagi seniman yang bisa ditafsirkan tentang pergumulan atas “tekanan” tatkala aksi-aksi di jalanan dihadapi dalam sejarah personal atau kelompok-kelompok/kolektif seni mereka. Tekanan-tekanan itu dalam artian positif pun negatif, sejatinya adalah akumulasi energi untuk selalu menyala dalam diri seniman jalanan. Sementara, ruang publik adalah hadirnya keniscayaan berbagai “tekanan” yang bisa jadi sangat personal dialami dalam kerja-kerja seni mereka. ON/OFF Pressure selalu dan akan tetap ada sepanjang hayat menyelimuti aksi dan kreasi seniman jalanan tersebut,” ulas Bambang.
baca juga: Lomba Seni Mural, Kapolri Persilakan Peserta Kreasikan Kritikan
Sementara itu, penyelenggara acara, L PROJECT, dalam isu ini ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pihaknya menentang aksi vandalisme. Penyelenggara ingin memisahkan antara ruang atau kegiatan vandalisme dengan kegiatan seni dalam hal ini mural. “Kami juga ingin meningkatkan produktivitas para rekan-rekan seniman mural untuk kembali produktif di masa pandemi ini. Lalu yang paling utama, dalam kegiatan ini baik seniman yang senior dan junior disatukan dalam satu acara, ini bisa menjadi ajang reuni dan bertukar pandangan serta ilmu bagi mereka,” kata CEO L Project Ali Kusno Fusin.
L PROJECT berharap, acara ini dapat menghasilkan karya-karya yang menginspirasi seniman-seniman mural lainnya terutama di daerah Tangerang. Dan itu terbukti. Sejumlah seniman muda dari berbagai wilayah di Tangerang ikut berekspresi menggoreskan karyanya di tembok-tembok Alam Raya yang terbentang kokoh.
(hdr)
tulis komentar anda