Kisah Hidup Jenderal Sudirman: Dari Guru hingga Menjadi Panglima Besar pada Usia 29 Tahun
Jum'at, 08 Oktober 2021 - 05:40 WIB
Meskipun memiliki bakat menjadi tenaga pendidik, Sudirman tidak memiliki ijazah sebagai guru karena hanya lulus sekolah menengah pertama, MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Wiworotomo. Untuk mengatasi kekurangannya di jenjang pendidikan ini, Sudirman memilih belajar dari guru-gurunya di MULO Wiworotomo.
Setelah itu, Sudirman terpaksa melepaskan pekerjaannya sebagai kepala sekolah karena situasi yang tidak memungkinkan yakni adanya serangan Jepang. Ia beralih menjadi ketua sector LBD (Lucht Besherming Dienst) atau Dinas Perlindungan Bahaya Udara yang dibentuk oleh Belanda.
Saat pendudukan Jepang, Sudirman menjadi anggota Syu Sangikai (dewan perwakilan), anggota Jawa Hokokai Karesidenan Banyumas, serta mengikuti pelatihan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor pada tahun 1944. Setelahnya, Sudirman dinobatkan menjadi daidancho (komandan batalion) Daidan III di Kroya, Banyumas.
Setelah Indonesia merdeka, Kolonel Sudirman menjabat sebagai komandan di Divisi V TKR Purwokerto di usia 29 tahun. Dia berperan dalam mengatur strategi melawan Sekutu di Ambarawa.
Pada 18 Desember 1945, Sudirman dilantik menjadi Panglima Besar TKR oleh Presiden Soekarno. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II, Sudirman yang saat itu dalam keadaan sakit ikut bergerilya melawan Belanda.
Sudirman wafat di Magelang pada pukul 18.30 malam pada tanggal 29 Januari 1950. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.
Pada tanggal 10 Desember 1964, Sudirman ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Sudirman dipromosikan menjadi Jenderal Besar pada tahun 1997.
*dilansir dari berbagai sumber
Baca Juga
Setelah itu, Sudirman terpaksa melepaskan pekerjaannya sebagai kepala sekolah karena situasi yang tidak memungkinkan yakni adanya serangan Jepang. Ia beralih menjadi ketua sector LBD (Lucht Besherming Dienst) atau Dinas Perlindungan Bahaya Udara yang dibentuk oleh Belanda.
Saat pendudukan Jepang, Sudirman menjadi anggota Syu Sangikai (dewan perwakilan), anggota Jawa Hokokai Karesidenan Banyumas, serta mengikuti pelatihan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor pada tahun 1944. Setelahnya, Sudirman dinobatkan menjadi daidancho (komandan batalion) Daidan III di Kroya, Banyumas.
Setelah Indonesia merdeka, Kolonel Sudirman menjabat sebagai komandan di Divisi V TKR Purwokerto di usia 29 tahun. Dia berperan dalam mengatur strategi melawan Sekutu di Ambarawa.
Pada 18 Desember 1945, Sudirman dilantik menjadi Panglima Besar TKR oleh Presiden Soekarno. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II, Sudirman yang saat itu dalam keadaan sakit ikut bergerilya melawan Belanda.
Sudirman wafat di Magelang pada pukul 18.30 malam pada tanggal 29 Januari 1950. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.
Pada tanggal 10 Desember 1964, Sudirman ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Sudirman dipromosikan menjadi Jenderal Besar pada tahun 1997.
*dilansir dari berbagai sumber
(zik)
Lihat Juga :
tulis komentar anda