Jadikan Taliban Inspirasi, Pengamat Sebut Kelompok Teror Salah Alamat
Senin, 23 Agustus 2021 - 16:50 WIB
PEMERINTAH Indonesia mewaspadai kemenangan Taliban di Afghanistan akan membangkitkan aksi terorisme di Tanah Air. Apalagi, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melihat ada gelagat dari kelompok-kelompok tertentu yang menggalang simpati atas isu Taliban tersebut di media sosial.
Apakah benar Taliban mampu menginspirasi kelompok radikal di Tanah Air untuk bangkit kembali? Pengamat politik dan keamanan Muradi menilai, isu Taliban tidak bisa berpengaruh banyak pada kelompok radikal, termasuk di Indonesia.
“Kalaupun misalnya Taliban diinspirasi oleh kelompok-kelompok radikal di Indonesia, itu salah alamat. Saya sangsi Taliban ini mau mengulangi kesalahan yang sama,” ujarnya, Minggu, (22/8/2021).
Kesalahan yang dimaksud adalah ketika Taliban melindungi Al-Qaida bersama Osama Bin Laden seusai tragedi WTC pada September 2001. Taliban setelah itu mendapatkan predikat sebagai kelompok teroris dan menjadi musuh dunia.
Menurut Muradi, Taliban saat ini jauh berbeda dengan dengan generasi pertama pada zaman 80-an saat mereka melawan Uni Soviet, atau generasi kedua pada 2000-an awal saat melawan Amerika Serikat (AS). Sekarang ini yang dilawan Taliban adalah hanyalah orang-orang yang dianggapnya tidak cinta pada tanah air.
“Mereka, para generasi ketiga ini pendekatannya lebih soft. Mereka sepertinya belajar pada pengalaman dua generasi sebelumnya, mereka tidak ingin ulangi kesalahan yang sama ketika melindungi Al-Qaida. Mereka juga tidak nyaman dengan kelompok ISIS,” kata Guru Besar Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, Bandung, ini.
Menurut Muradi, Taliban yang saat ini dipimpin Mullah Abdul Ghani Baradar sadar bahwa untuk mendapatkan kekuasaan tidak mudah, butuh waktu belasan tahun, butuh upaya luar biasa dan juga biaya. Karena itu mereka tidak ingin mengulangi kesalahan di masa lalu.
Apakah benar Taliban mampu menginspirasi kelompok radikal di Tanah Air untuk bangkit kembali? Pengamat politik dan keamanan Muradi menilai, isu Taliban tidak bisa berpengaruh banyak pada kelompok radikal, termasuk di Indonesia.
“Kalaupun misalnya Taliban diinspirasi oleh kelompok-kelompok radikal di Indonesia, itu salah alamat. Saya sangsi Taliban ini mau mengulangi kesalahan yang sama,” ujarnya, Minggu, (22/8/2021).
Kesalahan yang dimaksud adalah ketika Taliban melindungi Al-Qaida bersama Osama Bin Laden seusai tragedi WTC pada September 2001. Taliban setelah itu mendapatkan predikat sebagai kelompok teroris dan menjadi musuh dunia.
Menurut Muradi, Taliban saat ini jauh berbeda dengan dengan generasi pertama pada zaman 80-an saat mereka melawan Uni Soviet, atau generasi kedua pada 2000-an awal saat melawan Amerika Serikat (AS). Sekarang ini yang dilawan Taliban adalah hanyalah orang-orang yang dianggapnya tidak cinta pada tanah air.
“Mereka, para generasi ketiga ini pendekatannya lebih soft. Mereka sepertinya belajar pada pengalaman dua generasi sebelumnya, mereka tidak ingin ulangi kesalahan yang sama ketika melindungi Al-Qaida. Mereka juga tidak nyaman dengan kelompok ISIS,” kata Guru Besar Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, Bandung, ini.
Menurut Muradi, Taliban yang saat ini dipimpin Mullah Abdul Ghani Baradar sadar bahwa untuk mendapatkan kekuasaan tidak mudah, butuh waktu belasan tahun, butuh upaya luar biasa dan juga biaya. Karena itu mereka tidak ingin mengulangi kesalahan di masa lalu.
tulis komentar anda