Anis Matta: Indonesia Harus Siap Hadapi Krisis Global Berkepanjangan
Minggu, 31 Mei 2020 - 21:50 WIB
JAKARTA - Tanda-tanda kasus Covid-19 atau virus Corona akan mereda belum terlihat hingga saat ini, begitu juga dampaknya. Korea Selatan yang baru saja mengakhiri lockdown terpaksa harus menutup kembali 200 sekolah, lantaran munculnya kasus baru setelah kebijakan hidup new normal dibuka.
(Baca juga: Soal New Normal, Pemerintah Diminta Belajar dari Korea Selatan)
Amerika Serikat (AS) juga mengalami hal serupa. Jumlah korban meninggal telah tembus di atas angka 100 ribu orang dengan tingkat kasus covid mencapai 30% dari total kasus dunia di negeri Paman Sam itu.
(Baca juga: Naik Lagi, 508 WNI di Luar Negeri Sembuh dari Covid-19)
Indonesia sendiri belum ada tanda-tanda penurunan grafik, bahkan mencapai puncak pun tidak. Sementara kebijakan new normal sudah akan mulai diberlakukan dengan harapan bisa hidup berdampingan dengan corona.
Di sisi lain, dampak ekonomi dan sosial semakin nampak di depan mata. Rentetan krisis sosial sudah mulai muncul, sebagai contoh adanya buntut kematian pria kulit hitam George Floyd yang memicu kerusuhan meluas hampir ke seluruh Amerika Serikat (AS) dua hari lalu.
Adanya sentimen anti China membuncah di benua hitam, Afrika. Salah satunya terjadi di Zambia, tiga bos perusahaan tekstil China tewas dibunuh akhir pekan lalu. Situasi ini dikhawatirkan bakal melebar ke negara lain di dunia sebagai rentetan ikutan dari kriris ekonomi global.
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengungkapkan, ini adalah bagian siklus jatuh bangunnya suatu imperium atau negara. Dalam skala yang lebih besar, Anis yang juga sebagai Pakar Geopolitik itu menyebutnya sebagai siklus peradaban.
"Kalau anda baca sejarah jatuh bangunnya negara atau imperium itu ada polanya, punya durasi waktu atau siklus dan itu dipercaya oleh para ahli sejarah," ujar Anis Matta dalam acara Zoominari bertajuk Musim Perubahan dalam Alquran, yang diikuti hampir 500 orang, Minggu (31/5/2020).
(Baca juga: Soal New Normal, Pemerintah Diminta Belajar dari Korea Selatan)
Amerika Serikat (AS) juga mengalami hal serupa. Jumlah korban meninggal telah tembus di atas angka 100 ribu orang dengan tingkat kasus covid mencapai 30% dari total kasus dunia di negeri Paman Sam itu.
(Baca juga: Naik Lagi, 508 WNI di Luar Negeri Sembuh dari Covid-19)
Indonesia sendiri belum ada tanda-tanda penurunan grafik, bahkan mencapai puncak pun tidak. Sementara kebijakan new normal sudah akan mulai diberlakukan dengan harapan bisa hidup berdampingan dengan corona.
Di sisi lain, dampak ekonomi dan sosial semakin nampak di depan mata. Rentetan krisis sosial sudah mulai muncul, sebagai contoh adanya buntut kematian pria kulit hitam George Floyd yang memicu kerusuhan meluas hampir ke seluruh Amerika Serikat (AS) dua hari lalu.
Adanya sentimen anti China membuncah di benua hitam, Afrika. Salah satunya terjadi di Zambia, tiga bos perusahaan tekstil China tewas dibunuh akhir pekan lalu. Situasi ini dikhawatirkan bakal melebar ke negara lain di dunia sebagai rentetan ikutan dari kriris ekonomi global.
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengungkapkan, ini adalah bagian siklus jatuh bangunnya suatu imperium atau negara. Dalam skala yang lebih besar, Anis yang juga sebagai Pakar Geopolitik itu menyebutnya sebagai siklus peradaban.
"Kalau anda baca sejarah jatuh bangunnya negara atau imperium itu ada polanya, punya durasi waktu atau siklus dan itu dipercaya oleh para ahli sejarah," ujar Anis Matta dalam acara Zoominari bertajuk Musim Perubahan dalam Alquran, yang diikuti hampir 500 orang, Minggu (31/5/2020).
tulis komentar anda