Sisi Lain Kisruh Demokrat AHY Vs Moeldoko: Perang Politik Para Lulusan Adhi Makayasa
Rabu, 06 Oktober 2021 - 12:33 WIB
"Jadi meski kami ada kesamaan pandangan menyikapi AD/ART 2020 dengan Bang Yusril, apa yang dilakukannya di MA adalah persoalan tersendiri. Lalu kenapa pihak AHY menganggap judicial review ke MA itu menjadi penyebab keterbelahan kubu Pak Moeldoko?," ujar Huda dalam keterangannya, Selasa (5/10/2021).
Awal Sengkarut
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) sesaat setelah mengetahui kursi kepemimpinannya akan 'digoyang' Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Surat itu dikirim AHY ke Presiden Jokowi pada Senin, 1 Februari 2021.
Kedua kubu sempat saling balas pernyataan. Pada akhirnya, badai di Partai Demokrat mencuat tatkala sejumlah mantan kader, kader aktif, dan simpatisan partai berlogo bintang segitiga itu menggelar KLB di Deli Serdang, Jumat (5/3/2021). Mereka merupakan orang-orang yang berseberangan dengan Partai Demokrat pimpinan AHY.
Puncaknya, KLB menetapkan KSP Moeldoko sebagai ketua umum dan Marzuki Alie sebagai sekretaris jenderal. Moeldoko menerima amanah tersebut.
Diawali lewat telepon, sore hari dia terbang ke arena KLB dan resmi menyatakan kesediaannya memimpin. Malam itu pula Moeldoko menerima jaket biru partai dan mengobarkan semangat ke seluruh kader.
"Pemimpin itu yang menguatkan bawahannya, bukan justru melemahkan. Saya mengajak seluruh kader Partai Demokrat dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, untuk sama-sama berjuang menggapai kembali kejayaan Demokrat. Tidak ada yang tertinggal. Kita semua bersatu padu. Ini adalah rumah besar kita bersama," kata Moeldoko, menggelegar.
Pergelaran KLB itu pun membuat Demokrat AHY habis-habisan mengadang. Tak kurang mantan ketua umum yang kini Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY ikut turun gunung.
Pada Jumat malam itu pula melalui video yang diunggah di YouTube, SBY berkomentar pedas atas KLB. Terang-terangan Presiden ke-6 RI itu menuding manuver Moeldoko dkk sebagai tindakan tak bermoral.
Awal Sengkarut
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) sesaat setelah mengetahui kursi kepemimpinannya akan 'digoyang' Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Surat itu dikirim AHY ke Presiden Jokowi pada Senin, 1 Februari 2021.
Kedua kubu sempat saling balas pernyataan. Pada akhirnya, badai di Partai Demokrat mencuat tatkala sejumlah mantan kader, kader aktif, dan simpatisan partai berlogo bintang segitiga itu menggelar KLB di Deli Serdang, Jumat (5/3/2021). Mereka merupakan orang-orang yang berseberangan dengan Partai Demokrat pimpinan AHY.
Puncaknya, KLB menetapkan KSP Moeldoko sebagai ketua umum dan Marzuki Alie sebagai sekretaris jenderal. Moeldoko menerima amanah tersebut.
Diawali lewat telepon, sore hari dia terbang ke arena KLB dan resmi menyatakan kesediaannya memimpin. Malam itu pula Moeldoko menerima jaket biru partai dan mengobarkan semangat ke seluruh kader.
"Pemimpin itu yang menguatkan bawahannya, bukan justru melemahkan. Saya mengajak seluruh kader Partai Demokrat dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, untuk sama-sama berjuang menggapai kembali kejayaan Demokrat. Tidak ada yang tertinggal. Kita semua bersatu padu. Ini adalah rumah besar kita bersama," kata Moeldoko, menggelegar.
Pergelaran KLB itu pun membuat Demokrat AHY habis-habisan mengadang. Tak kurang mantan ketua umum yang kini Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY ikut turun gunung.
Pada Jumat malam itu pula melalui video yang diunggah di YouTube, SBY berkomentar pedas atas KLB. Terang-terangan Presiden ke-6 RI itu menuding manuver Moeldoko dkk sebagai tindakan tak bermoral.
Lihat Juga :
tulis komentar anda