Puan Maharani Digadang-gadang Jadi Capres, Begini Tanggapan Pengamat
Sabtu, 21 Agustus 2021 - 13:44 WIB
JAKARTA - Peneliti bidang Sosial dan Politik Political Economy adn Policy Study (PEPS), Reza Maulana menilai bila Ketua DPR RI, Puan Maharani memiliki kekuatan politik yang kuat untuk menjadi calon presiden (Capres) 2024 mendatang.
Dia pun tak melihat masalah genre dalam kepemimpinan ini, pasalnya Indonesia sendiri telah lebih dahulu dipimpin oleh wanita, seperti RA Kartini, Cut Nyak Dhien, hingga sang ibunda, Megawati Soekarno Putri.
"Sementara di luar Indonesia ada pula Perdana Menteri Jerman, Angela Merkel, Presiden Taiwan, Tsai Ing-Wen, dan Perdana Menteri Selandia baru, Jacinda Ardern," ujar Reza dalam siaran persnya, Jumat (20/8/2021).
Tanpa bermaksud mengkesampingkan politisi wanita lainnya, Reza mengungkapkan bila Puan memiliki peran penting dalam dinamika politik dan dianggap sebagai model dari politisi perempuan di Indonesia, sejumlah terobosan-terobosan telah dilakukan oleh juga cucu kandung dari Bapak Bangsa Indonesia.
Reza menilai Puan sendiri diuntungkan dan lahir dari keluarga politik. Dengan demikian, Reza menyakini Puan memiliki budaya politik yang cukup tinggi, hal itu dapat dilihat dari karir dia yang melesat dari menjadi organisasi kepemudaan di tahun 2006 dan menjadi anggota DPR tiga tahun setelahnya.
"Karir politiknya tergolong mulus dan cepat menunjukkan kapasitas dan kapabilitasnya dengan kerja keras. Berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri kerap dinobatkan kepadanya, di antaranya Guinness World Record pemrakarsa pagelaran Wayang Kulit dengan kelir terpanjang pada Tahun 2013," jelas Reza.
Sekalipun dalam perkembanganya banyak politisi laki laki, namun Puan selalu tidak pernah merasa tersisih apalagi inferior. Sebaliknya, dia justru semakin matang dan piawai memainkan peran politiknya. Termasuk saat 2014, ia ditunjuk sebagai Kepala Badan Pemilihan Umum Partai dan partainya berhasil memenangkan pemilu dengan hasil yang sangat memuaskan.
Dengan alasan itu pula, Jokowi memasukkannya dalam kabinet kerja sebagai Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia untuk periode 2014-2019 dan menjadi perempuan pertama dan termuda yang pernah menjabat sebagai menteri koordinator.
Saat itu, Puan gencar mewujudkan ide dan gagasannya dengan mempromosikan budaya Indonesia yang bergotong royong, menjaga keutuhan tenun kebangsaan dalam Bhineka Tunggal Ika, serta mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu dibungkus dalam satu gerakan nasional yang disebut revolusi mental yang masih diteruskan oleh Jokowi hingga saat ini.
Dia pun tak melihat masalah genre dalam kepemimpinan ini, pasalnya Indonesia sendiri telah lebih dahulu dipimpin oleh wanita, seperti RA Kartini, Cut Nyak Dhien, hingga sang ibunda, Megawati Soekarno Putri.
"Sementara di luar Indonesia ada pula Perdana Menteri Jerman, Angela Merkel, Presiden Taiwan, Tsai Ing-Wen, dan Perdana Menteri Selandia baru, Jacinda Ardern," ujar Reza dalam siaran persnya, Jumat (20/8/2021).
Tanpa bermaksud mengkesampingkan politisi wanita lainnya, Reza mengungkapkan bila Puan memiliki peran penting dalam dinamika politik dan dianggap sebagai model dari politisi perempuan di Indonesia, sejumlah terobosan-terobosan telah dilakukan oleh juga cucu kandung dari Bapak Bangsa Indonesia.
Reza menilai Puan sendiri diuntungkan dan lahir dari keluarga politik. Dengan demikian, Reza menyakini Puan memiliki budaya politik yang cukup tinggi, hal itu dapat dilihat dari karir dia yang melesat dari menjadi organisasi kepemudaan di tahun 2006 dan menjadi anggota DPR tiga tahun setelahnya.
"Karir politiknya tergolong mulus dan cepat menunjukkan kapasitas dan kapabilitasnya dengan kerja keras. Berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri kerap dinobatkan kepadanya, di antaranya Guinness World Record pemrakarsa pagelaran Wayang Kulit dengan kelir terpanjang pada Tahun 2013," jelas Reza.
Sekalipun dalam perkembanganya banyak politisi laki laki, namun Puan selalu tidak pernah merasa tersisih apalagi inferior. Sebaliknya, dia justru semakin matang dan piawai memainkan peran politiknya. Termasuk saat 2014, ia ditunjuk sebagai Kepala Badan Pemilihan Umum Partai dan partainya berhasil memenangkan pemilu dengan hasil yang sangat memuaskan.
Dengan alasan itu pula, Jokowi memasukkannya dalam kabinet kerja sebagai Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia untuk periode 2014-2019 dan menjadi perempuan pertama dan termuda yang pernah menjabat sebagai menteri koordinator.
Saat itu, Puan gencar mewujudkan ide dan gagasannya dengan mempromosikan budaya Indonesia yang bergotong royong, menjaga keutuhan tenun kebangsaan dalam Bhineka Tunggal Ika, serta mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu dibungkus dalam satu gerakan nasional yang disebut revolusi mental yang masih diteruskan oleh Jokowi hingga saat ini.
tulis komentar anda