Jenderal Andika Perkasa Calon Panglima TNI, Pengamat: Perwira Cerdas dan Berwibawa
Rabu, 03 November 2021 - 15:19 WIB
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai calon Panglima TNI menggantikan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati menilai, Jenderal TNI Andika Perkasa sangat cocok menjabat sebagai Panglima TNI. Menurut dia, Andika merupakan perwira yang cerdas dan memiliki wibawa di mata internasional serta memahami TNI bukan hanya matranya.
”Beliau juga atensi kepada kasus-kasus sosial yang humanis seperti uji keperawanan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad), nasib para purnawirawan dan juga memiliki kemampuan intelijen yang paripurna,” ujarnya, Rabu (3/11/2021).
Mantan anggota Komisi I DPR RI ini mengakui, proses pergantian Panglima TNI sejak periode Reformasi selalu menjadi topik yang menarik perhatian banyak kalangan. Banyak pakar dan akademisi memberikan pandangan terkait perspektif dan ketentuan yang berlaku selama ini. Menurut Nuning, panggilan akrab Susaningtyas Kertopati, suksesi di tubuh TNI selalu menjadi diskursus yang hangat mengingat TNI sebagai salah satu komponen penting negara banyak berperan penting dalam dinamika Bangsa Indonesia.
Berdasarkan Pasal 13 ayat 4 UU TNI Nomor 34 Tahun 2004, sambung Nuning, memang mengamanatkan jabatan Panglima TNI dapat dijabat oleh Perwira Tinggi (Pati) aktif yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan. Artinya, KSAD, KSAL dan KSAU memiliki peluang yang sama untuk menjabat Panglima TNI. ”Meski harus bergantian namun pada kenyataannya presiden yang menentukan siapa yang akan menjabat. Hak prerogatif presiden tersebut memang tidak dapat diintervensi oleh siapapun,” ucapnya.
Nuning menyebut, ada 2 hal penting yang harus menjadi pertimbangan dalam memilih Panglima TNI. Pertama, pertimbangan kebutuhan organisasi TNI dalam kurun waktu ke depan sebagai bagian modernisasi Alutsista sehingga dibutuhkan kemampuan manajemen tempur dan diplomasi militer yang andal.
Kedua, pertimbangan perkembangan lingkungan strategis pada tataran global dan regional. ”Dibutuhkan sosok Panglima TNI yang memiliki dampak penangkalan bagi petinggi militer internasional. Penting sekali jika Panglima TNI disegani dunia internasional,” ucapnya.
Apalagi, saat ini dunia tengah menghadapi wabah Covid-19 yang merupakan ancaman nirmiliter. Menurut Nuning, ancaman nirmiliter berbeda dengan ancaman militer dan ancaman nonmiliter. Ketiganya, kini dikenal sebagai ancaman hybrida dan telah merubah perspektif ancaman di masa mendatang.
”Senjata biologi dan pertahanan negara antisenjata biologi merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai TNI. Pada masa depan ancaman Nubika (Nuklir, Biologi, Kimia) harus masuk dalam kewaspadaan kita. Para Prajurit TNI kini dituntut memiliki kemampuan tempur konvensional dan kemampuan tempur kontemporer,” katanya.
Nuning menambahkan, tuntutan kemampuan di masa depan tersebut harus menjadi agenda pimpinan TNI yang baru. Latar belakang penugasan operasional juga harus dilengkapi dengan pengalaman pendidikan. ”Sebenarnya Panglima TNI sangat bagus bila memiliki tingkat intelektual yang tinggi, dijabat oleh Pati yang memiliki kriteria sebagai Scholar Warrior,” tandasnya.
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati menilai, Jenderal TNI Andika Perkasa sangat cocok menjabat sebagai Panglima TNI. Menurut dia, Andika merupakan perwira yang cerdas dan memiliki wibawa di mata internasional serta memahami TNI bukan hanya matranya.
”Beliau juga atensi kepada kasus-kasus sosial yang humanis seperti uji keperawanan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad), nasib para purnawirawan dan juga memiliki kemampuan intelijen yang paripurna,” ujarnya, Rabu (3/11/2021).
Baca Juga
Mantan anggota Komisi I DPR RI ini mengakui, proses pergantian Panglima TNI sejak periode Reformasi selalu menjadi topik yang menarik perhatian banyak kalangan. Banyak pakar dan akademisi memberikan pandangan terkait perspektif dan ketentuan yang berlaku selama ini. Menurut Nuning, panggilan akrab Susaningtyas Kertopati, suksesi di tubuh TNI selalu menjadi diskursus yang hangat mengingat TNI sebagai salah satu komponen penting negara banyak berperan penting dalam dinamika Bangsa Indonesia.
Berdasarkan Pasal 13 ayat 4 UU TNI Nomor 34 Tahun 2004, sambung Nuning, memang mengamanatkan jabatan Panglima TNI dapat dijabat oleh Perwira Tinggi (Pati) aktif yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan. Artinya, KSAD, KSAL dan KSAU memiliki peluang yang sama untuk menjabat Panglima TNI. ”Meski harus bergantian namun pada kenyataannya presiden yang menentukan siapa yang akan menjabat. Hak prerogatif presiden tersebut memang tidak dapat diintervensi oleh siapapun,” ucapnya.
Nuning menyebut, ada 2 hal penting yang harus menjadi pertimbangan dalam memilih Panglima TNI. Pertama, pertimbangan kebutuhan organisasi TNI dalam kurun waktu ke depan sebagai bagian modernisasi Alutsista sehingga dibutuhkan kemampuan manajemen tempur dan diplomasi militer yang andal.
Kedua, pertimbangan perkembangan lingkungan strategis pada tataran global dan regional. ”Dibutuhkan sosok Panglima TNI yang memiliki dampak penangkalan bagi petinggi militer internasional. Penting sekali jika Panglima TNI disegani dunia internasional,” ucapnya.
Apalagi, saat ini dunia tengah menghadapi wabah Covid-19 yang merupakan ancaman nirmiliter. Menurut Nuning, ancaman nirmiliter berbeda dengan ancaman militer dan ancaman nonmiliter. Ketiganya, kini dikenal sebagai ancaman hybrida dan telah merubah perspektif ancaman di masa mendatang.
”Senjata biologi dan pertahanan negara antisenjata biologi merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai TNI. Pada masa depan ancaman Nubika (Nuklir, Biologi, Kimia) harus masuk dalam kewaspadaan kita. Para Prajurit TNI kini dituntut memiliki kemampuan tempur konvensional dan kemampuan tempur kontemporer,” katanya.
Nuning menambahkan, tuntutan kemampuan di masa depan tersebut harus menjadi agenda pimpinan TNI yang baru. Latar belakang penugasan operasional juga harus dilengkapi dengan pengalaman pendidikan. ”Sebenarnya Panglima TNI sangat bagus bila memiliki tingkat intelektual yang tinggi, dijabat oleh Pati yang memiliki kriteria sebagai Scholar Warrior,” tandasnya.
(cip)
tulis komentar anda