Pantau dan Bantu Pasien Isolasi Mandiri
Senin, 12 Juli 2021 - 06:31 WIB
Terkait mutrisi dan gizi, Mahesa memgatakan makanan dan minuman harus mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh. Jangan berlebihan mengonsumsi makanan minuman karena akan dieksresi atau dikeluarkan oleh tubuh."Sesuaikan dengan aktivitas selama isoman. Jika selama isoman tidak banyak melakukan aktivitas maka asupan tidak perlu berlebihan," imbuhnya.
Selanjutnya , olahraga di dalam rumah juga harus tetap dilakukan. Dia meminta ahar pasien terkena matahari pagi 15-30 menit sehari namun harus mempertimbangkan interaksi dengan orang lain yang sehat.
Mengenai pasien isoman yang mengalami perburukan khususnya sesak, menurut Mahesa harus segera mendapat bantuan oksigen sambil terus dipantau saturasi oksigen melalui alat oksimetri. Jika belum mendapat rumah sakit, pasien bisa melakukan gerakan “Proning” yang tujuannya agar asupan oksigen bisa lebih baik. "Pemberian obat steroid dalam dilakukan namun tetap dalam anjuran dan pengawasan dokter," tandasnya.
Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah mengingatkan bahwa ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pasien saat menjalani isoman. Pertama, pasien bersangkutan harus melapor ke RT, RW, dan kelurahan agar datanya masuk ke puskesmas. Setelah didata nanti akan ada pantauan dan kunjungan atau SMS/WhatsApp dari petugas puskesmas.
"Jika sudah melapor ke puskesmas, nanti akan diberikan petunjuk soal lvitamin dan obat apa yqng bisa dikonsumsi," ujarnya saat dihubungi kemarin.
Kedua, pasien isoman perlu menjaga kebugaran diri, salah satu caranya yaitu makan yang cukup. Menurut dia, walau merasakan batuk , pilek dan flu, atau tidak nafsu makan, pasien harus tetap menjaga pola makan. Makan ini penting agar kita punya pertahanan baik terhadap virus.
Selain itu kondisi badan bugar itu bisa dicapai dengan minum air putih yang banyak, mengonsumi gizi yang seimbang, termasuk makan buah-buahan seperti jeruk dan pisang. Untuk mendapatkan vitamin D, kata dia, pasien perlu berjemur 20-30 menit pada jam 10.00 pagi.
"Meski sakit tetap lakukan aktivitas ringan, badan harus bergerak, olahraga, sebab kalau orang tiduran terus virus akan mudah menyerang paru-paru. Orang terserang infeksi pada paru-paru itu karena posisinya tidak berubah, misalnya telentang terus," paparnya.
Ketiga, pasien harus banyak mengeluarkan hormon endorfin, yakni perasaan harus dibuat senang, tidak stres dan tidak negatif thinking. Selanjutnya keempat, pasien isoman harus terpisah dengan keluarga yang tidak positif karena mencegah menulari. Tinggal di kamar terpisah, pisahkan alat-alat makan yang dipakai, kamar mandi juga harus terpisah.
Bagaimana jika seseorang tinggal di kawasan pada penduduk, dengan rumah yang relatif sempit? Menurutnya, memang itu jadi persoalan. Karena itu dia menyarankan agar isolasinya di tempat yang terpusat.
Selanjutnya , olahraga di dalam rumah juga harus tetap dilakukan. Dia meminta ahar pasien terkena matahari pagi 15-30 menit sehari namun harus mempertimbangkan interaksi dengan orang lain yang sehat.
Mengenai pasien isoman yang mengalami perburukan khususnya sesak, menurut Mahesa harus segera mendapat bantuan oksigen sambil terus dipantau saturasi oksigen melalui alat oksimetri. Jika belum mendapat rumah sakit, pasien bisa melakukan gerakan “Proning” yang tujuannya agar asupan oksigen bisa lebih baik. "Pemberian obat steroid dalam dilakukan namun tetap dalam anjuran dan pengawasan dokter," tandasnya.
Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah mengingatkan bahwa ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pasien saat menjalani isoman. Pertama, pasien bersangkutan harus melapor ke RT, RW, dan kelurahan agar datanya masuk ke puskesmas. Setelah didata nanti akan ada pantauan dan kunjungan atau SMS/WhatsApp dari petugas puskesmas.
"Jika sudah melapor ke puskesmas, nanti akan diberikan petunjuk soal lvitamin dan obat apa yqng bisa dikonsumsi," ujarnya saat dihubungi kemarin.
Kedua, pasien isoman perlu menjaga kebugaran diri, salah satu caranya yaitu makan yang cukup. Menurut dia, walau merasakan batuk , pilek dan flu, atau tidak nafsu makan, pasien harus tetap menjaga pola makan. Makan ini penting agar kita punya pertahanan baik terhadap virus.
Selain itu kondisi badan bugar itu bisa dicapai dengan minum air putih yang banyak, mengonsumi gizi yang seimbang, termasuk makan buah-buahan seperti jeruk dan pisang. Untuk mendapatkan vitamin D, kata dia, pasien perlu berjemur 20-30 menit pada jam 10.00 pagi.
"Meski sakit tetap lakukan aktivitas ringan, badan harus bergerak, olahraga, sebab kalau orang tiduran terus virus akan mudah menyerang paru-paru. Orang terserang infeksi pada paru-paru itu karena posisinya tidak berubah, misalnya telentang terus," paparnya.
Ketiga, pasien harus banyak mengeluarkan hormon endorfin, yakni perasaan harus dibuat senang, tidak stres dan tidak negatif thinking. Selanjutnya keempat, pasien isoman harus terpisah dengan keluarga yang tidak positif karena mencegah menulari. Tinggal di kamar terpisah, pisahkan alat-alat makan yang dipakai, kamar mandi juga harus terpisah.
Bagaimana jika seseorang tinggal di kawasan pada penduduk, dengan rumah yang relatif sempit? Menurutnya, memang itu jadi persoalan. Karena itu dia menyarankan agar isolasinya di tempat yang terpusat.
Lihat Juga :
tulis komentar anda