Pengamat Minta Politisi Senior Belajar dari Mundurnya Belva Devara
Selasa, 21 April 2020 - 21:44 WIB
JAKARTA - Keputusan Adamas Belva Syah Devara mundur dari Staf Khusus (Stafsus) Presiden Joko Widodo menuai apresiasi dari berbagai pihak. Langkah CEO Ruangguru itu dinilai memberikan tradisi politik dan contoh akhlak yang baik. (Baca juga: Belva Devara Mundur dari Jabatan Stafsus Presiden)
Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago mengapresiasi sikap Belva Devara. Menurut dia, langkah pemuda kelahiran Jakarta, 30 Mei 1990 tersebut menjadi spectrum dan energi baru dalam politik Indonesia. “Mundurnya Stafsus Presiden Belva harus kita apresiasi, ini sangat baik bagi fatsun dan tradisi politik Indonesia, ini menjadi spektrum baru dan energi baru, bagaimana anak muda memberikan contoh akhlak yang baik, mundur demi kebaikan yang lebih baik lagi, merasa malu,” kata Pangi dihubungi SINDOnews, Selasa (21/4/2020).
Pangi menilai, apa yang dilakukan Belva memberikan contoh yang baik dan memiliki budaya malu. Hal itu sangat berbeda dibandingkan sikap politisi atau pejabat yang lebih senior.
Menurutnya, tradisi budaya untuk mundur dari jabatan politik saat ini sudah mengalami krisis. Meski sudah bersalah dan tidak mampu, tetapi mereka tak punya rasa malu dan jutru memilih bertahan. “Masih tetap mempertahankan benang basah. Beda dengan politisi tua kita. Maaf, enggak punya akhlak, sudah gagal dan sudah enggak bisa berbuat apa apa, tetap enggak mau mundur dan enggak punya urat saraf malu,” celetuk dia.
Dia pun menantang para politisi senior untuk belajar dan merenung dari sikap yang dilakukan Belva. “Kalau sudah dianggap tidak mampu, menjadi beban dan seterusnya, mundur secara terhormat. Kita angkat topi sama Belva memberikan narasi dan tradisi baru yang mestinya pejabat atau politisi tua kita siuman, sadar diri, ngaca,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago mengapresiasi sikap Belva Devara. Menurut dia, langkah pemuda kelahiran Jakarta, 30 Mei 1990 tersebut menjadi spectrum dan energi baru dalam politik Indonesia. “Mundurnya Stafsus Presiden Belva harus kita apresiasi, ini sangat baik bagi fatsun dan tradisi politik Indonesia, ini menjadi spektrum baru dan energi baru, bagaimana anak muda memberikan contoh akhlak yang baik, mundur demi kebaikan yang lebih baik lagi, merasa malu,” kata Pangi dihubungi SINDOnews, Selasa (21/4/2020).
Pangi menilai, apa yang dilakukan Belva memberikan contoh yang baik dan memiliki budaya malu. Hal itu sangat berbeda dibandingkan sikap politisi atau pejabat yang lebih senior.
Menurutnya, tradisi budaya untuk mundur dari jabatan politik saat ini sudah mengalami krisis. Meski sudah bersalah dan tidak mampu, tetapi mereka tak punya rasa malu dan jutru memilih bertahan. “Masih tetap mempertahankan benang basah. Beda dengan politisi tua kita. Maaf, enggak punya akhlak, sudah gagal dan sudah enggak bisa berbuat apa apa, tetap enggak mau mundur dan enggak punya urat saraf malu,” celetuk dia.
Dia pun menantang para politisi senior untuk belajar dan merenung dari sikap yang dilakukan Belva. “Kalau sudah dianggap tidak mampu, menjadi beban dan seterusnya, mundur secara terhormat. Kita angkat topi sama Belva memberikan narasi dan tradisi baru yang mestinya pejabat atau politisi tua kita siuman, sadar diri, ngaca,” ujarnya.
(cip)
tulis komentar anda