Cerita Mega soal Kenakalannya Bersama Meutia Hatta
Kamis, 12 Agustus 2021 - 17:14 WIB
JAKARTA - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengungkapkan kedekatan keluarganya dengan keluarga Bung Hatta. Lebih dari itu, Megawati membocorkan kenakalannya di masa kecil beresama Meutia Hatta, putri Bung Hatta.
Mega kecil kala itu sangat menyegani sosok Bung Hatta, karena Bung Hatta sangat baik dalam berbahasa dan juga sangat disiplin, bahkan tidak bisa mentolerir orang yang telat. Hal ini disampaikan Mega dalam webinar yang bertajuk “Bung Hatta Inspirasi Kemandirian Bangsa”, Kamis (12/8/2021).
“Ayah saya sangat dinamis orangnya, bisa spontan, humoris, kalau ketemu sama Pak Hatta saya harus langsung bersikap baik, karena dia bahasa Indonesia harus runtun. Beliau orang yang sangat disiplin, saya sangat khawatir kalau selalu telat, karena sekretarisnya dulu namanya pak Waksa, saya panggil om. Moodnya bagaimana ya? karena bagaimana ya? Beliau bisa diusir kalau urusannya telat,” cerita Mega dalam webinar.
Namun, menurut Mega, itu merupakan kenangan yang manis, meskipun kala itu ia merasa tertekan saat datang ke rumah Wapres, karena diakuinya dirinya merupakan anak yang agak nakal dan suka memanjat pohon. Tapi, kebiasaannya itu tidak bisa ia lakukan saat berada di rumah Bung Hatta.
“Kalau sudah dateng dulu ke rumah wapres, saya suka merasa adanya tekanan batin, karena saya ini sebetulnya agak nakal. artinya, oleh bapak ibu saya kalau bermain, saya bisa manjat pohon, tapi kalau di tempatnya Meutia, tidak bisa manjat pohon,” ungkapnya sambil tersenyum.
Presiden RI ke-5 ini ingat betul cerita saat ia mengajak Meutia untuk memanjat pohon, saat itu Bung Hatta dan istri sedang tidak ada di rumah. Ia sangat senang karena berhasil memprovokasi Meutia untuk memanjat pohon bersama, rasanya seperti orang yang merdeka.
“Saya nggak tahu media masih ingat apa tidak, tapi saya masih ingat. Suatu ketika, pak Hatta dan ibu sedang tidak ada di rumah, saya provoke Meutia, "Kamu tentunya tidak bisa naik pohon yah? ayo kita naik pohon, karena bapak, ibu nggak ada di rumah," saya ingat sekali itu,” kenang Mega.
“Kita naik pohon lho, saya seneng banget tuh, rasanya menjadi merdeka. Kenapa? begitulah pak Hatta tu, orangnya tenang, mengalir, berbahasa sangat runut,” tuturnya sambil tertawa kecil.
Mega kecil kala itu sangat menyegani sosok Bung Hatta, karena Bung Hatta sangat baik dalam berbahasa dan juga sangat disiplin, bahkan tidak bisa mentolerir orang yang telat. Hal ini disampaikan Mega dalam webinar yang bertajuk “Bung Hatta Inspirasi Kemandirian Bangsa”, Kamis (12/8/2021).
“Ayah saya sangat dinamis orangnya, bisa spontan, humoris, kalau ketemu sama Pak Hatta saya harus langsung bersikap baik, karena dia bahasa Indonesia harus runtun. Beliau orang yang sangat disiplin, saya sangat khawatir kalau selalu telat, karena sekretarisnya dulu namanya pak Waksa, saya panggil om. Moodnya bagaimana ya? karena bagaimana ya? Beliau bisa diusir kalau urusannya telat,” cerita Mega dalam webinar.
Namun, menurut Mega, itu merupakan kenangan yang manis, meskipun kala itu ia merasa tertekan saat datang ke rumah Wapres, karena diakuinya dirinya merupakan anak yang agak nakal dan suka memanjat pohon. Tapi, kebiasaannya itu tidak bisa ia lakukan saat berada di rumah Bung Hatta.
“Kalau sudah dateng dulu ke rumah wapres, saya suka merasa adanya tekanan batin, karena saya ini sebetulnya agak nakal. artinya, oleh bapak ibu saya kalau bermain, saya bisa manjat pohon, tapi kalau di tempatnya Meutia, tidak bisa manjat pohon,” ungkapnya sambil tersenyum.
Presiden RI ke-5 ini ingat betul cerita saat ia mengajak Meutia untuk memanjat pohon, saat itu Bung Hatta dan istri sedang tidak ada di rumah. Ia sangat senang karena berhasil memprovokasi Meutia untuk memanjat pohon bersama, rasanya seperti orang yang merdeka.
“Saya nggak tahu media masih ingat apa tidak, tapi saya masih ingat. Suatu ketika, pak Hatta dan ibu sedang tidak ada di rumah, saya provoke Meutia, "Kamu tentunya tidak bisa naik pohon yah? ayo kita naik pohon, karena bapak, ibu nggak ada di rumah," saya ingat sekali itu,” kenang Mega.
“Kita naik pohon lho, saya seneng banget tuh, rasanya menjadi merdeka. Kenapa? begitulah pak Hatta tu, orangnya tenang, mengalir, berbahasa sangat runut,” tuturnya sambil tertawa kecil.
(muh)
tulis komentar anda