Kisah Prabowo Subianto Saksikan Kematian Komandan di Pelukannya saat Operasi Seroja
Jum'at, 17 September 2021 - 06:09 WIB
Sejak awal, pria kelahiran Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini menunjukkan sifat keprajuritan yang menonjol. Saat operasi Batalyon 328 di Timor Timur pada Oktober 1988 hingga November 1989, Gebo menunjukan keberaniannya sebagai prajurit TNI. Dalam berbagai kontak tembak, Gebo selalu berada di depan.
Hingga pada suatu saat, timnya menemukan jejak musuh. Ketika jejak itu diikuti, Gebo berhasil menemukan camp yang merupakan tempat persembunyian para gerilyawan. Setelah mengamati dari jauh, Gebo memutuskan untuk menyusup dan menyerang camp tersebut dari dekat. Gebo kemudian memimpin anak buahnya merayap sejauh ratusan meter. Gebo pun akhirnya berhasil masuk ke tengah-tengah camp tempat persembunyian musuh.
”Mereka melakukan serangan mendadak dan berhasil menimbulkan korban pada musuh. Sayangnya, dalam pertempuran tersebut dia tertembak mati. ”Berkat keberaniannya, Gebo dianugerahi Bintang Sakti oleh pimpinan. Dia gugur di Timor-Timur waktu saya pimpin Batalyon. Luar biasa heroik berani merayap sampai 3-4 km masuk ke camp-nya musuh. Dia di depan memimpin enam orang. Masuk camp gerilya yang (ditempati) 20 orang. Dia menyerang, luar biasa heroik,” kata Prabowo.
Presiden Fretilin, Nicolao Lobato Tewas di Tangan Pasukan Prabowo
Sepak terjang pasukan Nanggala-28 di bawah pimpinan Kapten Prabowo Subianto dalam Operasi Seroja di Timor Timur cukup diperhitungkan. Dalam operasi militer berskala besar ini pasukan Prabowo disebut-sebut berhasil menewaskan Presiden Fretilin Nicolao Lobato.
Dirangkum dalam buku berjudul “Jenderal M Jusuf Panglima Para Prajurit” Prabowo Subianto beserta pasukannya dikerahkan setelah TNI menerjunkan pasukan gabungan Batalyon Parikesit yang terdiri atas prajurit dari kesatuan elite Kopassandha (Kopassus), Korps Marinir serta Kopasgat (Paskhas).
Pada 30 Desember 1978, Prabowo melapor kepada Mayor Yunus Yosfiah, jika anggotanya memergoki pergerakan pasukan dalam jumlah besar. Setelah dilakukan pengejaran, kontak tembak antara pasukan Prabowo dengan anak buah Nicolao Lobato tak terhindarkan. Sejumlah pengawal Nicolao Lobato tewas. Bersama anggotanya yang tersisa Nicolao Lobato berusaha melarikan diri, namun upaya tersebut gagal setelah pasukannya dicegat oleh Batalyon 744 Somodok keesokan harinya.
"Pelarian Nicolao Lobato berakhir setelah ditembak oleh Jacobus Maradebo, prajurit TNI asal Timor Timur," tulis Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnarki dalam bukunya "Timor-Timur The Untold Story"
Hingga pada suatu saat, timnya menemukan jejak musuh. Ketika jejak itu diikuti, Gebo berhasil menemukan camp yang merupakan tempat persembunyian para gerilyawan. Setelah mengamati dari jauh, Gebo memutuskan untuk menyusup dan menyerang camp tersebut dari dekat. Gebo kemudian memimpin anak buahnya merayap sejauh ratusan meter. Gebo pun akhirnya berhasil masuk ke tengah-tengah camp tempat persembunyian musuh.
”Mereka melakukan serangan mendadak dan berhasil menimbulkan korban pada musuh. Sayangnya, dalam pertempuran tersebut dia tertembak mati. ”Berkat keberaniannya, Gebo dianugerahi Bintang Sakti oleh pimpinan. Dia gugur di Timor-Timur waktu saya pimpin Batalyon. Luar biasa heroik berani merayap sampai 3-4 km masuk ke camp-nya musuh. Dia di depan memimpin enam orang. Masuk camp gerilya yang (ditempati) 20 orang. Dia menyerang, luar biasa heroik,” kata Prabowo.
Presiden Fretilin, Nicolao Lobato Tewas di Tangan Pasukan Prabowo
Sepak terjang pasukan Nanggala-28 di bawah pimpinan Kapten Prabowo Subianto dalam Operasi Seroja di Timor Timur cukup diperhitungkan. Dalam operasi militer berskala besar ini pasukan Prabowo disebut-sebut berhasil menewaskan Presiden Fretilin Nicolao Lobato.
Dirangkum dalam buku berjudul “Jenderal M Jusuf Panglima Para Prajurit” Prabowo Subianto beserta pasukannya dikerahkan setelah TNI menerjunkan pasukan gabungan Batalyon Parikesit yang terdiri atas prajurit dari kesatuan elite Kopassandha (Kopassus), Korps Marinir serta Kopasgat (Paskhas).
Pada 30 Desember 1978, Prabowo melapor kepada Mayor Yunus Yosfiah, jika anggotanya memergoki pergerakan pasukan dalam jumlah besar. Setelah dilakukan pengejaran, kontak tembak antara pasukan Prabowo dengan anak buah Nicolao Lobato tak terhindarkan. Sejumlah pengawal Nicolao Lobato tewas. Bersama anggotanya yang tersisa Nicolao Lobato berusaha melarikan diri, namun upaya tersebut gagal setelah pasukannya dicegat oleh Batalyon 744 Somodok keesokan harinya.
"Pelarian Nicolao Lobato berakhir setelah ditembak oleh Jacobus Maradebo, prajurit TNI asal Timor Timur," tulis Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnarki dalam bukunya "Timor-Timur The Untold Story"
(cip)
tulis komentar anda