Hubungan PDIP-Gerindra Menghangat, Ferry Juliantono: Mesra tapi Waspada
Sabtu, 28 Agustus 2021 - 12:50 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Partai Gerindra , Ferry Juliantono mengatakan bahwa pertemuan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra dan Sekjen PDIP pada pekan lalu merupakan sinyal dari kemesraan kedua partai yang sempat berkoalisi di Pemilu Presiden (Pilpres) 2009 lalu.
“Ini penting untuk kami sampaikan bahwa pertemuan Gerindra dengan PDIP waktu itu pertama memberikan signal kemesraan dua partai mengingat dinamika politik Gerindra-PDIP ini kan 2009 bareng, 2014 dan 2019 enggak bareng. Kemudian sekarang kita bareng lagi,” ujar Ferry dalam diskusi daring Polemik MNC Trijaya yang bertajuk “Membaca Arah Koalisi Pemerintah”, Sabtu (28/8/2021).
Untuk itu, menurut Ferry, pertemuan ini memang sebuah pertemuan yang ingin memperlihatkan bahwa kedua partai ini, meskipun pernah bersama-sama dan juga berbeda, dalam banyak hal PDIP-Gerindra juga memiliki kesamaan. Karena, dalam pertemuan dengan Presiden itu, selain membicarakan masalah penanganan COVID-19, vaksinasi, permasalahan ekonomi dan sebagainya, sekilas juga dibicarakan tentang setelah pandemi berakhir.
“Ada kerja sama penguatan ideologi untuk mengurangi ekses atau bisa membuat stabilitas di dalam negeri mengingat politik juga mau tidak mau harus mengantisipasinya,” jelasnya.
Dalam pertemuan di Istana Merdeka, Ferry melanjutkan juga menyinggung soal amendemen yang memang banyak dihadiri parpol koalisi yang duduk di Parlemen yang kala itu membicarakan soal undang-undang (UU), haluan negara, dan juga amendemen.
“Seperti yang dibicarakan Mas Fadjroel tadi itu adalah kewenangan MPR,” imbuh Ferry.
Mengenai kemesraan yang ditunjukkan PDIP dan Gerindra, kata dia, kemesraan ini harus terus dikuatkan tapi dalam kemesraan itu juga harus waspada. Karena, ada dinamika Pilpres 2009 berkoalisi bersama, 2014 dan 2019 berseberangan dan sekarang bersamaan lagi.
“Bukan (karena perjanjian Batu Tulis), kemesraan itu harus disertai dengan kewaspadaan,” tegasnya.
“Ini penting untuk kami sampaikan bahwa pertemuan Gerindra dengan PDIP waktu itu pertama memberikan signal kemesraan dua partai mengingat dinamika politik Gerindra-PDIP ini kan 2009 bareng, 2014 dan 2019 enggak bareng. Kemudian sekarang kita bareng lagi,” ujar Ferry dalam diskusi daring Polemik MNC Trijaya yang bertajuk “Membaca Arah Koalisi Pemerintah”, Sabtu (28/8/2021).
Untuk itu, menurut Ferry, pertemuan ini memang sebuah pertemuan yang ingin memperlihatkan bahwa kedua partai ini, meskipun pernah bersama-sama dan juga berbeda, dalam banyak hal PDIP-Gerindra juga memiliki kesamaan. Karena, dalam pertemuan dengan Presiden itu, selain membicarakan masalah penanganan COVID-19, vaksinasi, permasalahan ekonomi dan sebagainya, sekilas juga dibicarakan tentang setelah pandemi berakhir.
“Ada kerja sama penguatan ideologi untuk mengurangi ekses atau bisa membuat stabilitas di dalam negeri mengingat politik juga mau tidak mau harus mengantisipasinya,” jelasnya.
Dalam pertemuan di Istana Merdeka, Ferry melanjutkan juga menyinggung soal amendemen yang memang banyak dihadiri parpol koalisi yang duduk di Parlemen yang kala itu membicarakan soal undang-undang (UU), haluan negara, dan juga amendemen.
“Seperti yang dibicarakan Mas Fadjroel tadi itu adalah kewenangan MPR,” imbuh Ferry.
Mengenai kemesraan yang ditunjukkan PDIP dan Gerindra, kata dia, kemesraan ini harus terus dikuatkan tapi dalam kemesraan itu juga harus waspada. Karena, ada dinamika Pilpres 2009 berkoalisi bersama, 2014 dan 2019 berseberangan dan sekarang bersamaan lagi.
Baca Juga
“Bukan (karena perjanjian Batu Tulis), kemesraan itu harus disertai dengan kewaspadaan,” tegasnya.
(kri)
tulis komentar anda